Descargar la aplicación
4.44% The Sexy Woman / Chapter 12: Tidak Mengambil Tindakan

Capítulo 12: Tidak Mengambil Tindakan

Brugh!

Illona menabrak Hugo hingga ia jatuh dalam pelukannya. Beruntungnya tubuh kedua remaja itu tidak sampai terjatuh. Hugo hanya terhuyung saat menangkap Illona. Namun, kedua insan yang sedang bertatapan karena posisi yang mengejutkan, harus berlari secara tiba-tiba karena terdengar suara guru patroli yang berkata mendengar sesuatu dari arah pagar.

Karena tidak ingin ketahuan, keromantisan itu pun langsung berhenti dan digantikan oleh langkah lebar yang membawa tubuh menjauh. Keduanya baru menghentikan langkah saat dirasa sudah cukup jauh dari bangunan sekolah.

Lari tanpa pemanasan membuat Illona maupun Hugo berhenti dengan napas terengah-engah. Keduanya sudah tampak seperti seorang atlet yang habis melakukan lari maraton.

"Hah, maaf ya malah membuatmu berlari seperti ini," ucap Hugo yang tengah memegangi lututnya.

"Ti-tidak apa-apa. Aku yang harusnya meminta maaf karena membuatmu membolos." Illona menundukkan kepala karena merasa bersalah.

"Hei, sudahlah. Ini kemauanku," sahut Hugo. Laki-laki itu lantas mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Illona melanjutkan perjalanan.

Sang gadis mengangguk, mereka pun segera pergi ke tempat tinggal Illona karena tidak memiliki tempat tujuan lain. Sesampainya di depan gedung apartemen Illona, Hugo menghentikan langkah dan mendongak.

"Apa tidak apa-apa kemari? Bagaimana kalau kita ketahuan membolos dan dimarahi orang tuamu?" tanya Hugo tanpa melihat ke arah Illona.

"Aku tinggal sendiri. Orang tuaku sudah meninggal," jawab Illona.

Mendengar hal itu Hugo sontak menoleh. Ia menatap Illona dengan mata membulat. Pikirannya pun mulai kosong karena ia tidak menyangka gadis yang tampak rapuh itu menjalani kehidupannya seorang diri.

Karena tidak ada respon dari Hugo, Illona menoleh dan menatap laki-laki itu. Mereka pun beradu pandang hingga membuang Hugo tersadar dari lamunannya.

"Ma-maaf, Illona, aku tidak tahu," ucap Hugo sembari menundukkan kepala.

"Tidak apa-apa. Sudah, ayo masuk saja," sahut Illona. Gadis itu segera memimpin jalan dan membuat Hugo mengikutinya.

Setibanya di unit apartemen Illona yang kecil, gadis itu segera mempersilakan laki-laki yang bersamanya untuk masuk.

"Maaf tempat tinggalku hanya kecil," ucap Illona.

"Ah, bukan masalah. Lebih baik kamu berganti pakaian dulu kalau tidak nanti bisa sakit!" Hugo yang sudah duduk menatap ke arah Illona.

"Ini sudah kering kok. Aku cuci seragammu sebentar saja ya," ucap gadis itu.

Hugo pun langsung menolak dan berkata seragamnya tidak perlu di cuci. Namun, Illona bersikukuh hingga membuat pria itu mengalah. Ia pun akhirnya menunggu Illona dengan duduk diam di ruang tamu yang ukurannya tidak lebih besar dari kamarnya.

Setelah beberapa saat, Illona kembali dengan pakaian bebas. Ia duduk di samping Hugo tanpa mengatakan apa pun. Keheningan pun terjadi hampir dua puluh menit lamanya. Sebab laki-laki yang bertamu juga merasa gugup karena hanya berduaan saja dengan seorang gadis di sebuah ruangan.

Suasana itu membuat Hugo teringat akan cerita teman-temannya yang menghabiskan waktu bersama kekasih mereka. Namun, dengan segera Hugo menepis pemikiran itu karena menurutnya sangat tidak pantas.

Dengan wajah memerah, laki-laki itu mulai membuka pembicaraan. Ia bertanya pada Illona apa yang sebenarnya terjadi pagi tadi. Illona tidak langsung menjawab, gadis itu terdiam sejenak.

"Emm, itu ...." Gadis itu tidak menyelesaikan perkataannya.

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak ingin menjawabnya. Jangan dipaksa," ucap Hugo.

"Te—rima kasih, Hugo. Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau kamu tidak datang!" Dengan gugup Illona menyampaikan isi hatinya. Setelah itu, ia pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Hugo seketika merasa kesal. Ia yakin bahwa seember air itu memang disiapkan untuk Illona. Terlebih lagi tidak ada yang menolong gadis rapuh di sampingnya. Hingga ia pun mulai paham kenapa Illona selalu berjalan seorang diri dengan kepala menunduk.

"Kamu tidak usah khawatir, setelah ini aku akan menjagamu!" seru Hugo dengan yakin. Ia juga menggenggam tangan Illona hingga membuat gadis itu merasa malu.

***

Setelah ucapan Hugo hari itu, dia selalu menepatinya. Illona selalu berada dalam perlindungan laki-laki itu karena beberapa anak memang tidak berani macam-macam dengan Hugo.

Meski Clara terkadang merundung Illona di dalam kelas, gadis itu pun tidak lagi tinggal diam. Ia selalu teringat perkataan Hugo dan Sarah yang memintanya untuk membalas. Mereka sama-sama berkata bahwa orang seperti Clara akan diam jika ada yang membalasnya. Sebab gadis seperti itu selalu merasa dirinya unggul karena tidak ada yang berani membalas perbuatannya.

Perlahan kehidupan Illona pun mulai berubah. Ia bukan lagi anak yang dipandang lemah karena selalu diam jika disalahkan. Kini ia seperti singa yang akan menggigit jika sedikit saja disodori sebuah daging. Hal itu membuat Clara tidak lagi berani macam-macam dengan Illona meski gadis itu sesekali tetap menatap tajam ke arahnya.

Hugo : Aku tunggu di halaman belakang!

Pesan singkat dari Hugo membuat Illona tersenyum. Gadis itu pun segera menjawabnya dan berkata akan menyusul setelah pelajarannya selesai.

Hubungan keduanya yang semakin dekat, membuat Illona juga dekat dengan Andre. Keduanya pun tidak lagi canggung seperti awal bertemu. Andre benar-benar sudah menganggap Illona sebagai sahabatnya sama seperti Hugo.

"Hugo!" seru Illona yang tiba-tiba datang.

"Kamu sudah datang? Kemarilah," sahut Hugo sembari menepuk bangku kosong di sampingnya.

"Hai, Illona!" sapa Andre dan beberapa teman Hugo yang lain.

"Halo, Andre. Hai semua!" sahut gadis cantik itu.

Melihat Illona yang akrab dengan teman-temannya, Hugo merasa senang. Laki-laki itu benar-benar tahu bagaimana perubahan gadis yang selalu menunduk hingga kini ia bisa berdiri tegap. Namun, belum semua berubah dari Illona, gadis itu masih mempertahankan penampilannya dan dia juga belum memiliki teman dekat lain selain Hugo dan para teman-temannya.

"Hugo?" Illona melambaikan tangannya di depan wajah tampan laki-laki di sampingnya. Ia juga memiringkan kepala untuk melihat ke arah pria itu.

"Ah, iya? Ada apa?" tanya Hugo terkejut.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja kamu memandangku sembari tersenyum. Apa ada yang lucu dari wajahku?" tanya Illona menjawab pertanyaan laki-laki itu.

Hugo tersenyum. "Tidak ada apa-apa. Kamu sudah makan?"

"Sudah tadi bersamamu, sekarang masih kenyang," jawab Illona sembari tertawa.

Kedua insan yang tengah berbincang tidak menyadari bahwa sekelilingnya tengah menatap mereka. Baik Andre atau anak-anak yang lain saling berbisik sembari tertawa melihat kedekatan Illona dan Hugo. Mereka merasa keduanya sama-sama cocok dan saling menyukai satu sama lain, tetapi tidak saling mengungkapkan.

"Hei, kamu yakin mereka tidak ada hubungan apa pun?" tanya salah seorang laki-laki yang duduk bersama Andre.

Sahabat Hugo mengangguk dan menjawab dengan yakin. "Tidak ada! Mereka ya begitu-begitu saja!"

"Sepertinya Hugo memang tidak mengambil tindakan, atau dia tidak tahu tentang perasaannya sendiri?"

"Bagaimana kalau kita bantu mereka untuk lebih dekat lagi?"


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C12
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión