"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Hugo sembari menatap Clara.
Pertanyaan itu membuat Clara terkejut. Tubuhnya mendadak merasa dingin karena ia panik. Gadis itu tidak menyangka Hugo melihat tindakannya karena yang ia tahu tidak ada seorang pun yang menatap karena suasana kelas yang masih berisik dan anak-anak yang berhamburan karena tiba waktunya istirahat.
"A-aku ti—"
Illona memotong perkataan Clara. "Aku tidak apa-apa," ucapnya lirih. Gadis itu memegangi lengan Hugo dan membuat laki-laki itu kembali fokus pada gadis yang masih terduduk di lantai.
Melihat hal itu Clara tampak kesal. Terlebih lagi Illona berani memegang tangan pria idamannya di depan matanya. Namun, karena ada Hugo di sana, gadis itu hanya bisa menahan diri sembari mengepalkan kedua tangannya.
Kini Hugo segera membantu Illona berdiri. Laki-laki itu memapah gadis yang tengah menjadi sorotan hingga sedikit membuat gadis itu merasa tidak nyaman. Namun, ia tidak bisa melepaskan tangan Hugo, sebab kakinya terasa ngilu jika harus berjalan sendiri.
"Argh!" teriak Clara kesal saat Hugo dan Illona keluar dari kelas. Ia bahkan melempar buku di meja yang entah itu milik siapa.
Sikap Clara membuat beberapa anak memilih pergi dari kelas. Mereka tidak mau menjadi sasaran amarah gadis itu. Kedua sahabat Clara bahkan kini berdiri jauh darinya. Sebab mereka juga tahu bagaimana gadis itu akan memperlakukan mereka ketika sedang marah.
Di sisi lain, Hugo dan Illona tengah berada di belakang sekolah karena gadis itu menolak diajak ke ruang kesehatan. Keduanya duduk bersama meski dengan bangku yang berbeda. Di sana tidak banyak orang yang berlalu lalang, sepi, hingga tempat itu terkadang dipakai bergantian untuk membolos, menenangkan diri, atau sekedar bertemu dengan kekasih.
Illona yang tidak pernah pergi ke tempat seperti itu mulai merasa cemas. Ia takut ada orang yang berpikir bahwa dirinya dan Hugo sedang melakukan hal yang tidak-tidak di tempat sepi. Gadis itu bahkan mengajak laki-laki yang tengah bersamanya untuk pergi ke tempat lain.
"Ada apa, Illona? Tenanglah. Di sini aman," ucap Hugo. Ia juga memberitahu gadis di sampingnya bahwa Andre akan segera datang.
"Andre datang?" tanya Illona.
"Iya, jadi jangan cemas. Orang lain tidak akan berpikir macam-macam kalau kita tidak berdua 'kan?" Hugo tersenyum lebar hingga membuat Illona mau tidak mau mengangguk.
Sesuai perkataan Hugo, tidak lama kemudian Andre datang dengan membawa obat dan juga makanan serta minuman. Ia meletakkan makanan dan minuman yang dibawanya di kursi kosong yang tidak ditempati. Sedangkan untuk obat, laki-laki itu memberikan kepada Hugo.
"Memangnya untuk siapa obat ini?" tanya Andre.
"Illona," jawab laki-laki itu singkat.
Illona yang mendengar percakapan mereka hanya menaikkan kedua alisnya. Ia tidak menyangka Hugo sampai meminta Andre untuk membawakan obat. Padahal menurutnya, kakinya yang bengkak dan sedikit tergores tidak sampai perlu diobati.
"Sebenarnya kenapa kamu bisa sampai terjatuh, Illona?" tanya Andre yang tidak mengetahui kronologinya.
Belum sampai gadis itu menjawab, Hugo sudah mewakilinya untuk menjelaskan dengan rinci apa yang dia lihat. Andre yang tengah menyeruput minumannya pun tersedak.
"Yang benar? Clara seperti itu? Bukankah dia salah satu penggemarmu yang terkenal baik?" tanya Andre. Di mata siswa yang berbeda kelas, Clara memang terkenal kalem dan ramah. Meski sebenarnya dialah yang sering menjadi biang keladi.
Hugo hanya menggeleng dan fokus mengobati luka Illona. Dari sikap sahabatnya itu, Andre tahu bahwa Hugo tidak berbohong. Terlebih lagi tidak ada alasan untuk laki-laki itu mengarang apa yang ia lihat.
"Apa Clara sering melakukan hal itu padamu?" tanya Andre kepada Illona. Hugo yang mengobati Illona pun ikut memandangnya seolah ia menantikan jawaban atas pertanyaan Andre.
"A—itu ...."
Illona bingung. Dia tidak mau disangka mengadukan tindakan teman sekelasnya. Dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika dirinya mengatakan yang sebenarnya. Illona khawatir jika kejujurannya akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Andre menghela napas. Ia pun meminta Illona untuk tidak menjawabnya jika memang tidak mau menjawab. Gadis itu pun mengangguk dan meminta maaf pada Andre.
"Sudahlah, jangan membuat Illona takut," ucap Hugo. Laki-laki itu segera memberikan makanan dan minuman kepada Illona.
Mereka pun menghabiskan waktu istirahat di gedung belakang sembari mengenal satu sama lain lebih dalam. Terutama, Andre dan Hugo yang ingin tahu lebih banyak tentang gadis yang selalu sendiri.
Saat ketiganya tengah menghabiskan waktu bersama, ponsel Andre berdering dan membuatnya harus pergi meninggalkan dua remaja itu. kini kepanikan Illona pun kembali menghampiri setelah kepergian sahabat Hugo.
"Sudah Illona tenang saja," ucap Hugo. "Oiya, nanti malam aku dan teman-teman mau pergi bermain. Apa kamu mau ikut?" tanya laki-laki yang tengah berusaha mengalihkan pembicaraan.
Dengan segera Illona langsung menolak tanpa mempertimbangkan tawaran Hugo. "Ma-maaf ya. Aku harus kerja, jadi tidak bisa," jawab Illona.
Hugo terkejut. "Kamu bekerja? Di mana?"
Saat Illona hendak menjawab, suara bel tiba-tiba terdengar. Gadis itu pun langsung mengajak Hugo untuk kembali karena ia takut terlambat. Hugo tidak bisa menolak permintaan Illona. Karena gadis itu terlihat sangat panik di matanya.
Kini, mereka pun melangkah bersama menuju ruang kelas hingga membuat orang-orang yang mereka lewati menatap keheranan.
"Seorang laki-laki populer dengan gadis suram?" Begitu ucap salah satu siswa yang melihat keduanya.
Illona yang mendengar ucapan beberapa orang, semakin menunduk dan mengepalkan tangan. Ia rasanya ingin berlari, tetapi di sampingnya ada laki-laki yang sudah mengulurkan tangan.
'Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja, Illona!' Dalam hati gadis itu mencoba menenangkan diri.
"Nah, kita sudah sampai. Sekarang masuklah dan semangat untuk belajar!" seru Hugo. Kalimat pria itu membuat Illona tertegun. Ia mengangkat kepalanya yang tertunduk dan terkejut ketika mendapati dirinya sudah berada di pintu belakang ruang kelasnya.
Gadis itu pun kini tersenyum. Ia berterima kasih pada Hugo meski laki-laki itu tidak tahu kenapa ia mendapatkan ucapan terima kasih. Yang jelas, Hugo hanya mengangguk dan segera kembali ke ruang kelasnya.
Ucapan terima kasih Illona bukan tanpa arti. Gadis itu mengucapkannya karena ia berhasil melewati lorong yang menyesakkan saat berada di samping Hugo. Ia pun jadi percaya bahwa kalimat, 'Semua akan baik-baik saja!' itu memang benar ampuh.
Setelah Hugo pergi, Illona mulai melangkah masuk. Ia lagi-lagi mendapat tatapan tajam dari teman-temannya. Namun, karena mereka sudah lama di kelas yang sama, Illona pun tidak begitu asing dengan tatapan teman sekelasnya. Berbeda jika dibandingkan dengan tatapan para siswa asing yang tidak ia kenal.
Hugo : Semangat belajarnya!
Begitu gadis itu duduk, ia melihat pesan masuk dari Hugo. Senyuman lantas terukir di bibir mungilnya.