Cahaya di dalam kamar sudah meredup ketika Qianru terbangun dari tidurnya. Lilin-lilin yang menerangi ruangan, sudah padam sejak tadi.
Namun, cahaya lemah dari bulan mesuk melalui jendela yang berada di sebelahnya. Cahaya bulan yang pucat menerangi wajah Xiao Jun yang terbaring di sebelahnya.
Qianru mengangkat tangannya, dengan ujung jemarinya ia menelusuri wajah suaminya yang terlihat sangat lelah di garis rahangnya.
Ia sudah menanggung begitu banyak beban.
Qianru tidak tahu kenapa tiba-tiba perasaan emosional Xiao Jun pecah seperti tadi. Tapi ia tidak keberatan, sebenarnya ia merasa lega bahwa Xiao Jun pergi mencarinya di saat ia sudah mencapai dasar keputus asaannya.
Itu membuat Qianru merasa seperti akhirnya Xiao Jun menyadari keberadaannya, tidak hanya sekedar nama yang disebut sebagai istri.
Untuk sesaat, Xiao Jun terlihat sangat rentan, seperti sedikit saja tindakan kasar bisa menghancurkannya berkeping-keping. Kesedihannya sangat jelas untuk bisa dilihat.