Hai, Terima kasih atas kunjungannya di cerita ini.
Dan aku cuma mengingatkan ini hanya karya fiksi kalau ada kesalahan dalam suatu hal bisa kalian kasih tahu dimana letak salahnya.
••••
__________________
𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐒𝐂𝐄𝐍𝐄! 𝐃𝐈𝐒𝐂𝐋𝐀𝐈𝐌𝐄𝐑:
[BRUTALISM, RUDE, TOXIC, CHAOS, SEXUALITY, MURDER, MENTAL DISORDER, CREEPY, MISTERY]
__________________
⚠️⚠️⚠️
27 February,Kensington.
Derap langkah menggema memenuhi sebuah rumah terbengkalai yang sudah lama ditinggal.
Berjalan memasuki sebuah ruangan yang gelap, namun saat menyalakan saklar listrik dapat melihat sedikit apa yang ada didalamnya karena remang.
Seorang gadis menatap kearah potret sebuah keluarga lengkap yang terlihat begitu harmonis dan bahagia tapi itu hanya foto.
Tangannya terulur memegang potret foto dan mengelusnya perlahan. Bibirnya tersinggung senyuman manis kemudian menjadi tawa yang menggelegar.
"Fake figur,"ucapnya.
Kemudian dia beralih menuju sofa yang ada di sana. Mendudukkan diri dan menuangkan segelas wine yang sudah tersedia.
"Berita yang menajubkan,"pukaunya saat dia melihat berita di koran.
Dia tersenyum, membaca deretan kata per kata yang membentuk kalimat."Aren't they fucking stupid?"kemudian membakar koran itu di perapian yang menyala.
Menikmati wine yang ada ditangannya menyesap perlahan merasakan aliran yang manis di kerongkongan.
"Ini adalah kenikmatan yang sebenarnya".
Menaruh gelas wine yang kosong, tangannya menggeser sofa hingga muncul sebuah pola dilantai.
Layar komputer muncul dari lantai,"sistem diaktifkan, masukkan kata sandi anda,".
"The moment everything is die, die with regrets"ucapnya.
"Kata sandi terdeteksi, selamat datang".
Layar komputer kini berganti dengan pintu besi yang terdapat kata sandi wajah.Dia memposisikan wajahnya dan sistem pintu besi mulai menscannya. Hasilnya terbukti cocok.
Pintu besi terbuka nampak ruangan bercahaya merah remang, aura yang dikeluarkan ruangan itu begitu mencekat.
"Hallo, baby. What are you doing?"tanyanya ramah berjalan menuju seorang pria yang terikat di kursi.
Menyentuh wajah pria dengan sensual hingga rahangnya,"look bad handsome,"bisiknya.
"Let me go, bitch!"umpat pria itu.
Gadis itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Hey, You said want to fuck me until I wreck? Apa kamu lupa?"tanyanya dengan senyum miring.
"Bagaimana kalau aku yang memulai dan memimpinnya? Kita lihat siapa yang akan hancur lebih dulu?"dia berjalan menuju sebuah lemari besi yang ada disana.
Membuka lemari besi terlihat banyak berbagai alat permainan yang biasa dia gunakan. Mengambil Mess size 12, kemudian memakai sarung tangan.
"Let's play baby?"pria itu semakin memberontak melihat dia mendekat.
Dengan sekali tarikan baju pria yang dia ikat sobek dan membuangnya asal.
"And i'm gonna show you what's really crazy, you will like it".
Perlahan dia menggoreskan mess di area dada pria, menulis kata 'Lose' dan beberapa kata yang menjatuhkan harga diri pria.
Pria itu hanya bisa berteriak kesakitan namun baginya teriakan kesakitan dari sang pria adalah lagu lullaby yang candu di telinganya.
"Sttt...., slow down, baby. this is just a warm-up we haven't got to the core yet so save your voice,handsome"bisiknya.
Napas pria itu terengah-engah dia salah sangkah ternyata orang didepannya adalah iblis.
"Katakan padaku sebuah kebohongan manismu,"pria itu menggeleng namun dia langsung menjambak rambutnya dan membuatnya mengerang.
"Oh my god,"berpura-pura terkejut dengen menutup mulutnya.
"Bukankah, ini rambut kebanggaanmu? until you insult other people's hair".
Jambakan semakin mengeras, bukannya kasihan saat melihat korbannya kesakitan malah merasa puas.
Dirasa cukup, dia melepaskan jambakannya secara kasar. Kemudian mengeluarkan semua peralatannya,"Aku ingin sekalih mencoba penemuan baru mengganti jantung manusia dengan jantung anjing".
Pria itu menggeleng dan terus memberontak.
Mengambil suntikan yang berisi obat bius dan menyuntikkannya. Memasangkan Elektrokardiogram untuk memantau detak jantungnya.
Perlahan tapi pasti mess perlahan menggores dada kiri sang pria, mengambil jantung dan meletakkan di Box yang sudah disediakan.Dan beralih mengambil jantung anjing yang sudah dia persiapkan kemudian memasangkannya pada sang pria.
Sambil menjahit dia bersenandung, EKG yang awalnya menampakkan diagram lurus kini mulai normal, berarti operasi yang dia lakukan berhasil.
Gadis itu tersenyum melihat karyanya, mulak merapikan semuanya dan membuang sarung tangan yang penuh darah di perapian.
"You fucking Dumbest".
Mengambil box yang berisi jantung pria itu dan membawanya keluar, meninggalkan pria itu yang masih terikat.
"you devil, Ev"lirih pria itu yang setengah sadar karena pangaruh biusnya sedikit mulai menghilang.
Dia keluar dengan wajah tanpa dosa, meninggalkan korbannya yang mati membusuk perlahan. Menaiki mobilnya meninggalkan rumah terbengkalai menuju ke suatu tempat.
Tujuannya sekarang adalah sebuah rumah sakit. Menginjak gas agar kecepatan penuh karena tidak ingin membuang-buang waktu.
Sebuah tulisan besar di gedung rumah sakit 'The Royal Marsden'. Dia turun dari mobil dengan memakai kacamata hitam dan masker.
Memasuki rumah sakit dan menuju ke resepsionis,"Permisi, bisa berikan ini ke Dr. Emma"pintanya sambil memberikan box yang dia bawa.
Seakan tahu suster resepsionis akan bertanya lagi dia langsung menyela,"Jangan banyak tanya, lakukan segera"kemudian pergi dari sana.
Sedangkan sang suster menatap heran apa isi di dalam box tapi dia tetap memberikannya ke Dr. Emma.
Saat di depan pintu dengan tulisan 'Dr. Emma Alexsander', suster itu langsung mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk.
"Ada apa suster?"tanyanya.
"Ada yang mengirim anda sesuati Dr. Emma. Ini"jawab sang suster seraya meberikan box yang dia dapat dari seorang perempuan.
"Apa ini?"suster menggeleng tanda tidak tahu.
Dr.Emma langsung saja membuka box itu dan terkejut dengan isinya yang ternyata sebuah jantung dan ada sepucuk surat.
'Hello, Dr.Emma, I know that one of your patients needs a heart, so I'm giving this heart away for free and match 100%'
Tanpa banyak kata, Dr. Emma mengutus suster tadi untuk memberitahu keluarga pasien yang membutuhkan transplantasi jantung bahwa mereka sudah mendapatkan jantung yang cocok dan tim medis akan segera melakukan operasi.
Sedangkan disisi lain seorang pria duduk di sofa ruang kerjanya sambil mengecek dokumen penting yang akan dia bawa sebentar lagi.
Hingga suara telpon berdering.
"Hallo, Mr. Frediksen. Jam 9 anda harus bertemu dengan prince phillip di Edinbrugh untuk membahas kerja sama".
"Baik, kamu siapkan kendaraan saya"
Sambungan di putus olehnya, melihat arloji mahal yang melingkar di perhelangan tangannya yang menunjukkan pukul 8.
"Tinggal 1 jam lagi"gumamnya.
Kemudian dia membereskan berkas-berkasnya dan membawa yang hanya di butuhkan.
Saat diperjalanan keluar dia bertemu dengan adik perempuannya namun mereka tidak saling menyapa hanya saling melirik karena mereka tidak dekat layaknya hubungan saudara.
Sampai didepan sudah ada mobil yang dipersiapkan oleh asistennya.
"Semua sudah siap, Mr"
Dia mengangguk,"kita berangkat".
Mobil melaju menuju Edinbrugh untuk sebuah pertemuan penting.
Tidak terasa sudah sampai di Edinbrugh kediaman Prince Philip yang merupakan suami dari Queen Elizabeth II. Kediaman itu memang jarang di tempati oleh Prince Phillip hanya untuk pertemuan penting.
"Salamat pagi, Prince Philip, Prince of wales dan Majesty the Queen,"ucapnya sambil menganggukan kepalanya.
"Selamat pagi juga,"jawab mereka.
Setelah mengucapkan salam pertemuan tadi mereka bertiga berada di ruangan yang memang sudah di persiapkan untuk pertemuan kali ini.
"Seperti itu lah, rencana kerja sama kita. Dan saya pastikan kerja sama kita juga bisa memajukan perekonimian Inggris,"katanya mengakhiri penjelasan tetang kerja sama yang akan ditawarkan.
"Cukup bagus, baiklah saya menyetujuinya"jawab Ratu Elizabeth diangguki pangeran Philip.
"Senang berkerja sama dengan anda, Majesty The Queen dan Prince Philip of wales".
"Tidak perlu terlalu Formal, Anthony. Kita masih ada sedikit kekerabatan"ucap Ratu Elizabeth.
Anthony hanya tersenyum tipis,"Itu tidak akan sopan".
"Baiklah pertemuan kali ini selesai, semoga bisa bertemu dilain waktu dan aku harap kau tidak terlalu formal santai saja".
Anthony berjabat tangan kepada kedua pasangan itu. Dan berpamitan terlebih dahulu dengan alasan akan pergi ke Luxemburg.
Dia memasuki mobil dan menyuruh asistennya untuk menyiapkan jet pribadi.
"Hari ini ada masalah lagi, Frank?"tanya Anthony pada Asistennya yang bernama Frankiestin. Tapi pandangannya masih fokus di Tabnya.
"Tidak ada, Tuan dan Nyonya pergi ke Paris untuk kerja sama membangun relasi sedangkan Nona hari ini tidak masuk kuliah".
Alis Anthony menukik tajam mendengar jawaban Frank,"Anak itu kenapa tidak kuliah?".
Frank menggeleng tidak tahu,"Saat saya bertanya kepada nona kenapa tidak kuliah nona hanya menjawab 'bukan urusanmu' seperti itu Tuan".
Anthony mendengus lelah,"Dia semakin membangkang".
"Hah,"Anthony memijit pelipisnya lelah.
Menjadi penerus keluarga Frediksen tidaklah semudah orang lihat. Mereka berpikir menjadi bagian keluarga Frediksen itu menyenangkan tapi mereka tidak tahu yang sebenarnya.
"Percepat lajunya, Frank"perintahnya.
Mobil melaju cepat melesat sampai di salah satu private airport yang hanya di khususkan untuk keluarga Frediksen.
Para staf yang berada disana melihat mobil mewah langsung berjejer rapi menyambut kedatangan Tuan mereka.
"Selamat datang. Tuan Anthony"ucap mereka bersamaan. Anthony yang baru saja turun dari mobilnya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Yang aku perintahkan sudah kalian persiapkan?"tanya Anthony.
"Sudah tuan"jawab salah satu dari mereka.
"Ayo, Frank. Sebelum itu hubungi Jack don't let that jerk get away". Frank memgangguk dan melaksanakan segera perintah tuannya.
Mereka yaitu Anthony, Frank dan beberapa orang kepercayaannya memasuki salah satu Private Jet yang sudah di persiapkan.
𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍
Thanks for reading, hope you enjoy it. Look forward to the next part🖤
Next or No?
Boleh koreksi jika ada kesalahan penggunaan EYD atau penggunaan kata berlebihan.
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña