Pria itu perlahan-lahan membuka matanya. Samar-samar ia melihat wajah sang penyihir merah dari wajah Killi. Gadis itu nampak bingung karena mata pria itu mendadak terbuka dengan lebar. Seolah-olah ia terkejut akan sesuatu.
"Apa aku sedang bermimpi? Ataukah aku sudah berada di surga?" Pria itu merasa aneh melihat gadis yang begitu mirip dengan wanita yang ia cintai.
"Beristirahatlah, Tuan. Anda masih belum sembuh benar. Dan ini bukan surga, ini juga bukan mimpi." Senyumnya mempesona, sungguh Altair merasakan senyuman yang sama saat ia pertama kali jatuh cinta dengan sang penyihir.
"Siapa namamu? Namaku Altair?"
"Nama yang indah. Namaku Killi, Tuan Altair," jawaban Killi langsung membuat Altair melongo.
"KILLI??!" pekiknya.
"E ... memang ada apa dengan namaku, kenapa Anda sekaget itu, Tuan?" Killi sampai mundur ke belakang. Gaun putihnya melambai karena goyangan spontan dari tubuh kurusnya.