Descargar la aplicación
4.47% Was My Sweet Badboy / Chapter 19: Bioskop

Capítulo 19: Bioskop

Tteeeeeeett....tteeeeeet....

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid SMA Teladan keluar dari ruangan seperti semut-semut yang baru keluar dari sarang. Seketika gerbang utama SMA Teladan sudah dipenuhi orang-orang berpakaian putih abu-abu dengan muka yang sudah lusuh dan bau matahari hendak meninggalkan sekolah.

Aku dan kawan-kawanku juga akan meninggalkan sekolah, tapi bedanya kali ini kami akan ke salah satu mall yang terkenal di kota kami dan nonton film di bioskop, yaah meskipun ini untuk tugas tapi tetap saja kami senang karena sudah lama tidak jalan bareng seperti ini. Ditambah lagi ada Bimo yang akan ikut. heheh

Kami berdiri di dekat halte bus di luar gerbang utama sekolah untuk menunggu para cowok yang sedang ambil motor di parkiran sekolah, karena biasanya parkiran akan sesak oleh siswa yang ingin ambil kendaraan mereka, jadi daripada harus bersesak-sesak atau menghalangi jalan, lebih baik kami tunggu di tempat lain saja. Kali ini Akbar ikut untuk bonceng Sari.

"Galih gak jadi ikut Sar? Tanyaku pada Sari.

"Gak Ray, dia ikut kelompoknya Mona..dasar Galih pengkhianat!" Omel Sari.

"Hahahahaha...kenapa juga kamu marah-marah Saaar.." kata Dwi.

"Iya sebel aku, plin-plan banget jadi orang kemaren katanya kita ber-4 satu kelompok eh malah membelot dia...benci.. benci..benci.." kesal Sari tak henti.

"Hahahah...yaudah biarin lah, toh bu Ida bebaskan kita pilih kelompok sendiri, eh tapi bukannya Galih memang sedang PDKT dengan Mona?" Kataku kemudian.

"Iyaaa...kok kamu tau Ray?" tanya Sari

"Kemaren denger pas dia lagi ngomong sendiri 'Mona cantik, idaman hati mas Galih' hahahaa" jawabku pada Sari.

"wkwkwkwk Galih geblek, sok-sokan kemaren dia suruh aku gak boleh kasih tau yang lain kalo lagi naksir Mona, ini malah kalian tau dari mulut dia sendiri. Hahaha" Sari terkekeh mengingat teman sebangkunya itu.

"Hahahahah...aku juga tau, gimana bisa kita gak tau kalau dia sejelas itu" tawa Dwi kemudian.

Sejurus kemudian kami jadi cekikikan karena membahas Galih yang naksir Mona, entah sejak kapan dia naksir tapi karena Galih memang orangnya terlalu santai, jadi bikin dia tidak bisa menyembunyikan rahasia apapun karena sepertinya dihidupnya tidak ada hal yang terlalu penting untuk bisa jadi rahasia seorang Galih. kutebak Mona yang jadi sasaran hati 'mas Galih' pun tau soal Galih yang sedang naksir dia.

"Ngetawain apa sih?" Kata Bayu yang ternyata sudah datang setelah ambil motor bersama Bimo dan Akbar.

"Hehehe bukan apa apa" kata Dwi seolah mau menunjukkan solidaritasnya atas 'rahasia mas Galih' itu.

"Hahahah....yuk lah, nanti kita telat filmnya udah diputar" kata Sari sambil naik ke motor Akbar.

"Pegangan Sar, nanti jatuh nyonyor lambemu nyium aspal" perintah Akbar.

"Iyaaa..iyaaa Bar, gak usah cerewet lambemu" balas Sari.

Kontan kami ketawa lihat tingkah Sari dan Akbar yang sibuk berdebat soal hal yang tidak penting sama sekali.

"Sudah Ray?" tanya Bimo padaku.

"Sudah" kujawab begitu.

"Oke pegangan ya"

"Iyaa" sambil melingkarkan tanganku di pinggang Bimo.

Kami lalu berangkat menuju mall, tentu saja dengan menutupi seragam kami pakai jaket atau sweatshirt yang sudah sengaja kami bawa hari ini.

Aku memakai sweatshirt warna pink pastel dengan tulisan 'GAP' berwarna coklat di tengahnya, lalu Bimo pakai jaket jeans rebel dengan aksen bendera inggris besar di bagian belakang sebelah kanan, kalau Bimo memang selalu pakai hoodie atau jaket di luar seragamnya, tapi tidak dipakai saat belajar di kelas, hanya saat berangkat dan pulang sekolah saja dipakai, karena sekolah melarang pakai pakaian lain selain seragam saat kegiatan belajar kecuali di hari sabtu.

Kami melajukan motor santai, sesekali tertawa lihat tingkah Sari dan Akbar yang tidak bisa damai di atas motor mereka.

Tak lama kami sampai di tujuan dan segera ke bioskop untuk beli tiket, tidak lupa beli popcorn dan cola untuk urusan konsumsi kami nanti di dalam. Tak perlu menunggu lama pintu teater bioskop sudah dibuka sehingga kami bisa segera masuk, kami sudah lihat jam tayang film untuk hari ini di koran jadi bisa langsung menyesuaikan jadwalnya.

Kami duduk berjejeran, dari Akbar yang paling ujung, lalu Bayu, Dwi, Sari, Aku kemudian Bimo di sampingku.

Sebenarnya sedari awal kami membeli tiket, Akbar dan Bayu sudah komplain karena film yang akan kami tonton hari ini tidak sesuai selera mereka.

Yap! kami memutuskan untuk bikin resensi film Ayat-Ayat Cinta yang sedang booming tahun ini, bahkan sampai hari ini masih setia nangkring di jajaran film yang masih diputar di bioskop, tapi jujur aku belum nonton film yang kata teman-temanku bagus banget tiada tara ini, Dwi dan Sari katanya juga belum nonton. Kalau Dwi sudah pasti karena Bayu tidak mau diajak nonton film ini, kalau Sari dan Aku sama-sama tak punya teman pergi ke bioskop dari dulu.

"Kalian jangan berisik, kami mau fokus nonton soalnya untuk tugas, kalo bosen tidur aja kalian!" kata Dwi mewanti-wanti pada Akbar dan Bayu yang kemudian di balas dengan anggukan malas dari mereka.

"Iya! gak usah rewel! Kayak Bimo tuh anteng.." kata Sari menimpali.

Hehehe...

Sebenarnya Bimo juga tidak suka film dengan genre seperti ini, dia akan lebih suka nonton film GIE atau film action luar negeri. tapi Bimo tidak mau rewel padaku karena tau ini untuk tugas sekolah.

Film sudah dimulai dari tadi, Aku, Dwi dan Sari seketika langsung fokus kedalam alur cerita filmnya seakan-akan masuk dan menjadi pemeran di dalamnya. Kami terhanyut oleh kisah Fahri yang alim dan polos lalu menikah dengan Aisha yang menawan, lalu adegan mengandung bawang yang bikin mata perih dimana Aisha ikhlas saat Fahri menikahi Maria kemudian Maria meninggal.

Kami bertiga sesenggukan dengan air mata yang berurai deras di pipi, Dwi mengeluarkan tissu yang sudah sedari tadi ia siapkan dan menyodorkannya kepada Ku dan Sari.

Kata Dwi dia dengar dari kawan-kawannya kalau film ini bikin nangis bombay, jadi sengaja ia bawa tissu kalau-kalau kami mewek di bioskop.

Kami bahkan sudah lupa dengan popcorn yang tadi kami beli sebelum masuk.

Sementara kami bertiga mewek, ketiga cowok yang memang pada dasarnya tidak suka filmnya hanya makan popcorn dan nontonin kami sambil ketawa tanpa suara, karena kalau ketawa kencang bisa-bisa dipelototin sama pengunjung lain.

Bimo pun sepanjang film justru nontonin aku yang fokus menyaksikan aksi aktor dan aktris di layar lebar itu sambil sesekali terkikik geli melihatku beberapa kali ngelap ingus yang akan keluar karena menangis.

Dia pegang tanganku selama nonton, dan mungkin karena bosan dia main-mainkan jari tanganku atau mainkan rambutku, atau makan popcorn di tangannya yang kadang dia suapkan juga padaku untuk ganggu konsentrasiku yang terlalu fokus dengan filmnya atau dia buka ponselnya yang langsung aku omelin karena cahaya dari layar ponselnya mengganggu.

Akhirnya dia diam saja sambil berharap filmnya cepat selesai. Aku jadi merasa bersalah sudah ngomel padanya, sesekali kulihat dia sedang menatap pada layar bioskop, aku tidak yakin apakah dia sedang nonton filmnya dan mulai menikmati alurnya atau hanya matanya saja yang menatap layar tapi pikirannya entah ada dimana.

Dan Hei! harus ku akui meskipun gengsi, kalau Bimo memang punya wajah ganteng yang tidak akan bikin bosan untuk ditatap lama-lama. Kulitnya juga termasuk putih untuk ukuran cowok, dan seperti sekarang ini dia sedang menopang dagunya dengan tangan kanan yang ia sanggah pada pegangan kursi bioskop, matanya yang tajam dengan alis tebal khas laki-laki dan manik mata hitam pekat tapi teduh menatap fokus ke arah layar dan tampak serius, hidungnya bangir dan punya bentuk yang cocok dengan garis wajahnya, bibirnya juga tidaklah terlalu tebal tapi tidak juga tipis, rambutnya hitam lurus dan halus juga agak sedikit panjang hingga bisa terbentuk belahan ditengah nya yang seringkali dia seka dengan tangannya jika rambutnya mulai turun ke dahi. Rahangnya juga proporsional membingkai wajah Bimo, melengkapi setiap sisi wajahnya yang bagus.

"Encesnya di lap dulu non...."

Katanya tiba-tiba sambil senyum penuh arti dan melirik padaku, membuyarkan lamunanku saat sedang menatapnya, dan bikin aku salting seketika.

"Eekhem..khem.." Kataku salah tingkah sambil memalingkan wajahku ke arah layar kembali lalu pura-pula membetulkan rambutku yang tidak berantakan sama sekali. Dan catat! aku tidak ngences, Bimo hanya bercanda untuk menggangguku karna sadar aku sedang memperhatikan wajahnya lekat-lekat.

"Aku memang ganteng, kamu baru sadar? Sampai terpesona gitu" bisiknya padaku sambil agak mendekatkan kepalanya ke arahku

Sial! Untung saja bioskop dalam keadaan gelap karena film masih diputar, kalau tidak dia pasti sudah lihat wajahku yang merah karena malu dan menggodaku habis-habisan karena itu.

Bimo seketika terkekeh karena lihat aku yang terdiam dan memalingkan pandanganku saat dia berusaha lihat wajahku, dan dia tau aku sedang malu berat. Aku jadi sebal padanya dan mencubit perutnya agak sedikit keras.

"Awww!" Katanya meng-aduh dengan agak membungkuk sambil pegang perutnya yang ku cubit .

"Sakit markonah!"

Keluhnya padaku sambil senyum terpaksa dan merapatkan gigi depannya biar terlihat seolah-olah dia kesal.

"Pppffftthhh...." Aku hampir saja kelepasan tertawa lihat ekspresinya.

"Maaf" kataku sambil nyengir kuda dan mengelus perutnya yang ku cubit tadi.

Bimo masih saja mempertahankan ekspresi sok ngambeknya tadi, bikin aku gemas.

"Sssssssstttttthhh....."

Dwi dan Sari kompak meletakkan telunjuk mereka di bibir dan memandang kami dengan sebal.

Aku refleks menutup mulutku dengan tangan lalu menoleh pada Bimo dan membuat kami saling berpandangan, sejurus kemudian kami terkekeh tanpa suara, biar tidak kena marah lagi..

Heheheh...

--***--


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C19
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión