Dmitry kemudian merentangkan tangan kanannya ke atas meja. Jemari tangannya yang terbuka, perlahan merenggang bersama timbulnya pendar cahaya biru terang yang membentuk garis lingkaran sihir. Ukiran berupa rune sihir terlihat di dalam lingkaran formulanya. Ukiran Rune itu bergerak dan berputar diikuti lingkaran sihir yang menimbulkan percikan energi.
Aku sama sekali tidak mengerti artinya, ataupun bagaimana bisa ada proyeksi huruf di dalam lingkaran sihirnya, namun pandanganku masih terpaku saat melihat prosesnya dalam mengembangkan suatu sihir.
Sedetik kemudian, kilauan putih dan hitam memenuhi telapak tangan kanan Dmitry. Tepat di atas lingkaran sihir yang berputar itu, suatu lembaran kertas tengah terbentuk, dan perlahan berubah menjadi sebuah buku tebal bersampul hitam. Ada suatu rantai sihir berwarna merah tua yang melilit permukaan buku itu.
Aku merasakan aura tidak mengenakkan ketika memandangi buku itu. Ukiran pada sampulnya pun terkesan seram, dan jelas-jelas ada suatu rantai sihir yang mengatup bukunya. Jelas sekali kalau buku itu sangatlah berbahaya!
Tangan kiri Dmitry kemudian mengusap permukaan sampul buku itu. Bersama sentuhan kulit tangannya, efek rantai sihir itu terurai menjadi benih energi tak berwujud. Jika kulihat sekali lagi, ada semacam energi samar yang menyelimuti telapak tangannya. Ternyata mataku bisa melihat hal beginian juga, sebelumnya juga aku menyadari energi dari Dmitry saat menjadi Unhuman.
Ketika itu langsung terbuka lembaran pertama dari bukunya, bersama aura hitam yang meluap keluar bagaikan hembusan angin dingin. Nyala api pada kedua batang lilin di atas meja ikut merasakan efek luapan energi barusan, hingga membuatnya hampir saja padam. Bahkan aku merasa merinding, hingga tegukan air liurku terasa pahit.
"Biar kuperkenalkan padamu, Hanz. The 'Greature book', salah satu buku terlarang dari 'Unworld Library' yang saat ini kujaga."
Jadi itu nama bukunya ya?
Tapi, apa maksud yang ia katakan setelah itu tadi?
"Seperti namanya, buku ini sangat dilarang untuk dibuka," sambung Dmitry.
Ya sudah, jangan dibuka dong!
"Itu karena di balik setiap lembaran kertas buku ini, sejarah yang ditutup-tutupi oleh clan penyihir, bangsa Exorcist, tersimpan rapi agar tidak pernah diketahui siapapun kecuali oleh para 'Librarian', sepertiku. Sekarang, biar kuceritakan padamu sebuah kisah kelam dari kebenaran dunia ini, Hanz."
Dmitry menekuk sudut mulutnya, dan raut wajahnya tampak menyeramkan. Ekspresi serius itu selalu saja membuatku merasa merinding ketika melihatnya.
Setelah itu, Dmitry mulai menjelaskan semuanya kepadaku. Suatu kisah panjang dan mengerikan.
...
Ini merupakan sebuah kisah lama yang menjadi awal pertemuan dan berkumpulnya para perwakilan penguasa ras.
Pada masa ini, umat manusia baru saja mendeklarasikan kemenangan mereka setelah berhasil memerangi ras Unhuman.
Ini adalah era pasca keruntuhan kekaisaran Unhuman yang sebelumnya telah menguasai dan mendominasi Eropa.
Setelah semuanya berakhir, daratan Eropa berubah menjadi tanah merah akibat dari mengeringnya lautan darah. Banyak mayat yang bergelimpangan, dan mereka semua kesulitan mengubur mayat-mayat itu, membuat bau darah dan bangkai menyatu bersama hembusan udara.
Semua perang ini mengakibatkan kerugian yang tak terhitung jumlahnya. Setiap nyawa mereka tak sekalipun bisa tergantikan dengan kemenangan ini, namun mereka yang baru terlahir bisa menikmati kedamaian sesaat ini.
Berita tentang berakhirnya ancaman Unhuman, secara cepat menyebar ke seluruh penjuru wilayah dan membuat semangat manusia kembali bangkit dari keterpurukan.
Secara bertahap, Eropa kembali dibangun ulang, dan menjadikannya tempat tinggal baru bagi umat manusia.
Setelah semua ketakutan ini berakhir, ras manusia dan penyihir bersatu sebagai aliansi. Mereka menyadari bahwa Unhuman bukanlah sebagai ancaman biasa, sehingga mereka memutuskan untuk membentuk suatu kesatuan pasukan yang bertugas melindungi, sekaligus memburu Unhuman.
Ini adalah era awal dari pembentukan organisasi pemburu Unhuman, The Executor.
... ...
[Tiga ratus tahun, setelah era After Julius.]
Seorang pria berambut perak, tampak sedang duduk dalam sebuah kotak kereta raksasa yang ditarik oleh beberapa ekor kuda. Sorot matanya terlihat setengah ngantuk, dan dia memaksa matanya tetap terbuka demi melihat lautan darah yang terbentang di area sisi jalan.
Pria itu seperti sengaja menutup sekujur tubuhnya dengan setelan tebal. Memakai seragam perak sebagai dasarnya, dan di balik itu ada lapisan mantel tebal membungkus tubuhnya. Mengenakan syal serta sarung tangan, membuat ia terlihat tampil tertutup sekaligus elegan.
Dari keseluruhan itu, hanya wajahnya yang terlihat. Parasnya yang lembut, mencirikan sifat rendah hati dan kebaikan. Kulitnya begitu putih seperti salju, dan warna itu kelihatan pucat, seolah dia tidak memiliki darah sama sekali dalam sel tubuhnya. Namun, ada sepasang tanduk berwarna merah gelap, dan kehitaman yang tumbuh pada dahinya.
"Fhuuu ... lagi-lagi aku melihat sesuatu yang membangkitkan selera dan nafsu makanku," gumamnya. Dia mendengus dengan napas yang terdengar berat.
Dalam perjalanannya ini, dia tidaklah sendirian. Ada seorang pengawal yang sedang duduk dengan tenang, dan berhadapan arah dengannya. Pria bersurai hitam itu telah mengabdi kepada tuannya sebagai seorang pengawal pribadi. Pria ini kemudian berkata,
"Tuan Wickens, anda tidak berniat meminum darah orang mati, bukan?"
"Hmm. Dane, pertanyaanmu sungguh konyol sekali."
Menyadari ekspresi tuannya terlihat berubah jadi serius, Dane merasa gugup, "Eh? Ma-maafkan aku, tuan Wickens."
"Sebagai evolusi tertinggi dari darah manusia, dan darah Vampire, hal tabu seperti itu akan melanggar aturanku sebagai salah satu dari perwakilan sang penguasa ras Shoul." Wickens menekuk sudut mulutnya seraya menjelaskan itu kepada pengawalnya.
"Anda benar sekali! Selain itu, sepertinya tujuan kita sudah mulai terlihat, tuan Wickens."
Dane menunjuk ke arah kaca jendela pada sisi kereta. Terlihat sebuah dinding batu yang baru saja sedang dibangun, dan masih berada dalam kerangka konstruksi pembangunan. Ada banyak susunan pilar yang menjulang tinggi, dan mereka seperti sedang mendirikan suatu tembok.
Alat transportasi kuda yang membawa Wickens dan pengawalnya, kini menuju sebuah wilayah yang baru dibangun di atas tanah Eropa, tempat ini bernama, Erteral.
Setibanya Wickens di dalam benteng, ia melihat bekas perkotaan yang juga sedang dalam masa perbaikan. Tempat ini benar-benar kacau. Suasana kota juga sangat memprihatinkan, karena banyaknya mayat yang menumpuk pada beberapa area jalan.
Ada sebuah bangunan besar yang berdiri di tengah benteng. Bagaikan istana megah, dengan adanya menara pada sisi bangunan. Pagar besi mengitari sisinya, dan ada banyak prajurit yang membawa sebilah pedang berjaga di dalamnya. Kereta kuda yang membawa Wickens sedang bergerak menuju ke sana.
Sesampainya di dalam halaman istana, Wickens berniat keluar. Dia lebih dulu mengambil sebuah topi berwarna putih— berbentuk bundar dengan pinggirannya yang lebar, lengkap tangkai bulu-bulu halus menghiasi sisinya. Dia kemudian mengenakan topinya seraya beranjak keluar dari kereta.
Wickens sangat lemah terhadap cahaya di siang hari, dan kulitnya bisa langsung terbakar jika bersentuhan fisik dengan sinar mentari. Setiap dia bepergian di siang hari, Wickens melakukan banyak persiapan untuk menangani masalahnya ini.
Setelah beranjak turun, Wickens cukup kagum bisa melihat keindahan istana di depannya. Ini sangat berbeda dari bayangannya, padahal ia baru saja melihat banyaknya penampakan suram di sisi lain tempat ini.
Wickens kini berdiri di depan suatu bangunan mewah yang menampilkan susunan pilar penyangga atap.
Tepat di depan pintu masuk istana, ada seorang pria berambut hitam yang mengenakan setelan doublet layaknya seorang ksatria. Suatu jubah tipis menutupi punggungnya, dan rumbai bulu berwarna abu-abu menghiasi kerah jubahnya. Dia kemudian membungkukkan rendah punggungnya, dan menyentuh sisi dadanya, dan berkata,
"Aku sudah menunggu kedatanganmu, tuan—"
"Panggil saja Wickens. Namaku adalah, Wickens Wheskerd." Seraya mengatakan itu dengan suara yang lembut, dirinya membungkukkan punggungnya 90 derajat, dan memberi salam hormat dengan menyentuh sisi dadanya.
"Senang berkenalan dengan anda, tuan Wickens. Sebuah kehormatan bagi saya bisa menyambut anda di sini. Nama saya adalah, Romhean Cartez. Selaku ajudan sang kaisar yang bertugas menyambut para perwakilan seperti anda," ucapnya dengan suara yang lembut.
"Hmm, jadi ... masih ada yang lain selain aku?" Suara lembut Wickens terdengar sopan dan formal. Dia tersenyum halus, dan memasang ekspresi yang santai.
"Benar ...."