"Kamu duduk dulu ya, aku akan mengambil kotak obat," ucap Illona begitu tiba di tempat tinggalnya.
"Baiklah," jawab Hugo singkat.
Gadis itu kini segera meninggalkan laki-laki yang tengah terduduk. Ia pergi ke kamar untuk mencari kotak obat miliknya. Tidak sampai lima menit, Illona kembali menemui Hugo. Ia pun langsung duduk di samping laki-laki itu dan bersiap untuk mengobatinya.
Setelah semua siap, Illona mulai mengobati laki-laki tampan itu. Ia melihat Hugo sesekali menyengir kesakitan hingga membuatnya lebih berhati-hati lagi.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa mendapatkan luka ini?" tanya Illona yang tengah fokus pada luka laki-laki itu. Karena Hugo tidak memberikan jawaban, akhirnya Illona menghentikan tindakannya dan mulai menatap laki-laki itu.
Hugo tersentak dengan tatapan yang tiba-tiba dia dapatkan. Laki-laki itu lantas mengalihkan pandangan dan berkata, "Biasa laki-laki. Tapi ini tidak apa-apa kok, bukan masalah besar."
Illona menggeleng. Meski dia tidak percaya dengan alasan Hugo, ia hanya bisa menerimanya. Terlebih lagi Illona juga sering mendengar kalau terkadang anak laki-laki suka berkelahi tanpa sebab.
Setelah selesai mengobati luka Hugo, gadis itu berkata akan pergi berganti pakaian terlebih dahulu. Ia meminta Hugo menunggunya karena setelah itu Illona berniat untuk memasak makanan untuk laki-laki itu.
"Kamu bisa memasak?" tanya Hugo penasaran.
"Tentu saja bisa, aku sudah lama tinggal sendiri. Kalau tidak bisa siapa yang akan memasak untukku?" sahut Illona dari dalam kamar.
Hugo yang mendengar suara gadis itu tersenyum. Ia mengangguk dan merasa malu akan pertanyaannya yang tidak masuk akal.
Tidak lama kemudian, Illona keluar dengan pakaian santainya. Ia lantas bertanya apa yang ingin Hugo makan. Namun, saat bertanya, gadis itu tidak menatap ke arah Hugo karena ia sedang sibuk mengikat rambutnya ke atas.
Hugo tersipu saat tengah menatap Illona. Tanpa sadar laki-laki itu pun bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis yang tengah berdiri dengan rambut yang sudah terikat ke atas.
"A-ada apa?" tanya Illona gugup karena Hugo tiba-tiba mendekat.
Laki-laki itu tidak menjawab. Ia justru melanjutkan langkahnya hingga berdiri tepat di depan Illona. Jarak keduanya hanya tersisa sekitar 40 sentimeter saja. Benar-benar dekat untuk seseorang yang saling berhadapan.
Posisi keduanya membuat Illona merasa gugup. Ia tidak hanya sekali menelan ludah. Matanya juga lebih sering berkedip untuk menyamarkan kegugupannya. Terlebih lagi, Hugo hanya diam dan terus memandang ke arahnya.
"Kamu cantik!"
Dua kata itu mampu membuat Illona merasa lemas karena jantung berdetak tiga kali lebih cepat dari sebelumnya. Meski sebelum itu pernah mendengar Hugo memujinya, tetapi dengan posisi mereka saat ini membuat gadis itu tidak bisa mengendalikan diri.
Di saat dirinya sedang tidak fokus, tanpa sadar tangan Hugo sudah ada di pipinya. Laki-laki itu menyentuh Illona dengan lembut sembari tersenyum. Tidak lama kemudian ia berkata, "Apa kamu tidak bisa seperti ini saja setiap hari?"
Karena terkejut, Illona menaikkan kedua alisnya. Namun, tidak lama kemudian ia menunduk.
"Ada apa?" tanya Hugo.
"Aku tidak percaya diri. Aku takut teman-teman lain mengejekku," sahut Illona
Hugo sontak memegangi kedua pipi Illona dan membuat wanita yang tengah menunduk beralih menatapnya. Setelah itu, Hugo tersenyum lebar membuat mata Illona membulat saat melihatnya.
"Percaya saja padaku. Tidak akan ada yang mengejekmu," ucap Hugo dengan nada suara lembut. "Lagi pula, jangan pedulikan perkataan mereka. Tampillah untuk dirimu sendiri!"
Mendengar perkataan Hugo, hati Illona menjadi tenang. Gadis itu lantas mengangguk dan berkata kalau dirinya besok akan mencoba mengikat rambutnya.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan menantikannya besok," ucap Hugo sembari mengusap kepala Illona.
Tindakan laki-laki itu membuat Illona tersipu dan tersenyum samar. Ia merasa senang dan membuatnya semakin yakin kalau dirinya memang menyukai Hugo. Alhasil, dia pun berusaha sekuat tenaga menyembunyikan perasaannya karena takut Hugo akan menjauhinya kalau tahu dirinya memiliki perasaan khusus.
"Ka-kalau begitu sekarang aku akan memasak!" seru Illona untuk mengalihkan pembicaraan. Ia pun segera melarikan diri dengan cepat dan pergi ke dapur untuk memasak.
Tidak lama berselang, Hugo menghampirinya, mereka pun memasak bersama meski berujung laki-laki itu hanya mengganggu. Sebab, bagaimanapun juga itu kali pertamanya untuk Hugo berada di dapur.
Suara tawa pun terdengar mengiringi suara tumisan dan air yang mendidih. Mereka berbincang, bercanda, tidak peduli dengan apa yang sedang mereka lakukan.
Setelah beberapa saat hidangan sederhana tersaji. Illona meminta maaf karena hanya bisa menyuguhkan hidangan itu. Sebab, bagaimanapun juga, Illona jarang membeli bahan makanan mahal yang mungkin sering dimakan Hugo.
Sebenarnya gadis itu tidak tahu bagaimana kehidupan Hugo. Ia hanya sering mendengar dari anak-anak lain kalau Hugo adalah orang kaya. Namun, sekaya apa, Illona tidak tahu. Meski begitu, Illona yakin kalau laki-laki yang kini duduk di sampingnya selalu makan daging.
"Emm, ini enak sekali!" seru Hugo. Ia sudah makan lebih dulu saat Illona tengah tenggelam dalam lamunannya. "Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi aku suka semua makanan," ucap Hugo.
Illona tidak tahu apakah itu kata-kata penenang atau memang ungkapan tulus dari hatinya. Yang jelas, gadis itu merasa senang mendengar ucapan Hugo.
Setelah selesai makan, mereka menghabiskan waktu bersama hingga malam menyapa. Tepat pukul delapan, Hugo baru berpamitan pulang karena dia tidak enak hati berlama-lama di tempat tinggal Illona.
"Terima kasih untuk hari ini. Sampai bertemu besok, Illona!" seru Hugo yang kini sudah berdiri di depan pintu.
Illona mengangguk. "Hati-hati di jalan, Hugo!" katanya.
Laki-laki itu pun segera melangkah pergi setelah membalas lambaian tangan Illona. Sedangkan gadis itu, ia segera masuk begitu laki-laki yang disukainya sudah menghilang dari ruang pandangnya.
Illona melompat. Ia berteriak meski tidak bersuara. Wajahnya pun terlihat berbinar karena rasa senang yang menyelimuti. Gadis itu benar-benar suka menghabiskan banyak waktu bersama dengan Hugo.
Tring!
Suara ponsel tiba-tiba terdengar. Illona dengan cepat pergi ke kamarnya.
Hugo : Sampai bertemu besok!
Pesan masuk dari Hugo masuk ke ponsel Illona meski belum sampai lima menit mereka berpisah. Setelah membaca pesan itu, gadis yang kini duduk di tempat tidur dengan segera membalasnya. Alhasil mereka pun saling bertukar pesan selama Hugo berada di perjalanan. Hal itu membuat Illona lupa kalau dirinya masih harus mencuci peralatan makan yang tadi dia tinggalkan begitu saja.
Hugo : Aku sudah sampai rumah! Kamu istirahatlah. Aku akan membersihkan diri dulu!
Illona : Baiklah. Selamat istirahat, Hugo!
Setelah mengakhiri pesan itu, Illona juga pergi mandi. Ia belum mandi sejak pulang sekolah karena tidak enak hati jika harus meninggalkan Hugo seorang diri di ruang tamu kecilnya.