Keduanya memeutuskan segera pulang, Bimo yang menyetir dengan Raya duduk di kursi penumpang sebelah kiri, sebelah tangan Bimo tak lepas menggenggam telapak sang istri, sudah tak sabar ia meraup bibir merah itu, tapi tak bisa sekarang sebab mereka masih berada di jalan.
Sedikit memakan waktu untuk sampai ke rumah ayah Raya sebab mereka sempat terjebak macet, dan memutuskan untuk menginap disana malam itu agar Bimo bisa segera istirahat, lagipula apartemen pasti harus sedikit dibersihkan dulu karena sudah sebulan kosong, membuat mereka memilih menginap di rumah ayah saja malam itu.
Mamah menyambut mereka girang, makan malam sudah terhidang rapi di meja makan, harumnya membuat seisi rumah merasa lapar, kecuali Raya, ia justru sedikit terganggu dengan bau maskan mamah yang biasnya sanggup membuatnya menelan ludah karena berselera.