Selama tiga tahun Gu Xiaoxiao tinggal di kota ini, ia selalu merasa hatinya begitu hampa. Kini ia berdiri di samping pria yang benar-benar asing baginya dan baru ditemuinya belum lama ini, tapi entah mengapa hatinya menjadi tenang dan mantap.
Chu Yichen berbicara sekitar dua puluh menit di telepon. Gu Xiaoxiao menunggu Chu Yichen menutup telepon, kemudian ia berbalik perlahan dan menatap mata gelap Chu Yichen. Lalu, ia bertanya dengan ragu-ragu, "Kenapa harus aku? Kenapa kamu setuju untuk menikah denganku? Kamu seharusnya punya banyak pilihan lain."
"Jika aku tidak salah mengingat, aku pernah menjawab pertanyaan ini sebelumnya," jawab Chu Yichen dengan suara rendah sambil membelai rambut Gu Xiaoxiao.
"Tapi, aku ingin mendengar jawaban yang sejujurnya," Gu Xiaoxiao tetap bersikeras.
Chu Yichen dulu mengatakan bahwa ia membutuhkan seorang istri dan Gu Xiaoxiao sendiri juga menginginkan seorang suami sehingga mereka menikah. Namun, menurut Gu Xiaoxiao, seharusnya ada banyak wanita yang ingin menjadi istri Chu Yichen. Gu Xiaoxiao tidak akan mengangguk begitu saja dan setuju untuk menikah dengannya, jika bukan karena kejadian di suatu malam yang konyol..
Gu Xiaoxiao tidak pernah menentang pernikahan. Bahkan, bisa dibilang bahwa ia sudah mulai bermimpi tentang pernikahan sejak lama karena Mu Yunfan pernah mengatakan padanya bahwa mereka akan mendapatkan buku nikah setelah lulus dari perguruan tinggi. Nyatanya, Mu Yunfan tidak mengingkari janjinya. Hanya saja, istrinya bukan Gu Xiaoxiao dan suami Gu Xiaoxiao sekarang bukan Mu Yunfan.
"Aku tidak percaya jika tidak ada orang lain yang memperhatikan sepotong daging yang begitu menarik sepertimu," kata Gu Xiaoxiao. Bibir merahnya sedikit mengerucut dan ia menatap Chu Yichen dengan ekspresi serius. "Kenapa kamu memilihku?"
"Jadi, di mata istriku, definisi dari diriku adalah sepotong daging," kata Chu Yichen sambil tersenyum jahat. Panggilan 'istri' itu langsung membuat wajah Gu Xiaoxiao memerah karena kesal dan malu-malu. Melihat perubahan ekspresi Gu Xiaoxiao, ia pun menghela napas. "Ya, kamu benar. Ada banyak orang yang menatapku, tapi mereka bukan dirimu."
Mungkin Gu Xiaoxiao menganggap Chu Yichen orang asing baginya. Namun, nama Gu Xiaoxiao sudah akrab bagi Chu Yichen, bahkan sebelum ia kembali ke Tiongkok. Tiga tahun lalu, ketika Chu Xiaoxi mengabaikan pemberitahuan bahwa ia diterima di sekolah Ivy League yang terkenal lalu dengan tegas memilih untuk pulang dan masuk di Universitas B, Chu Yichen telah mengirim seseorang untuk mengikuti dan melindungi adiknya itu.
Mengirim pengawal untuk anak-anak adalah budaya keluarga Chu. Apalagi, Chu Xiaoxi telah menjadi jantung keluarga Chu sejak masih kecil. Selain itu, alasan lainnya adalah karena ia dulu pernah diculik dan diperas saat masih anak-anak. Karenanya, ketika Chu Xiaoxi tiba-tiba pulang ke Tiongkok sendirian, tanggung jawab untuk memantau dan melindungi keselamatannya jatuh pada Chu Yichen.
Ada banyak cara untuk mengetahui tentang orang-orang di sekitar Chu Xiaoxi. Saat Chu Yichen pertama kali melihat Gu Xiaoxiao di foto, senyum manis gadis itu penuh dengan masa muda dan membuat orang yang melihatnya merasa nyaman. Setelah itu, Chu Yichen mendengar semakin banyak berita tentang Gu Xiaoxiao. Tidak hanya dari foto dan informasi, tapi juga dari Chu Xiaoxi yang sesekali menyebutkan gadis lugu dan menarik ini saat meneleponnya.
Dari cerita Chu Xiaoxi, Chu Yichen tahu bahwa Gu Xiaoxiao memiliki pacar masa kecil. Ketika Gu Xiaoxiao dibius malam itu, ia terbaring di tempat tidur dengan pikiran yang sudah tidak jelas. Ia meraih lengan baju Chen Yichen sambil berlinang air mata dan bergumam pada dirinya tentang mengapa lelaki itu sudah tidak menginginkannya. Saat itu, hati Chu Yichen juga merasakan sakit saat mendengarnya.
Sejak kapan Gu Xiaoxiao mulai memiliki tempat di hati Chu Yichen? Chu Yichen sendiri juga tidak tahu. Namun, ia tahu bahwa keputusannya untuk menikahi Gu Xiaoxiao bukanlah keputusan yang impulsif.