Cerita ini bermula sebelum Danis tertangkap oleh pasukan Istana Kerajaan karena sudah membunuh dua Guardian. Raja Vrandar memperintahkan Mimies untuk membawa putri-putrinya ke tempat yang aman, kemudian Raja Vrandar juga memberi perintah kepada prajuritnya untuk memperketat keamanan.
Dengan rasa tanggung jawabnya yang besar Rad mengajukan dirinya untuk mengikuti misi berpatroli untuk mengawasi daerah hutan dimana dia melihat Guardian muncul bertarung dengan akar Yggdrasil sehingga dia dan Tuan Putri berhasil lolos menuju Istana.
"Baginda Raja, ijinkan aku mengikuti misi ini untuk memperbaiki kesalahanku." tunduk Rad dengan menaruh kedua senjatanya ke depan.
Melihat keseriusan Rad, Raja Vrandar membalas sambil merentangkan tangannya ke depan.
"Atas nama Dewa Inggard, aku mengizinkanmu menjalani misi ini tapi jangan sampai kematian Ogred membuatmu kehilangan arah Rad."
"Terima kasih banyak Baginda."
Disaat Rad meninggalkan ruang tahta Raja, dia berpapasan dengan seorang Bangsawan beserta pengawal pribadinya. Rad menundukkan kepalanya untuk memberi salam hormat dan Bangsawan itu membalas salam Rad dengan senyumannya. Bangsawan itu kemudian langsung menghadap ke Raja Vrandar dengan memberi salam kepada Raja dan juga petinggi Kurcaci Rolig.
Bangsawan itu bernama Irof, seorang manusia setengah Elf yang menjalankan perdagangan antar Kerajaan Nervana dengan Kerajaan luar.
"Panjang umur serta salam sejahtera untuk yang muliya Raja Vrandar dan salam hormat untuk petinggi Rolig."
"Irof, kau sudah telat untuk mengkuti pertemuan ini." balas Rolig yang tampak kesal menatap Irof.
"Ah?! sungguh?! saya mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan saya karena ada laporan dari prajurit Elf mengenai suara raungan Guardian dari hutan barat."
Sebelum mendengarkan percakapan Irof sampai selesai, Rad pergi dari ruangan itu karena dia tau harus melakukan tugasnya dengan cepat sebelum Guardian itu pergi berkeliaran ke tempat lain. Setelah bergegas menuju ke lokasi hutan barat, Rad dan para prajurit Elf sampai pada malam harinya namun tak disangka mereka melihat sesuatu yang mengejutkan bahwa kedua Guardian telah dibunuh oleh satu manusia yaitu Danis.
Istana Kerajaan Nervana, merupakan istana yang terbuat dari pohon Vana yang sudah berumur belasan juta tahun dengan tinggi hampir 2000 meter. Legenda menyebutkan jika pohon ini ditanam oleh sepasang kekasih dewa Elf, Inggard Dewa sihir Elf dan Selasti Dewi pelindung hutan Elf.
Sebuah legenda kuno mengatakan jika ada sebuah tanduk putih tumbuh di kepala Elf, maka Elf itu akan menjadi Raja diantara para Elf atapun menjadi penguasa hutan, itulah yang seperti terjadi kepada Raja Vrandar meskipun dia bukan keturunan Raja.
Raja Vrandar berharap putrinya memiliki tanduk sepertinya namun hal itu hanya akan menjadi kenangan baginya karena putrinya terlahir lemah sehingga dia memerlukan kursi roda untuk berjalan yang dibuat oleh para Kurcaci.
Karena peraturan kuno Elf melarang memiliki keturunan lebih dari satu maka Raja Vrandar memiliki anak angkat diantaranya Casta dan satu Elf laki-laki yang memilih jalan menjadi pahlawan yang berpetualang ke penjuru benua.Sebelum perang sejarah pertama, Istana yang terbuat dari Pohon Vana ini hanya berisi ras Elf namun semenjak perang itu berakhir sekarang menjadi tempat tinggal dari berbagai ras hutan Kerajaan Nervana.
Disebuah ruangan berdindingkan lapisan kayu pohon, terdapat banyak ukiran lingkaran sihir di lantai disertai buku yang berserakan. Ruangan ini merupakan tempat khusus untuk Tuan Putri belajar sihir dengan guru privat mereka yaitu petinggi ras kucing bernama Mimies. Mimies membawa kedua Tuan Putri untuk menjaga mereka di ruangan itu atas perintah Raja, sembari menghabiskan waktu Mimies ingin memeriksa Familiar yang dimiliki oleh Tuan Putri Casta dan Tuan Putri Nevi.
"Tolong keluarkan Familiar kalian, kita belum mengadakan pemerikasaan bulan ini."
"Oh berbicara soal Familiar, aku lupa belum mengeluarkan Lilia hari ini!" ucap Casta yang merasa bersalah.
"Dia pasti merasa khawatir." balas Nevi.
"Pastinya." sambung Casta.
Kamudian mereka berdua menangkat tangan kanan mereka dan mengucapkan mantra sihir pemanggilan. "Summon."
Setelah Lilia muncul, dia langsung menabrak muka Casta dengan menagis sekencang-kencangnya.
"HWAA!! TUAN PUTRI!!! SYUKURLAH!!"
"Ah?! hm.. maaf membuatmu khawatir!"
Mimies dan Nevi bersama familiarnya berwujud burung merpati tersenyum saat melihat tingkah Casta dan Lilia. Kemudian Mimies menyuruh kedua familiar itu untuk menghadap kedepan dan tak lama kemudian sebuah lingkaran sihir muncul di atas kepala kedua familiar tersebut. Sihir itu adalah milik Mimies untuk memeriksa perkembangan kedua Familiar tersebut mulai dari perkembangan fisik, sihir, sampai jiwa mereka.
"Mereka memiliki perkembangan yang bagus terutama Lilia."
"Tentu saja! karena aku selalu ikut Tuan Putri Casta berpetualangan!" Lilia mulai menyombongkan diri.
"Lilia sst!" Casta menegur Lilia.
"Aduh! ah! maaf Tuan Putri Nevi! pasti Tuan Putri merasa kesepian tidak bisa pergi keluar!" Lilia langsung tunduk ke Nevi.
"Haha no problem, aku selalu menggunakan Familiarku untuk mengirim pesan kepada temanku di toko besi Kurcaci." ucap Nevi.
"Ah itu bagus sekali untuk perkembangan Familiar jenis burung." sambung Mimies.
"Tuan Putri Casta, no problem itu apa?" tanya Lilia.
"Huff bukankah ras peri ahli dalam menghafal, padahal aku selalu mengajarimu tapi tetap saja kamu lupa." Casta merasa putus asa.
"Ek?!" kaget Lilia.
Mereka yang ada di ruangan itu tertawa dengan melihat kelucuan Lilia saat dimarahi Casta, kemudian terdengarlah suara ketukan pintu dua kali tok! tok! Mendengar suara itu, Mimies mempersilahkan untuk masuk kedalam dan seorang prajurit Elf masuk untuk memberi laporanya.
"Lapor, kami telah menangkap pembunuh Guardian dari hutan barat."
"A-Apa katamu?!" Casta terkejut.
Di sisi lain, Karavan yang di pimpin oleh Kapten Terov telah sampai di kota kecil luar benteng atau gerbang masuk menuju jantung kota Kerajaan Nervana. Kota kecil itu bernama Leaf yang berada di dalam hutan dengan pohon yang tumbuh tinggi menjulang antara 400 sampai 500 meter dan dihuni oleh berbagai ras dari hutan Elf.
Meskipun bangunan di kota kecil itu tampak seperti desa, namun kegiatan disana cukup padat dan kebanyakan para anggota Serikat River dikirim ke sini untuk membantu para pedagang yang bermasalah dengan barang dagangan mereka.
Karavan yang sampai disana pun segera mendirikan tenda mereka untuk beristirahat setelah menyusuri hutan selama dua hari dan beberapa barang dagangan yang ada di dalam kotak kayu maupun kurungan langsung didistribusikan kepada pihak yang sudah menunggu kedatangan mereka.
Di saat itu pula Rom mencoba mengikuti sebuah kurungan besar yang ia curigai karena ia sempat menicum bau darah saat sebelum Karavan tiba di kota kecil ini. Perlahan dia mengikuti sambil mengenakan jubah dan bersembunyi di balik kerumunan, langkah demi langkah dia ikuti lalu dia melihat sesuatu.
Kurungan besar itu di turunkan dari gerobak besinya oleh Monster Troll dan dipindahkan ke balik tumpukan kotak kayu yang tertutup oleh kain. Saat Rom melihat Troll itu pergi, dia melancarkan aksinya mengendap-ngendap mendekati tumpukan kotak kayu itu dan kemudian dia mengintip ke belakangnya.
Ketika ia melihat, ia langsung terkejut jika ada sebuah kurungan besar yang banyak berjejer dengan tertutup oleh kain.
"Sial, aku tidak punya waktu banyak waktu untuk melihat isi kurungan ini satu-persatu." gumam Rom sambil menggaruk kotak kayu dengan kukunya yang tajam.
Terdengar suara langkah yang menghampirinya dari belakang, Rom menyiapkan pisaunya dan langsung menghadap kebelakang.
"Grr!!"
"Hei! apa yang kamu lakukan?!" Kapten Terov terkejut.
"Oh Kapten Terov, a-aku sedang mencari sesuatu." gugup Rom dengan mengalihkan pandangannya.
"Sudah ku duga.. kamu mencari teman-temanmu bukan? mereka berempat tidak terlihat di manapun." balas Kapten Terov.
"S-Sungguh?! hmm.. tidak mungkin jika mereka pergi ke jantung kota di situasi seperti ini." Rom baru sadar.
"Kamu benar, gerbang menuju kota tersebut masih tertutup rapat dengan penjagaan yang ketat dan hanya beberapa orang yang boleh masuk."
Tiba tiba dari kajauhan terdengar suara teriakan dari suara seorang Elf yang berlarian sambil membawa banyak gulungan kertas yang menuju ke tengah-tengah keramaian dimana dia berdiri dibawah sebuah pohon tua yang sudah tidak berdaun. "Perhatian! Perhatian! ada berita terbaru dari Istana Kerajaan!"
Orang-orang yang mendengar teriakan itu segera berkumpul di tempat Elf tersebut untuk mendengarkan kabar yang penting. Sambil bertanya-tanya, kerumunan itu semakin berdesakan hingga Kapten Terov dan Rom sulit untuk melewati kerumunan itu.
"Prajurit Istana telah menangkap pembunuh Guardian dan katanya pembunuh ini sudah membunuh dua Guardian dari hutan barat!"
Elf itu berteriak dengan membuka sebuah gulungan kertas yang ia bawa dan kemudian ia menunjukkannya ke semua kerumunan yang telah melingkarinya. Di kertas itu hanya terlihat gambar saja namun tidak ada tulisan namanya dan gambar itu adalah seorang laki-laki yang tak asing lagi bagi Kapten Terov dan Rom.
"D-Danis? a-apa yang sudah.." Rom menjadi bingung dan terkejut setelah melihat gambar itu.
Takut adanya sesuatu yang tidak diinginkan, seorang prajurit berbisik kepada Kapten Terov untuk mengatur langkah selanjutnya. Setelah menyetujui hal tersebut lalu Kapten Terov berbicara kepada Rom yang masih terdiam.
"Rom, kami akan segera pergi dari sini karena tugas kami sudah selesai termasuk mengantarmu kesini karena permintaan Danis."
setelah mendengar itu akhirnya Rom memutuskan apa yang akan dia lakukan. "Ijinkan aku mengikuti kalian."
Beralih ke sebuah tempat yang luas dengan beberapa patung Elf yang dirambati oleh akar tumbuhan hijau dan melingkari sebuah kolam yang dangkal berisi air. Tempat itu adalah tempat untuk melihat sekaligus menghilangkan kekuatan elemen atau elementor dimana seseorang yang ingin dilihat atau dihilangkan kekuatan elemennya maka orang itu harus berendam di kolam yang dangkal itu karena di bawah lantai kolam tersebut sudah terdapat lingkaran sihir kuno.
Danis yang masih belum sadarkan diri masih tergeletak di tengah kolam itu untuk dihilangkan kekuatannya karena dianggap meresahkan dengan seorang nenek yang berpakaian serba putih berdiri di pinggir kolam dengan membawa buku sihir. Tak lama kemudian Raja Vrandar beserta putri-putrinya dan para Petinggi lainnya datang ke tempat itu untuk melihat siapa pembunuh Guardian sebenarnya.
Tentu saja reaksi awal mereka yaitu terkejut saat melihat seorang manusia bisa membunuh 2 Guardian, kemudian Rad yang berada disitu memberi laporannya.
"Lapor Baginda Raja, kami telah menangkap seorang manusia yang sudah membunuh 2 Guardian."
"Ini sungguh tidak bisa dipercaya jika manusia yang masih muda itu bisa mengalahkan dua Guardian, kekuatan macam apa yang ia miliki? apa kamu tau dia berasal darimana?" ucap Raja Vrandar yang tertegun.
"Dari informasi prajurit mata-mata, kami menduga kalau dia adalah seorang petualang dari Kerajaan Ferontire dan dia bersama teman-temannya baru saja masuk ke Serikat River untuk menjadi seorang petualang." ucap Rad dengan membuka gulungan kertas yang ia bawa.
"Ferontire katamu? itu tidak mungkin karena mereka sudah tau pertaruran di Kerajaan ini." balas Casta
"Tapi Tuan Putri, jika boleh aku berkata Kerajaan Ferontire sudah tidak berhubungan dengan Kerajaan kita selama 5 tahun lebih dan aku takut dia merupakan mata-mata yang dikirim untuk mencari celah disaat krisis seperti ini." balas Rolig
"Hmm itu bisa saja." sambung Irof.
"Itu tidak mungkin! karena aku mengenal Tuan Putri Feria dan dia adalah temanku!" ucap Casta dengan tegas.
"Baik.. baik Tuan Putri."
Mimies segera memegang pundak Casta dan menariknya ke sebelah agar dia tidak terpancing emosinya.
Nevi kemudian memegang tangan Casta. "Sister, aku yakin Tuan Putri Feria tidak akan melakukan hal itu."
Casta mulai tersenyum lagi. "Terima kasih Nevi."
Kemudian Raja Vrandar berkata. "Kita tidak tau sebelum kita menemukan jawabannya pada anak manusia itu, Mira akan membuka kekuatannya."
"Akhirnya aku bisa melakukan pekerjaanku." Dengan merentangkan kedua tangannya ke atas, Nenek Mira kemudian berkonsentrasi penuh untuk mengeluarkan kekuatan sihirnya.
Sebuah cahaya mulai muncul dari dalam kolam tersebut dan suasana di sekeliling mereka mulai menjadi tegang saat mereka melihat ke atas awan yang mulai menghitam. Navi yang ketakutan mencoba memegang tangan Casta dengan erat, Raja Vrandar dan Nenek Mira bisa merasakan jika kekuatan yang dimiliki Danis sangat luar biasa.
Saat patung Elf yang melingkari kolam itu mulai mengeluarkan cahaya di mata mereka, itu menandakan gerbang kekuatan akan muncul. Raja Vrandar menyiapkan tongkatnya yang bercahaya karena memiliki Rune kuno atau kristal yang terdapat tulisan kuno untuk mengalahkan atau menghapus sumber kekuatan musuhnya.
"Mira, segera buka gerbang kekuatannya dan aku akan langsung menghapus sumber kekuatannya."
"Eghh!!"
Tiba-tiba saja efek sihir yang dihasilkan oleh Nenek Mira hilang sekejap bersamaan dengan awan hitam yang ada di atas langit sehingga cahaya matahari mulai menerangi kembali.
"D-Dia anti sihir." ucap Nenek Mira.
Sungguh sangat terkejut saat mereka semua mendengar apa yang dikatakan Nenek Mira selaku Penyihir tingkat Kerajaan mengenai fenomena yang di anggap langka itu. Namun di sebuah dimensi lain lebih tepatnya di tempat Elementor atau Monster yang menjadikan Danis sebagai wadah kekuatannya, merasa terganggu karena sihir Nenek Mira ingin menembus ke dimensinya.
"Oo.. berani juga mengirim sihir ke tempat suciku." Monster itu kemudian mengetuk kukunya ke lantai.
Secara mengejutkan kolam dangkal itu meledak Duarr! hingga air di dalam kolam tersebut ikut memuncrat kemana-mana dan terlihat Danis yang terbangun dengan api disekelilingnya. Mereka yang melihat itu hanya tercengang dengan api yang tak padam meskipun sudah terkena air kolam tersebut.
"Ugh sekarang aku ada dimana? Hm? Oh ada ELF?! Ah Manusia Kucing!! dan manusia aneh lainnya! Hahaha!" ucap Danis sambil menunjuk disertai tertawa senang.
"Sister, i am scary." Navi mulai ketakutan melihat ekspresi Danis.
"Let's go back." Saat Casta akan membawa Navi kedalam seketika Danis berteriak terkejut.
"WOAAA!! ADA ORANG INGGRIS! NICE TO MEET YOU!"
"Eh?!" Perasaan Casta setelah mendengar itu mulai teringat dengan kenangannya yang dulu hampir ia lupakan.
Navi yang melihat Casta terdiam kaku, mencoba menarik tangannya agar dia tersadar dari lamunanya. Tanpa pikir panjang kemudian Raja Vrandar memerintahkan Rad dan para penjaga untuk segera mengepung Danis.
"Wahai manusia sebutkan namamu dan darimana asalmu?!" tanya Raja Vrandar.
"Hm? Oh namaku Danis dari Indonesia." jawab Danis dengan menundukkan badannya.
"Indonesia? ini pertama kalinya aku mendengar nama Kerajaan seperti itu." ucap Rolig.
"Mira, apa dia berbohong?" tanya Raja Vrandar.
"T-Tidak Raja." jawab Mira.
"Entah darimana asalmu tapi kamu sudah membunuh Guardian dan hukuman pertamamu akan kuhapus seluruh kekuatanmu!" ucap tegas Raja Vrandar.
"Guardian? oh maksudmu monster pohon? dia yang memintaku untuk membunuhnya karena dia sudah terpengaruh oleh akar Yggdrasil yang melilit hingga sampai ke dalam tubuhnya." ucap Danis dengan cepat.
Mendegar apa yang dikatakan oleh Danis, semuanya pun terdiam sejenak dan Rad sadar jika Guardian yang pernah ia temui saat itu ternyata kalah melawan akar Yggdrasil. Raja vrandar berfikir jika perkataan Danis benar mengenai Guardian yang dipengaruhi akar Yggdrasil maka situasi sekarang memang berbahaya dan akhirnya Raja Vrandar bertanya kepada Rad untuk memastikan.
"Rad, apa kamu melihat mayat Guardian dengan akar Yggdrasil?"
"Benar, yang muliya." jawab Rad.
"Raja, aku menyarankan membawanya ke dalam untuk diinterogasi lebih lanjut dan aku yakin dia tidak akan melakukan hal buruk." ucap Mira.
"... Kita memang perlu membicarakan ini, Penjaga! bawa dia ke Dungeon!" ucap Raja Vrandar.
Kemudian semua kembali ke tugasnya masing-masing dan tanpa perlawanan Danis dibawa ke dalam penjara bawah tanah. Casta yang masih terdiam saat itu akhirnya sadar saat mendengar Nevi memanggil namanya.
"Maaf Nevi, bisakah kamu menunggu di dalam bersama Mimies? aku hanya ingin berbicara dengan Nenek Mira sendirian." ucap Casta dengan mengusap kepala Nevi.
"Baik Sister, kalau ada masalah jangan lupa ceritakan kepadaku juga." ucap Nevi tersenyum.
"Tentu." balas Casta.
"Kami akan menunggumu di ruangan Familiar."
Kemudian Mimies mendorong kursi roda Nevi dan masuk ke dalam meninggalkan Mira dengan Casta. Di saat Casta ingin berbicara, dia berhenti karena merasa tidak yakin dengan apa yang akan ia katakan. Namun Mira yang sudah menemukan jawabannya akhirnya dia yang mulai berbicara.
"Danis, dia sama sepertimu dari Dunia Lain atau mungkin dia tau tentang kehidupanmu sebelumnya." ucap Mira menatap Casta.
"Sudah 100 tahun lebih aku hidup di dunia ini tapi saat dia berteriak tadi, kenangan lamaku mulai teringat kembali." ucap Casta yang termenung.
"Itu adalah hal yang wajar, kenangan itu akan teringat kembali karena itu mungkin kenangan yang kamu rindukan atau kenangan yang menyakitkan." balas Mira.
"Mungkin ... aku teringat oleh kenanganku yang menyakitkan."
Sebuah siluet hitam putih kenangan yang teringat di kepala Casta terlihat sebuah gadis kecil yang berlarian di tengah hutan dan terdengar suara teriakan tembakan yang keras dari belakangnya Duar!!
Mira segera menenangkan Casta dengan memegang pundaknya dan Casta akhirnya mulai menghela nafasnya, saat keadaan mulai membaik tiba-tiba terdengar suara benda padat menancap di lantai Dug! Saat mendengar suara itu, mereka berdua melihat jika ada sebuah panah yang menancap dengan sepucuk surat yang terikat.
Dengan hati-hati Casta menghampiri panah itu dan membuka surat, betapa terkejutnya saat dia membaca tulisan bahwa surat itu berasal dari Tuan Putri Feria yang sedang menuggunya di tempat rahasia.
Bersambung.
- Lore
Spoiler: Casta adalah orang Inggris dan mati akibat Perang Dunia 1, kemudian dia berenkarnasi menjadi Elf.
- Note
Next chapter adalah part terakhir dari sindrom gila,
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña