Descargar la aplicación
2.8% Women Killer and Doctor / Chapter 3: Bab 3

Capítulo 3: Bab 3

"Mas sudah mau berangkat?" Tanya Dyanra

Raihan yang mendengar panggilan Dyanra kepadanya berubah, memasang raut wajah bingung.

"Mas kenapa, kayak orang bingung?" Tanya Dyanra lagi

"Nggak apa-apa, cuma kakak bingung saja, panggilan kamu berubah," jawab Raihan.

"Mulai hari ini, aku akan panggil kakak, dengan sebutan mas, lebih srek aja gitu," ucap Dyanra, berjalan ke arah Raihan yang sedang ke susahan memakai dasinya.

"Sini, aku bantu pasangin dasinya, kayaknya mas kesusahan," ucap Dyanra memasangkan dasi ke Raihan.

Melihat Dyanra yang kesusahan memakaikannya dasi, karena perbedaan tinggi mereka yang terlalu jauh. Raihan membungkuk mensejajarkan tubuhnya sesuai dengan tinggi Dyanra. Dyanra yang melihat wajah Raihan sangat dekat dengan wajahnya bersemu merah. Jantungnya berdetak dengan cepat seperti habis lomba lari marathon.

"Mas Raihan ganteng banget sih, kan gak baik buat kesehatan jantung," batin Dyanra.

Tidak hanya Dyanra yang sedang menahan debaran dijantungnya, tapi Raihan juga, melihat Dyanra dari dekat, membuat jantungnya berdetak kecang dua kali lipat. Mereka saling mengagumi diri masing-masing.

"Dyanra cantik sekali, dengan pipi bulat menggemaskannya, hidung mancung, dan juga bibir yang semerah ceri," batin Raihan

Raihan yang masih terpaku melihat Dyanra tiba-tiba memajukan wajahnya, tinggal satu cm lagi dia bisa merasakan bibir itu, tapi tiba-tiba Dyanra bersin di wajahnya.

"Maaf mas, nggak sengaja, hehehe," ucap Dyanra menjauhkan wajahnya. Raihan yang terkejut mendengar bersin Dyanra, tersadar dan langsung gelagapan.

"Astaga, apa yang kamu lakukan tadi Raihan, hampir saja," batin Raihan

Dyanra yang tau bahwa Raihan yang mau menciumnya tadi, hanya berpura-pura bersin. dia tidak mau Raihan menciumnya. Dyanra merasa bahwa itu tidak seharusnya dilakukan.

"Mas!" panggil Dyanra

"I-ya," Jawab Raihan yang tersadar dari lamunannya.

"ayo! Kita turun sarapan dulu, sudah mau jam delapan," ajak Dyanra

"Ha!" kaget Raihan

Raihan yang mendengar ucapan Dyanra kaget dan melihat jam tangannya.

"Ayo!" ajak Raihan balik

Di meja makan sudah ada mama Raihan. Sedangkan papa Raihan sudah berangkat pagi-pagi sekali. Karena ada dinas keluar kota. Jadi tidak sempat pamit, ke anak dan calon menantunya.

"Papa mana ma?" Tanya Raihan, kemudian mengambil roti yang ada di meja.

"Raihan duduk dulu," ucap mama Ratna (mama Raihan).

"Raihan udah telat ma, ada pasien yang harus Raihan tangani pagi ini, jadi Raihan berangkat dulu," jawab Raihan berlalu dari dari sana.

Dyanra yang melihat Raihan akan berangkat. Berteriak memanggil Raihan yang sudah ada di depan pintu.

"Mas!" teriak Dyanra memberikan kotak bekal kepada Raihan. Raihan yang melihat itu bertanya.

"Ini, apa?" Tanya Raihan menatap kotak bekal, bergambar pororo.

"Bekal makan siang untuk mas," jawab Dyanra

"Oh…ya sudah, mas berangkat dulu," pamit Raihan. Raihan yang akan membuka pintu. Kaget. karena Dyanra tiba-tiba menarik tangannya.

"Salim dulu," ucap Dyanra, mencium tangan Raihan

Raihan yang melihat itu, Speechless.

"Jadi begini ya rasanya punya istri," batin Raihan

"Mas sudah boleh berangkat sekarang," suruh Dyanra.

"Ok!" ucap Raihan, membuka pintu, tapi sebelum itu diberbalik kembali melihat Dyanra.

"Ada yang kelupaan!" seru Raihan, berjalan ke arah Dyanra dan mencium keningnya dan berlalu dari sana.

Di dalam perjalan ke rumah sakit, Raihan terlihat sedang menghubungi seseorang.

"Kamu sudah mendapat informasi mengenai Identitas Dyanra?"

"Sudah bos!" seru orang di seberang telepone

"Bagus, kirimkan buktinya ke email saya."

Tidak lama kemudian ponsel Raihan berbunyi, menandakan ada pesan atau email masuk.

"Dyanra Oktavia, lahir tanggal 13 Agustus 2004, anak dari pasangan Sanjaya Nugroho dan Diana Alexandra. Memiliki perusahaan otomotif dengan cabang tersebar di banyak wilayah di Indonesia.

Setelah Raihan selesai membaca seluruh informasi mengenai Dyanra. Raihan langsung menghubungi kembali orang suruhannya untuk mencari keluarga Dyanra. Dia tidak yakin bahwa Dyanra sudah tidak memiliki keluarga.

"Cari informasi mengenai keluarga Dyanra, saya tunggu?" suruh Raihan

"Baik bos."

Tut..tut..tut..

Hari sudah sore, senja telah menampakkan keindahannya. Bunyi ketukan sepatu Pantofel menggema di lorong rumah sakit, menandakan bahwa sang pemilik sedang terburu-buru. Terlihat Raihan yang sedang berlari keluar dari rumah sakit dan memasuki mobilnya.

Mobil yang di tumpangi Raihan terlihat berhenti di sebuah café sederhana yang menyajikan banyak makanan manis. Raihan berniat membelikan Dyanra cake. Raihan tau bahwa Dyanra menyukai makanan manis, apalagi yang berbau Strawberry. Jadi Raihan akan membelikan Dyanra Cheesecake Strawberry.

Didalam perjalanan Raihan membayangkan, bagaimana wajah Dyanra saat menerima Cake ini, pasti dia akan senang dan membuat tingkah menggemaskan. Raihan yang membayangkan hal itu tersenyum tipis.

Raihan telah sampai di kediamannya. sembari menekan bel menunggu orang membukakan pintu, dan terpangpanglah wajah Dyanra, dengan Bare face khas orang baru bangun tidur.

"Mas sudah pulang, ayo masuk! Ajak Dyanra. Tapi Raihan masih tetap dalam posisinya melihat Dyanra yang tampak heran.

"Kenapa, masih berdiri disitu ayo masuk mas," ajak Dyanra lagi.

"Mas ada sesuatu buat kamu, tapi kamu tutup mata dulu," ucap Raihan, menyuruh Dyanra menutup matanya. Dyanra pun menutup matanya.

Raihan yang melihat Dyanra sudah menutup matanya, mengambil cake yang dia simpan kursi teras dan menyodorkannya ke Dyanra.

"Kamu boleh buka mata sekarang!" suruh Raihan

"Mas, inikan Cheesecake kesukaanku, terima kasih mas!" teriak Dyanra kegirangan, mencium pipi Raihan dan memeluknya. Raihan yang diperlakukan seperti itu oleh Dyanra kaget. Tapi Raihan tidak bisa menutup senyum bahagianya melihat Dyanra yang sangat senang dengan kue pemberiannya.

"Mas!" teriak Dyanra dari bawah. Mereka sudah ada di apartement Raihan beberapa hari yang lalu. Kata Dyanra Tidak enak nmerepotkan mama terus.

"Iya!" jawab Raihan menuruni tangga. Dengan tampilan trendy khas anak muda. Malam ini Raihan berencana mengajak Dyanra makan malam diluar. Sekaligus kencan katanya. Raihan ingin mengajak Dyanra ke suatu tempat yang pasti Dyanra suka.

"Wah…ganteng banget sih suami aku," ucap Dyanra melihat Raihan dengan penampilannya, khas anak muda zaman now.

"Memang saya ganteng dari dulu!" ucap Raihan

Dyanra yang mendengar penuturan Raihan menghela nafas dan merolingkan matanya. Dalam hati Dyanra narsis banget sih, sudah tua juga.

"Terserah mas deh, ayo berangkat sekarang, aku sudah nggak sabar pengen liat keindahaan kota Surabaya di malam hari," ajak Dyanra menggandeng tangan Raihan keluar.

Raihan dan Dyanra telah sampai di tujuan pertamanya, yaitu di salah satu restaurant tempat favorit Raihan untuk makan, ketika dia sedang malas untuk memasak di Apartement.

"Wah, Restaurantnya mewah banget mas," ucap Dyanra terperangah, yang pandangannya meneliti seluruh ruangan resto. Terdapat berbagai macam jenis hiasan dinding dan furniture mewah lainnya, yang ditempatkan di seluruh ruangan.

"Kamu suka?" Tanya Raihan menatap Dyanra, yang masih asik mengamati setiap sudut ruang Resto.

"Suka mas, tapi kayaknya mahal deh, kita keluar saja yuk, cari tempat makan yang lebih murah," ajak Dyanra.

"Disini saja, mas mampu bayar kok, kamu nggak usah khawatir," ucap Raihan menggandeng Dyanra, ke meja yang sudah dia reservasi sebelumnya. Raihan ingin menjadikan malam ini sebagai malam yang berkesan untuk Dyanra, yang akan Dyanra ingat suatu saat nanti.

Raihan sudah memikirkan kemungkinan terburuk jika ingatan Dyanra kembali. Raihan sudah

menyelidiki tentang keluarga Dyanra, yang ingin mencelakakan Dyanra dari dulu. Apapun akan Raihan lakukan untuk Dyanra.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Raihan

"Spaghetti Carbonara dengan Milkshake Strawberry," jawab Dyanra

"Ok!" ucap Raihan

Raihan dan Dyanra telah berada di tempat kedua. Setelah selesai makan malam tadi mereka langsung menuju ketempat kedua dan disinilah mereka di Suroboyo Carnaval Park, destinasi wisata yang memiliki berbagai wahana permainan. Disini juga memiliki dekorasi lampu yang sangat cantik dan menarik yang bisa memanjakan mata pengunjung.

Terlihat Dyanra sangat senang di ajak ke tempat ini. Matanya memindai seluruh permainan yang ada. Dyanra ingin mencoba semua wahana di tempat ini. Dia seperti baru pertama kali merasakan ke tempat seperti ini.

Raihan yang melihat Dyanra sangat bahagia, dia juga ikut bahagia, Raihan mengulas senyum tipis.

"Mau coba apa dulu?" Tanya Raihan

"Aku mau coba komedi putar mas," jawab Dyanra berlari ke arah komedi putar.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Dyanra sudah mencoba semua wahana permainan, kecuali Roller Coaster. Dyanra ingin naik. Tapi melihat Raihan ketakutan jadi dia tidak jadi menaikinya.

Mereka telah sampai di Apartement. Dyanra masuk ke kamar terlebih dahulu untuk membersihkan diri, sementara Raihan memilih mebersihkan dirinya di kamar mandi tamu. Karena merasa badannya sangat lengket.

Raihan keluar dari kamar mandi tamu setelah membersihkan dirinya, dan berniat masuk ke kamar mereka.

Kreek….

Terlihat Dyanra sudah merebahkan dirinya di kasur. Raihan berjalan menghampiri Dyanra dan melihat Dyanra sudah tertidur lelap. Raihan pun ikut membaringkan dirinya di samping Dyanra dan menutup matanya menyusul Dyanra ke alam mimpi

Sementara di lain tempat paman Dyanra sedang membuat pesta besar-besaran. Merayakan kemenangannya. Meraka tidak sadar bahwa meraka sedang di awasi oleh seseorang dari jauh.

"Nikmati kemenanganmu, sebelum datang kemalanganmu. Akan kupastikan kalian tidak akan lama menikmatinya," ucap orang tersebut. Sebelum berlalu pergi dari sana.

Orang tersebut memasuki sebuah rumah, dan disambut oleh beberapa orang, terdapat dua wanita dan tiga orang pria. Selamat datang bos. Menyambut orang tersebut dengan membungkukkan badannya.

Tanpa berniat membalas ucapan salam dari kelima orang itu, orang tersebut pun berjalan ke sebuah ruangan dengan di ikuti ke lima orang lainnya dari belakang.

Ruangan itu sama seperti ruangan kerja pada umumnya, yang membedakan hanya buku-buku berbagai genre yang terlihat berjejer rapi di sebuah rak yang cukup besar dibelakang kursi. Jika dilihat lebih teliti rak tersebut di dominasi oleh berbagai macam buku tentang kriminalitas dan juga beberapa buku yang berbau hukum.

"Bos apa anda yakin akan memanfaatkan orang itu?" Tanya salah satu dari mereka berlima

Yang di Tanya pun terkekeh pelan dan memasang ekspresi wajah yang sulit diartikan.

"Sangat yakin, hanya orang ini yang bisa kita manfaatkan, dia sudah masuk dalam jebakanku, dan aku tidak akan mundur secepat itu, dan mencari orang lain," jawab orang tersebut

"Tapi bos bagaimana kalau orang ini tau?" Tanya satu orang lainnya.

"Dia tidak akan tau secepat itu, dan aku pastikan dia baru akan tau saat rencana kita sudah selesai," jawab orang itu lagi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C3
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión