Rindi duduk di kursi dan memandang sekeliling ruangan dengan perasaan penasaran. Dia yang awalnya hanya akan membuang air kecil justru tersekap dalam ruangan asing. Rindi menghela napas lalu mengusap wajahnya pelan, lalu pintu ruangan yang terlihat sepi dari luar terbuka dari dalam. Seseorang berkulit putih, tidak terlalu tinggi dan berpipi cubbi keluar dengan mengerutkan keningnya bingung.
"Siapa?" tanyanya singkat.
Rindi reflek berdiri dan membungkukkan badannya, dia ingat sekali tradisi di Korea Selatan berbeda dengan di Indonesia. Dengan bahasa Korea yang masih kaku di mulutnya, Rindi menjawab pertanyaan Stefano.
"Kau disini karena Jay Hyung? lalu dimana dia sekarang?" tanya Stefano lagi.
"Itu yang membuatku bingung, dia bilang keluar sebentar setelah mengantarkanku ke kamar mandi tadi. Sampai detik ini dia tidak kunjung datang, sedangkan rombongan dari kampusku akan segera kembali ke kampus," terang Rindi yang di simak dengan anggukan kepala oleh Stefano.
"Apa Aku boleh meninggalkan ruangan ini sekarang? setahuku urusan dengan orang itu sudah tidak ada lagi," sambung Rindi lagi.
Stefano terlihat memperhatikan Rindi, dia sendiri bingung kenapa Jay membiarkan gadis ini di ruangan kerjanya. Tapi kalau sampai gadis ini di tinggalkan rombongannya kasihan juga.
"Pergilah sebelum Kau di tinggal rombonganmu, Aku akan menyampaikannya pada Jay Hyung nanti," sahut Stefano kemudian.
Wajah Rindi berubah sumringah lalu dia menundukkan dirinya beberapa kali mengucapkan terima kasih pada Stefano. Rindi kemudian melesat pergi berlari keluar dari ruang kerja Stefano. Dia benar-benar khawatir akan di tinggal rombongan dari kampusnya. Kalau itu terjadi dia akan benar-benar tidak tahu jalan pulang.
Beberapa waktu kemudian Jay masuk dengan membawa 2 cup kopi, dia baru saja dari starbucks terdekat. Dia ingin membelikan mahasiswa yang baru dia kenal itu minuman untuk tanda minta maaf. Dia memang selalu ceroboh suka mengganti pakaian sembarangan.
"Dimana gadis itu, Fano_ya?" tanya Jay menunjuk sofa yang sudah kosong.
"Sudah pulang, lagi pula kemana Hyung pergi? gadis itu menunggu dengan gelisah. Lalu siapa dia?" tanya Stefani dengan beruntun.
Jay sampai semakin mengerutkan keningnya karena mendapat banyak pertanyaan dalam satu waktu.
"Kau ini bertanya atau introgasi? Aku juga tidak kenal gadis itu siapa, tapi tadi dia tersesat ke ruangan ini. Jadi aku membantunya sedikit, Aku membelikannya minuman. Maka dari itu tadi Aku menyuruhnya duduk disini dulu," sahut Jay menjelaskan pada Stefano.
Kepala Stefano lagi-lagi hanya terangguk, setelah mendapat penjelasan dari Jay. Stefano pun kembali menyibukkan dirinya dengan ponselnya. Dia sedang sibuk meladeni Ibunya yang selalu menekan dirinya untuk segera menikah.
***
6 bulan kemudian
Nana merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja, Rindi sendiri yang ada di sampingnya juga sibuk memasukkan buku yang tadi dia gunakan untuk mencatat materi. Nana menghela napasnya berat kemudian memandang manja kearah Rindi.
"Temani Aku ke mall sebentar, ada yang harus Aku beli untuk praktek tugas akhir nanti," pinta Nana sedikit merengek manja.
Rindi tersenyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"Tapi mampir asrama sebentar ya, ada yang harus Aku ambil," sahut Rindi kemudian.
Nana terlihat kegirangan, dia kemudian mengacungkan kedua jempolnya pada Rindi tanda setuju.
Rindi dan Nana benar-benar mengelilingi mall untuk membeli peralatan untuk mereka praktek. Rindi juga akhirnya membeli beberapa hal yang dia butuhkan juga. Nana terlihat gelisah lalu menepuk-nepuk pundak Rindi pelan.
"Ya! Ya! Aku ke toilet dulu, tolong tunggu Aku di foodcourt itu," ujar Nana sambil menunjuk foodcourt yang ada di depan. Tanpa menunggu persetujuan dari Rindi, Nana melesat pergi menuju kamar mandi sekarang.
Rindi menuruti perintah Nana, dia menunggu Nana di foodcourt sambil minum kopi. Pandangan Rindi mengedar kesegala arah, dia sibuk mengamati sekitar tanpa mengetahui seseorang duduk di depannya sekarang.
"Annyeong!" -hai- ujar laki-laki yang Rindi sangat hapal wajahnya.
"Oh,,," Rindi reflek berdiri dan membungkukkan badannya sedikit. Rindi tersenyum lalu kemudian duduk kembali. Jay ikut berdiri dan terlihat kikuk, karena Rindi begitu sopan.
"Santai saja denganku, namaku Jay Aaron . Kita belum kenalan kan?" ujar Jay sambil menyodorkan tangannya pada Rindi. Sembari tersenyum Rindi menjabat tangan Jay sambil menyebutkan namanya.
"Kau bukan orang Korea? bahasamu terdengar sedikit lucu," ujar Jay menanggapi Rindi, kepala Rindi mengangguk pelan.
"Aku dari Indonesia, Aku mahasiswa baru 6 bulan di Korea. Maaf kalau bahasaku sedikit kaku," sahut Rindi menjelaskan.
Jay tertawa kecil kemudian menggerakkan tangannya menandakan tidak apa-apa. "Tidak perlu meminta maaf, Aku hanya bertanya saja. Kau sendiri disini?" tanya Jay lagi.
Belum juga Rindi menjawab pertanyaan Jay, suara Stefano membuat Rindi mendongak dan tidak mengalihkan pandangannya lagi dari Fano.
"Siapa dia, Hyung?" tanya Stefano menunjuk Rindi.
"Kau lupa? dia gadis yang masuk ke studiomu, namanya Rindi," terang Jay mengenalkan Rindi pada Stefano.
Rindi menundukkan kepalanya menyapa Stefano, sedangkan Fano sendiri hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Ayo kita pulang, yang lain sedang menunggu kita," ujar Stefano lagi.
Jin mendengus kecil menatap jengkel pada Stefano, baru saja dia akan mengobrol dengan Rindi. Jay sedikit tertarik pada Rindi yang sopan dan sangat lemah lembut.
"Duduk sini dulu." Jay langsung menarik tangan Stefano untuk duduk di sampingnya. Yoonki mendengus kesal karena Jay selalu berhasil memaksanya melakukan hal yang tidak dia sukai.
"Dia Stefano Chan, patnerku dalam segala hal," terang Jay mengenalkan Stefano yang hanya bisa senyum tipis mengiyakan.
Rindi memandang Stefano, ekspresi wajahnya benar-benar berbeda dengan Jay. Fano terlihat begitu imut meskipun matanya sangat dingin. Senyumnya yang tipis terlihat menawan.
"Rin? hello..." tangan Jay bergerak-gerak di depan Rindi yang terus memandangi Fano. Bukannya terpesona tapi kenapa wajah Stefano dari 6 bulan lalu sama sekali tidak berubah. Semakin terlihat muda justru iya. Rindi terkesiap lalu kemudian tersenyum kikuk memandang Jay.
"Maaf," singkat Rindi kemudian menurunkan pandangannya. Jay terkekeh pelan melihat Rindi, Stefano sendiri memandang heran pada Rindi.
Mereka akhirnya mengobrol bersama sambil menunggu Nana yang entah nyasar kemana dulu. Mereka berempat keluar bersama dari mall, Stefano berjalan di depan dia benar-benar merasa jengkel dengan Jay sekarang. Bukan karena apa, tidak biasanya Jay mau mengobrol sekian lamanya dengan perempuan. Apa lagi mereka baru saja kenal, aneh sekali.
"Aku duluan ya, sepertinya Fano sudah mulai lelah. Sebentar lagi dia akan mengomel dengan kecepatan tinggi kalau sudah mulai kesal," terang Jay kemudian yang mendapat reaksi anggukan dari Rindi.
Jay berlari mengejar langkah Stefano, sedangkan Rindi terus memandangi punggung Jay. Nana menyikut Rindi dan menatap Rindi dengan pandangan mengejek.
"Sudah jauh mereka, jangan di pandangi terus. Bisa-bisa bolong punggung mereka," ledek Nana.
Rindi tertawa kecil lalu memukul lengan Nana pelan, dia merasa malu karena ketahuan memandangi Stefano.
***
Liburan musim dingin akhirnya datang, Rindi bingung apa yang akan dia lakukan selama liburan. Dia belum terlalu kenal daerah Seoul, dia juga bahkan tidak banyak mengenal orang. 2 hari ini Rindi hanya menyekap dirinya di dalam kamar asrama, waktunya dia habiskan hanya dengan pekerjaan yang sia-sia. Dering ponselnya akhirnya membuat Rindi bergerak dari posisi rebahannya, Rindi meraih ponselnya yang tertera nama Jay di situ. Entah bagaimana setelah beberapa kali bertemu mereka berdua jadi lebih sering berkomunikasi.
"Iya," ucap Rindi menjawab panggilan Jay.
"Sibuk tidak? bisa datang kesini? Aku baru pindahan jadi ada syukuran kecil-kecilan. Ajak juga Nana."
Seperti biasanya Jay selalu to the point kalau bicara, dia tidak pernah berbasa-basi. Mungkin karena itu Jay menjadi orang yang sukses di usia mudanya.
"Alamatnya? Aku belum tahu arah di sini. Aku masih bingung," ujar Rindi jujur.
Rindi memilih mengaku di awal dari pada nanti dia justru menyusahkan orang kalau dia tersesat nanti. Terdengar tawa renyah dari Jay, wajah Rindi bahkan sampai merah karena malu. Padahal tidak ada Jay di hadapannya sekarang.
"Sharelock lokasimu sekarang, eo!" ujar Jay kemudian setelah selesai tertawa.
Rindi mengiyakan kemudian sambungan telpon mereka terputus, Rindi mengirim lokasinya pada Jay. Setelah itu Rindi pergi mandi, akhirnya dia keluar asrama dan tidak menghabiskan waktunya di dalam kamar yang sempit ini.
Rindi merapikan blousenya, dia yang sama sekali tidak mengerti mode dan memiliki tinggi badan yang mungil menjatuhkan pilihannya pada celana jins dan blouse warna peach. Rindi yang memang sudah cantik jadi terlihat semakin cantik.
Ting...
Ponsel Rindi berdenting dan dengan cepat Rindi membukanya. Dia memang sedang menunggu Nana sekarang, dan dia meyakini pesan yang baru saja masuk itu dari Nana. Rindi menghela napas dan pundaknya mendadak merosot. Nana tidak bisa ikut, karena orang tuanya baru saja datang dari desa. Rindi berjalan pelan keluar pagar asrama, dia harus benar-benar belajar mandiri hari ini. Rindi sudah berjalan menjauh dari pagar asrama saat sebuah mobil Hyundai Palisad hitam di belakangnya menghidupkan klakson. Rindi membalikkan badannya dan mengerutkan keningnya bingung.
"Mobil siapa?" tanya Rindi bermonolog.
Seseorang kemudian keluar dari dalam mobil dengan pakaian serba hitam dan juga topi hitam. Rindi sendiri sampai ternganga melihat laki-laki di depannya begitu berkarisma walaupun celana jinsnya banyak sobek.
"Stefano?" lirih Rindi heran kenapa ada laki-laki pendiam itu di depan asramanya sekarang.
***