"Ye Qing! Disana kau rupanya." Ye Bai berseru dengan kemarahan ketika ia melihat anaknya berada di dekapan Ye Xiu. Namun, sebelum ia bisa mengambil kembali anaknya, Ye Xiu memukul kepala Ye Bai.
"Kakak! Apa yang kau lakukan?" Ye Bai mengusap kepalanya yang terasa sakit sementara Ye Qing terkekeh.
"Aku telah memberitahumu untuk berhati-hati dengan senjatamu sendiri!" Ye Xiu berseru, bagaimana bisa Ye Qing bermain dengan golok milik Ye Bai jika itu bukan karena Ye Bai yang meletakkan pisau lebar itu sembarangan.
"Kakak, dia yang bermain-main dengan senjataku. Tapi kenapa kau malah memukulku?" Ye Bai mengeluh seperti seorang anak kecil.
Terkadang Ye Xiu bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang Ye Bai yang masih kekanank-kanakan ini menjadi seorang ayah?
"Karena kau adalah ayahnya! Bagaimana kau bisa menyalahkan anakmu bahkan karena kesalahanmu sendiri?"
Ye Bai mencemooh dengan kesal, tapi tidak berani untuk berdebat. Ketika Ye Qing melihat ayahnya memasang ekspresi kesal, ia mengulurkan tangannya yang kecil ke arah Ye Bai.
"Apa?" Ye Bai bertanya dengan cemberut.
"Gendong aku." Ye Qing berkata dengan nada suaranya yang sangat kekanak-kanakan, kedua lengannya terbuka lebar.
"Karena kau, Ye Xiu marah padaku, tapi sekarang kau mau aku menggendongmu?" Meskipun itu yang dikatakan oleh Ye Bai, ia tetap mengulurkan tangan untuk menggendong anak laki-lakinya.
"Lain kali jangan letakkan golokmu dengan sembarangan, ayah." Ye Qing berkata dengan lembut sambil mengusap kepala ayahnya di sisi dimana Ye Xiu memukulnya, dengan telapak tangannya yang kecil.
Bibir Ye Xiu berkedut, itu semua karenanya hingga Ye Bai mendapatkan pukulan, tapi Ye Qing malah menenangkan ayahnya.
"Kakak, bagaimana keadaan gadis itu?" Ye Bai membiarkan Ye Qing mengusap kepalanya.
"Masih belum sadarkan diri."
"Kau menculiknya?" Ye Bai bertanya dengan nada suara yang sangat pelan.
"Tidak. Wang Yu membawanya padaku."
"Kenapa?"
���Aku bilang aku akan menemuinya kalau dia membawa Senja. Dia menyetujuinya dan membawa Senja bersamanya kemarin."
"Dia membawa anaknya sendiri kepadamu dengan rela?! Apa dia sudah gila?!" Ye Bai berseru karena sangat terkejut. Kedua matanya kecilnya yang tidak sesuai dengan tubuhnya yang kekar, membesar. Ia mengakui bahwa ia bukanlah seorang ayah yang baik, tapi ia tidak akan pernah membawa anaknya sendiri untuk bertemu dengan musuhnya.
"Ya. Dia memang gila."
"Lalu, apa yang telah terjadi? Kenapa kalian berdua terluka? Apa kau membunuh Wang Yu?"
"Tidak, ketika aku mengambilnya, aku sudah tidak memiliki urusan apapun dengannya." Ye Xiu memutar tubuhnya dan berjalan kembali ke dalam kamar.
"Kakak. Aku masih memiliki pertanyaan untukmu." Ye Bai menghampiri kakaknya. Namun, Ye Xiu menutup pintu tepat di hadapan Ye Bai tanpa ampun.
"Ayah, jangan ganggu paman. Dia sedang sangat sibuk." Ye Qing berkata dengan lembut.
"Anak nakal. Aku ayahmu , tapi kenapa kau selalu memihak padanya?" Ye Bai mengeluh dengan tidak senang tapi anaknya hanya terkekeh.
***
Di dalam ruangan.
Setelah Ye Xiu menutup pintu dan hendak memeriksa keadaan Senja lagi, dengan mengejutkan gadis itu telah bangun dan sedang duduk di atas tempat tidur dengan rasa cemas.
Ye Xiu berhenti sejenak lalu mengambil secangkir air minum sebelum ia berjalan menghampirinya ke samping tempat tidur.
"Kau mau minum?" Ye Xiu memberikan cangkir yang ada di tangannya di hadapan Senja.
Senja mengangkat kepalanya, menatap wajah Ye Xiu dengan tatapan kosong sebelum ia mengambil cangkir yang disodorkan oleh Ye Xiu dan meminum airnya.
"Terima kasih." Senja mengembalikan cangkir kosong itu kepada Ye Xiu.
"Kau mau lagi?"
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
Ye Xiu memperhatikannya, selain terlihat sangat sedih, Senja tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia ketakutan ada kebingungan seperti apa yang telah ia kira. Senja terlihat cukup tenang.
"Apa kau ingat dengan apa yang terjadi?" Ye Xiu bertrngger di sebuah kursi dekat dengan tempat tidur.
"Kau berkelahi dengan ayahku." Senja membalas dengan nada yang monoton.
"Apa kau takut denganku?"
Senja menatap kedua mata Ye Xiu ketika ia menjawabnya. "Kau telah menyelamatkan aku."
Ye Xiu terkejut dengan jawaban Senja. Tampaknya ia mengerti tentang apa yang telah terjadi di Kuil Gunung Sui. "Terima kasih." Senja melanjutkan.
Ye Xiu hanya mengangguk, karena ia juga tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dilihat dari tatapan mata Senja dan wajahnya, Ye Xiu tahu bahwa gadis kecil itu telah melewati banyak waktu sulit dan berjuang untuk meningkatkan sikapnya yang seperti sekarang.
Anak-anak biasanya akan menangis atau merasa panik, tapi Senja tidak menunjukkan semua itu, cara ia membawa diri sangat jauh lebih dewasa dari seorang anak-anak yang seusianya, mungkin saja, setelah semua yang ia hadapi selama ini dan kejadian ketika ayahnya sendiri menusuk dirinya dengan pedang adalah pacuan untuknya. Lagipula, banyak orang menjadi lebih dewasa setelah mengalami kejadian yang mengubah hidup.
"Apa kau tidak ingin tahu kenapa aku membawamu pergi?" Ye Xiu bertanya dengan lembut.
"Dimanapun terasa lebih baik dibandingkan disana." Senja menundukkan kepalanya.
"Sepertinya mereka memperlakukanmu dengan tidak baik."
Senja tidak menjawabnya dengan segera. Ia terus memainkan jemarinya di bawah selimut. "Kenapa dia menusukku?" Senja bertanya dengan suara yang serak.
"Aku tidak tahu." Ye Xiu tidak mungkin dapat mengatakan cerita yang memprovokasi seperti itu kepada anak berusia 8 tahun.
"Aku merasa senang karena akhirnya dia mengajakku berjalan-jalan." Suara Senja terdengar sangat terluka.
Ye Xiu tidak mengerti harus memberikan reaksi seperti apa terhadap kalimatnya jadi ia bergeser untuk duduk di sebelah Senja dan mengusap kepalanya dengan lembut. Gadis itu masih menundukkan kepala ketika air mata mulai jatuh dari matanya dan tidak membutuhkan waktu lama hingga air mata itu menjadi sebuah aliran di kedua pipinya.
Pundaknya yang kecil bergetar hebat ketika ia menangis dengan sangat menyedihkan. Bagaimana pun ia hanyalah seorang anak kecil.
***
Pagi berikutnya.
Senja terbangun karena merasakan sesuatu yang berat di kakinya, ia mencoba untuk menggerakannya, tapi tidak bergeser. Maka ia membuka matanya yang masih mengantuk dan menemukan seorang anak kecil duduk di kakinya sambil menatap ke arah wajahnya.
Senja tidak ketakutan, ia hanya mengusap kedua matanya. Lengan sebelah kirinya masih terasa sakit, tapi ia mengabaikannya.
"Kau siapa? Apa mau bermain denganku?" Ye Qing bertanya dengan penasaran.
"Tidak." Senja menjawab dengan singkat.
"Ingin bernyanyi denganku?"
"Tidak."
"Ingin membaca buku cerita bersamaku?"
"Tidak."
"Ingin bermain bersamaku?"
Senja menatap wajah anak laki-laki itu dengan ekspresi bosan. "Aku tidak mau melakukan apapun bersamamu."
"Oh," Ye Qing melingkarkan bibirnya. "Oke." Dan kemudian Ye Qing kembali bersarang di dekat kaki Senja.
"Apa yang kau lakukan?"
"Tidur." Ia mengangkat kepalanya yang kecil.
"Jangan tidur disini. Kembali ke kamarmu."
"Ini sebenarnya adalah kamarku. Paman Ye Xiu memberikannya padamu karena kau sedang sakit." Ye Qing berkata dengan polos.
Senja menatap Ye Qing dengan kesal dan bangun dari tempat tidur.
"Kau mau kemana?" Ye Qing melompat dari tempat tidur dan berlari mengikuti Senja. "Kakak, kau mau pergi kemana?"
Tapi, Senja mengabaikannya sambil membuka pintu dan berjalan keluar. Matahari pagi menghangatkan wajahnya segera setelah ia melangkah keluar.
Di halaman terdapat banyak anak-anak yang sedang berlari sambil menggoda satu sama lain, beberapa dari mereka terlihat berusia sama seperti Senja. "Dimana ini?" Senja menatap Ye Qing yang berada di sebelahnya.
"Rumahku." Ye Qing tersenyum dan berlari menuju anak-anak lain. Tidak lagi memperhatikan Senja.
Senja tidak memiliki keinginan untuk bermain bersama mereka. Ia merasa tidak biasa. selama ini, tidak ada yang pernah bermain dengannya. Bahkan kedua kakak tirinya tidak pernah sekalipun mengajaknya bermain. Biasanya ia melewatkan waktunya dengan membaca sebuah buku, bukan hanya karena ia menyukainya, tapi karena hanya dengan membaca buku ia bisa minghilangkan rasa bosan. Kakeknya bahkan salah paham padanya dan membangunkannya sebuah perpustakaan kecil di dekat taman.
"Kau harus beristirahat lebih banyak." Seorang wanita dengan mengenakan jubah biru berjalan menghampiri Senja. Ia membawa semangkuk sup yang masih panas. "Kemarilah, aku telah membuatkanmu sup ayam." Wanita itu tersenyum kepada Senja sambil membuka pintu.
Senja berjalan kembali ke kamarnya bersama dengan wanita itu mengikuti dari belakangnya. "Cepat, makan sup ini selagi masih hangat. Setelah itu aku akan mengganti perbanmu."
"Terima kasih." Senja berkata dengan monoton. Ia duduk di sebuah kursi dan dengan patuh memakan supnya.
"Aku adalah Su Zhang Li, ibu Ye Qing." Ia memperkenalkan dirinya dengan sangat sopan.
Senja menaruh sendoknya dan melihat wanita itu penuh perhatian. Su Zhang Li bukanlah orang yang sangat cantik, tapi ia memiliki aura keibuan yang membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Ye Qing dengan jelas memiliki mata yang mirip dengan ibunya, kedua mata itu memancarkan kebaikan yang tidak pernah Senja lihat Carye, ibu tirinya.
"Aku adalah Senja."
***
Sudah satu pecan berlalu sejak pertama kali Senja datang di rumah itu. Ia jarang bertemu dengan Ye Xiu sejak pagi pertama saat ia menangis di hadapannya. Ye Xiu juga tidak menjelaskan apapun tentang kenapa ia membawa Senja pergi. Itu tidak penting bagi Senja, ia tidak merindukan apapun dari rumahnya. Bahkan ia merasa lebih nyaman di rumah ini.
Walaupun Senja tidak bisa bergaul dengan anak-anak lain, tapi ia juga tidak menghindari mereka. Ia hanya lebih memilih untuk bersama dengan Su Zhang Li, Senja menyukainya.
Su Zhang Li adalah seorang dokter disini. Tempat yang Senja tinggali saat ini adalah tempat penampungan anak-anak yang menjadi korban perang di bawah kekuasaan hukum Kerajaan Xinghe, sementara Ye Xiu sebagai seorang Jenderal di Kemiliteran dan Ye Bai… Senja tidak tahu apa yang ia lakukan.
Peran Su Zhang Li di tempat ini adalah untuk memperhatikan dan merawat lebih dari seratus anak yang tidak memiliki orang tua, bersama dengan dokter-dokter yang lain. Karena setiap dokter memiliki, tidak ada yang menyadari tentang Senja, selanjutnya ia lebih seperti anak panti asuhan lainnya.
Senja merasa bahagia untuk berada disini bersama dengan Su Zhang Li. Ia sangat perhatian dan seorang ibu yang penyayang. Setiap pagi Senja akan mengikutinya ke taman pengobatan sambil mendengarkan ucapannya mengenai kegunaan dari setiap tanaman obat disana. Senja sangat suka untuk mendengarkan suaranya.
Namun, seperti kata pepatah; setiap hal yang baik pasti akan berakhir.