Descargar la aplicación
7.4% The Sexy Woman / Chapter 20: Usulan Andre

Capítulo 20: Usulan Andre

"Apa ini benar-benar buruk? Apa aku akan mempermalukan Hugo?" tanya Illona saat menyadari respon sahabatnya kurang baik.

Sarah bingung harus menjawab bagaimana. Sebab ia tahu kalau Illona akan tetap bertahan dengan pilihannya itu.

"Sejujurnya memang buruk. Lagi pula siapa yang akan pakai pakaian seperti itu saat kencan?" Sarah menghela napas. "Tapi sudahlah, jadi dirimu sendiri saja. Bukankah itu yang lebih penting? Toh kamu juga tidak akan mendengar usulanku," imbuh Sarah.

Illona tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Dia pun berterima kasih pada Sarah karena sudah mau mendengarkan dan memberi masukan meski berujung kekeras kepalaannya.

***

Saat hari sudah berganti, para siswa kembali memenuhi setiap sudut bangunan sekolah. Tidak terkecuali dengan Andre dan Hugo. Keduanya tengah berjalan bersama menyusuri lorong bangunan untuk tiba di ruang kelas.

"Ada apa denganmu?" tanya Andre tiba-tiba. Suaranya pun berhasil membuat Hugo menoleh menatapnya.

"Apa? Memangnya kenapa denganku?" Hugo berbalik bertanya dengan tatapan bingung.

Andre menghela napas. "Ayolah, aku sangat mengenalmu. Apa yang kamu pikirkan sampai seperti itu?"

Hugo terdiam, tidak lama kemudian dia ikut menghela napas dan tertunduk. Laki-laki itu pun segera memberitahu Andre bahwa dirinya akan mengajak Illona pergi berdua. Masalah terbesar yang mengganggunya adalah, hingga saat ini dia yang tidak memiliki tempat tujuan yang bisa didatangi.

Perkataan Hugo sontak membuat Andre tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau sahabatnya yang selalu memberi jarak pada setiap gadis yang menyukainya, kini justru kebingungan untuk mencari tempat kencan.

"Apa kamu sedang mengejekku? Ayolah, lagi pula ini bukan kencan, kami hanya pergi bersama," sahut Hugo.

Andre menepuk bahu Hugo. "Benar hanya keluar biasa? Kamu tidak akan menyesal kalau ada yang mengajaknya kencan terlebih dahulu?" tanya Andre untuk memancing respon sahabatnya.

Hugo terlihat gusar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Lihat! Sekarang dia popular, banyak yang mendekatinya. Jadi kalau kamu telat sedikit saja—."

Belum sampai Andre menyelesaikan kalimatnya, Hugo langsung pergi begitu saja ke arah yang ditunjuk oleh Andre. Arah di mana Illona sedang berbincang berdua dengan seorang laki-laki.

Pemandangan seperti itu tidak asing lagi bagi Hugo. Hampir setiap pagi, ia selalu melihat lelaki yang berbeda tengah berbincang dengan Illona. Ada yang sekadar meminta nomor ponsel dan ada pula yang nekat menyatakan perasaan. Untungnya, tidak ada satu pun dari mereka yang direspon oleh gadis itu.

"Selamat pagi, Illona?" sapa Hugo yang tiba-tiba datang. Suaranya membuat kedua remaja itu menoleh.

"Hugo!" seru Illona dengan wajah berbinar.

Di sisi lain, laki-laki yang ada di hadapan Illona berdecak kesal. "Ka-kalau begitu aku pergi dulu ya!"

Suaranya membuat Illona menoleh. "Ah, baiklah!" jawab Illona singkat. Ia pun kembali menatap ke arah Hugo hingga membuat laki-laki itu semakin kesal. Ia bahkan sampai menoleh saat langkahnya sudah cukup jauh. Hingga tatapan tajamnya pun dibalas oleh Hugo karena mata mereka yang saling beradu.

"Apa kamu sudah menemukan tempatnya, Hugo?" tanya Illona yang kembali mengalihkan pandangan laki-laki di hadapannya.

"Ah, i-itu—."

"Bagaimana kalau kalian ke bioskop saja?" Suara Andre yang tiba-tiba terdengar menghentikan perkataan Hugo.

"Bioskop?" ucap Hugo dan Illona bersamaan. Mereka pun kemudian saling tatap dan tertawa bersama.

Andre yang merasa menjadi pengganggu langsung menghela napas dan berkata akan pergi ke kelas terlebih dahulu. Hingga kini, hanya tersisa Illona dan Hugo di tengah keramaian lorong sekolah pagi hati.

Hugo bertanya bagaimana pendapat gadis itu terhadap usulan Andre. Sebelum Illona menjawab, Hugo juga menambahkan kalau mereka bisa sekaligus berkeliling bersama, makan di cafe, dan mengunjungi banyak tempat lain.

Tanpa pikir panjang gadis itu mengangguk setuju. Anggukan yang diiringi senyuman pun berhasil membuat jantung Hugo berdetak dengan kencang. Laki-laki itu merasa pesona Illona selalu keluar saat menunjukkan senyumannya.

"Ka-kalau begitu, sekarang masuklah. Sebentar lagi bel!" ucap Hugo sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Illona tersenyum. "Baiklah. Kamu juga semangat ya, Hugo!"

Setelah saling menyemangati, kedua remaja itu pun berpisah dan kembali ke ruang kelas masing-masing.

***

Hari yang ditunggu sudah tiba. Illona bangun pagi karena ingin segera bersiap sebelum Hugo datang. Meski waktu janjian mereka pukul sebelas siang, tetapi gadis yang bangun pukul enam merasa waktunya masih sangat kurang. Bukan tanpa alasan, tetapi karena sebelumnya ia sudah memperhitungkan apa saja yang harus dilakukannya selain membersihkan rumah seperti yang biasa ia lakukan.

Saat waktu menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh, pekerjaan rumah yang belum selesai langsung Illona tinggal begitu saja. Gadis itu bergegas lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri yang dipenuhi keringat. Ia tidak mau terlambat bersiap karena dirinya yakin akan menghabiskan banyak waktu untuk itu.

Benar saja, sesuai ketakutan Illona, saat tersisa waktu tiga puluh menit, gadis itu masih belum selesai bersiap. Ia merasa tidak puas dengan penampilannya karena merasa terlalu jelek, bahkan setelah berganti pakaian lain atau riasan lain, ia merasa dirinya terlalu menor.

Waktu yang terus berlalu membuat gadis itu tidak sadar bahwa jam yang ditentukan sudah terlewat. Suara ketukan pintu yang menyapa ruang dengar Illona, baru membuat gadis itu menyadari bahwa saat ini jarum jam menunjukkan pukul sebelas lebih sepuluh menit.

"Maaf, Illona. Aku telat menjemputmu," ucap Hugo ketika Illona membuka pintu tempat tinggalnya.

'Tampan sekali!' Illona tidak menjawab. Ia justru membatin sembari sibuk melamun saat menatap laki-laki yang datang untuk menjemputnya.

"Illona?" Hugo melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Illona. Hal itu pun membuat gadis yang tengah melamun tersadar dan segera meminta maaf.

Hugo tersenyum. Meski tidak tahu apa yang membuat Illona meminta maaf, tetapi laki-laki itu berkata bahwa bukan masalah besar hingga Illona pun tidak perlu meminta maaf. Ucapan laki-laki itu membuat gadis yang tengah tidak percaya diri tersenyum senang.

"Ya sudah, ayo kita berangkat," ajak Hugo. Saat laki-laki itu berbalik, tiba-tiba Illona menggapai tangannya hingga membuat laki-laki yang mengenakan kaus hitam yang dibalut jaket, berbalik menatap gadis yang masih memegangi tangannya.

"Ada apa, Illona?" tanya Hugo penasaran, terlebih lagi ia melihat Illona yang tampak resah. "Tidak apa-apa, katakan saja." Hugo menggenggam satu tangan Illona, berharap gadis itu tenang dan menyampaikan keresahannya.

"Emm, apa aku terlihat aneh? Penampilanku?" Gadis itu menunduk menatap tubuhnya dan kemudian ia melirik ke arah Hugo. Tidak lama kemudian Illona pun menjelaskan bahwa ia tidak pernah keluar selain bekerja dan sekolah. Hingga dia tidak percaya diri dengan penampilannya saat ini. Gadis itu juga berkata bahwa dirinya tidak mau mempermalukan Hugo dengan penampilannya yang tampak lusuh.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C20
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión