Descargar la aplicación
26.87% The Gladiol / Chapter 43: Nomor 7

Capítulo 43: Nomor 7

"Sepertinya kita harus berhenti mengirimkan satu dua anak buah kita, Tuan," kata seorang bawahan pada atasannya.

Atasannya itu membuka tudung kepala dari baju berjubahnya. Wajahnya tidak garang sama sekali malah sebaliknya, kecil imut, namun ia adalah seorang pria bertato dengan rambut panjang sebahu, hanya mengenakan kaus dalam dan sedang membaca majalah santai yang sama sekali tidak cocok dengan penampilannya kekarnya.

"Berhenti? Kenapa?" kata pria bertato itu tanpa menatap bawahannya yang terlihat khawatir. Ia sibuk membaca majalah.

"Semua yang kita kirimkan tidak ada satupun yang kembali. Sejak awal orang-orang yang kita pilih memang bukan tandingan mereka. Jika anda terus mengirimkan orang lemah dari kelompok kita, orang-orang kita akan habis dan…"

"Lemah?" pria itu memicing.

"Maafkan aku, Tuan Rowlett." Bawahannya menunduk.

"Diamlah. Aku sedang fokus membaca."

"Tapi Tuan Rowlett…Tolong bersikaplah serius! Petinggi Ramon akan memarahi anda jika terus seperti ini!"

Pria cantik yang dipanggil Rowlett itu menutup bukunya perlahan. Ia berdiri dan menunjukkan badan kekar dengan wajah cantiknya. Ia menatap bawahannya itu dengan tajam.

"Bukankah orang pilihanku sudah disetujui oleh Ramon sebelumnya?"

"Iya, tapi…"

"Kalau begitu bawakan aku daftar nama anggota kita."

"Lagi?" bawahan itu menghela napas berat. "Tuan, saya sudah membuat daftar orang terkuat. Anda hanya perlu…"

"Bawakan daftar namanya sekarang juga! Kalau sampai ada satu nama yang kau hapus, awas kau."

Bawahan itu tidak punya pilihan lagi selain mengikuti perintahnya.

Rowlette adalah salah satu bawahan Ramon yang masuk dalam jajaran 7 pilar Harimau. Ia berada di pangkat paling bawah, yaitu nomor 7. Meski begitu Ramon tak pernah pilih kasih pada mereka. Rowlette sendiri memiliki sifat yang sedikit manja, namun memiliki fisik yang kuat. Sense yang ia miliki tidak terlalu tajam. Sayangnya ia kadang ceroboh dan tidak berpikir panjang.

Dirinya dahulu memiliki tubuh yang kecil seperti anak laki-laki seusianya, sebenarnya dia masih 17 tahun -masih labil- namun fyber menggigiti seluruh tubuhnya kecuali area wajah, hingga seluruh tubuhnya menjadi besar seolah Hulk. Meski ia hanya berubah saat hanya para fyber bereaksi. Karena terjangkit kutukan di usia muda, Rowlett mampu mengeluarkannya sesuai kehendak dia seperti saat ini.

Dulunya, Ramon menjanjikan padanya tubuh kembali normal. Namun itu tak lama, hingga ada sesuatu yang membuat Rowlett bertahan di sekte Segitiga Merah.

"Cepat bawakan, sialan!!" teriaknya lagi sembari melempar majalah yang ia baca ke dinding. Dinding itupun sedikit retak. Kekuatannya memang begitu besar, melebihi orang normal.

Bawahannya tercengang. Ia lalu segera keluar dan mengambilkan apa yang diminta atasannya itu.

***

Rataka minum di bar-nya sembari melirik Liska yang tengah tertidur di dalam kotak. Ia ingat kemarin rubah kesayangannya itu berubah menjadi emas saat digunakan untuk melenyapkan penjahat di tahanan isolasi. Sembari minum wine di gelas kecil, wajahnya tertekuk dan tegang, nampak berpikir keras.

Pria itu sempat ia cekik, namun Rataka berhenti saat ia mengatakan sesuatu. Keduanya beradu cukup lama. Ternyata percakapannya dengan penjahat itulah yang membuatnya agak kesal sekarang ini.

"Kau pikir aku sama dengan bidak sebelumnya?" gertak penjahat itu.

"Kali ini apa yang dia janjikan padamu? Kenaikan pangkat di hirarki sekte sesat itu?" Rataka membalas gertakannya.

Penjahat itu yang tadinya diborgol, tiba-tiba borgolnya lepas begitu saja. Rataka sedikit terkejut melihat bidak rendahan itu mampu mengendalikan material besi yang cukup sulit.

"Aku dipilih secara khusus olehnya untuk membunuhmu, sialan!" penjahat itu bangkit dan mendorong Rataka hingga punggungnya menabrak dinding, sampai dinding itu menjadi retak.

Ruang isolasi tidaklah luas. Hanya ukuran 6x6 meter. Ada sebuah kursi kayu di tengah untuk tahanan duduk.

Mereka berdua saling menatap tajam bak pembunuh. Keduanya mencengkeram kerah masing-masing dengan brutal.

"Dimana Ramon bersembunyi?"

"Kau tidak akan pernah bisa menemukannya."

"Bukannya kau ragu menemuiku di saat-saat terakhir? Memilih melarikan diri ke penjara dan tidak berusaha menemukanku. Tapi kini kau besar kepala. Apa kau pion terlemah diantara pion-pion lemah kemarin?"

"Leluconmu sama sekali tidak lucu," penjahat itu melepaskan cengkeramannya. Ia malah mengangkat tangannya ke atas seolah memberi sinyal menyerah. "Bahkan jika kau menyedot otakku dan mencari tahu, kau tidak akan menemukan apapun."

"Aku tidak akan menggunakan senjataku," Rataka makin mencengkeramnya dengan kuat hingga pria itu kesulitan bernapas. "Sampai kau benar-benar membuatku sangat marah."

"Lagipula aku juga akan mati jika kembali dalam keadaan begini. Kau pikir kau sudah tepat sasaran?" pria itu tertawa sinis.

"Apa?"

"Sasaranmu si Ramon sialan itu kan?"

Rataka menaikkan salah satu alisnya mendengar ocehannya kali ini.

"Kenapa? Kau pikir semua anggota yang ada di sana tunduk padanya? Kuberitahu satu hal ya. Aku tidak tahu, tidak pernah mau tahu sekaligus tidak mau bekerja pada atasan sialan sepertinya. Jadi aku tanya sekali lagi padamu, apa kau sudah menargetkan sasaran yang benar?"

Rataka mendorongnya dan melepas cengkeramannya. Ia merasa semakin kesal dan melirik ke samping.

"Apa yang ingin kau sampaikan sebenarnya?"

"Ah sepertinya kau berbeda seperti yang di rumorkan. Maksudku, kalau kau datang untuk membunuhnya aku akan dengan senang hati membantumu."

"Rumor? Sekarang kau berani bernegosiasi denganku?"

"Aku kasihan melihatmu."

"Kau bahkan tak paham di mana kau berdiri sekarang." Rataka tertawa miris. "Bukankah kau sangat tidak tahu malu?"

"Biar kuberitahu, aku dikirim oleh Nomor 7." kata pria itu dengan serius. I membenahi kerah bajunya lalu duduk di kursi.

Rataka tiba-tiba, secepat kilat tanpa penjahat itu sadari, ia mengeluarkan pedang panjang warna keemasan dan meletakkannya di samping leher kanannya.

"Aku tidak pernah mengampuni siapapun yang mengganggu orang-orangku, apalagi bergabung dengan sekte pembelot sepertimu." matanya menajam, ada kilatan emas di sana.

Penjahat itu gemetaran dan tidak lagi menanggapinya santai. Rataka benar-benar orang yang menyeramkan. Kekuatannya tidak main-main.

"Aku kan sudah bilang, bukan Ramon yang menyuruhku! Aku bersumpah!"

"Siapa si Nomor 7?"

"I..itu…" keringat menetes di pelipisnya. Dia ragu menjawabnya.

"Apa dia tangan kanan Ramon?"

"Bi…bisa dibilang begitu. Tapi ada banyak selain Nomor 7."

Zrrrriiing!!

Suara tebasan pedang di udara, Liska membabat udara sempit di sana. Penjahat itu menelan ludah dengan kesusahan.

"Liska, berubahlah," gumam Rataka pada pedangnya.

Seketika pedang emas itu berubah menjadi rubah emas yang sangat bersinar, seolah seribu lampu pijar yang saling berdesak-desakkan.

Penjahat itu menganga dan terbelalak.

"Gigit dia," perintahnya.

"Ja…jangan! Jangan bunuh aku kumohon!"

Rataka dengan mata emasnya membisu, seluruh kulitnya bahkan menunjukkan aura yang berbeda. Dirinya benar-benar marah sekarang.

"Aku akan memberimu semua informasi yang kutahu. Aku janji!"

"Aku tidak membutuhkannya."

"Nomor 7 adalah salah satu pilar Harimau yang dibesarkan dan dikontrol oleh Ramon. Namun aku sendiri tidak menyukai Ramon jadi aku mengikuti salah satu pilar, dia adalah nomor 7."

"Nama?"

"I..itu…itu…Bagaimana kalau aku menawarkan diri jadi mata-matamu di sana?"

"Astaga, kau masih berani bernegosiasi? Kau pikir aku mempercayai manusia sepertimu?"

Khiiiiiikk

Rubah buas itu bersuara seolah siap menerkam pria itu.

"Rowlett! Namanya Rowlett!"

Rataka mematung mendengarnya.

Setelah itu, ia pun terpaksa melepaskannya. Namun penjahat itu tetap tak bisa berkutik dari penjara.

Pria itu tak bisa kembali ke sekte karena gagal membunuh berarti dibunuh.

Di bar-nya Rataka meminum wine-nya sembari mengingat kejadian itu. Tatapannya menajam.

"Rowlett ya."


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C43
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión