Descargar la aplicación
62.5% The Gladiol / Chapter 100: Nomor 4

Capítulo 100: Nomor 4

"Kau… jangan sampai bertemu dengan Rataka. Jangan sampai dia menyadari Linka (pedang kembar Liska)."

"Baik Tuan."

Genio adalah tangan kanan yang sangat dipercaya Ramon apapun yang terjadi. Ia adalah kartu ace Ramon yang masih ia simpan.

Selain itu ia juga ahli strategi, ahli memanah, berlari cepat dan setara dengan Rataka. Namun Ramon terlalu menyayangkannya untuk pergi ke lapangan, Genio adalah asisten yang menjaganya di markas, selain Genio, pilar lain boleh melakukan misi luar lapangan.

Setelah dari ruangan Ramon, Genio pergi meninggalkan markas. Wajahnya yang datar, dingin dan tidak pernah tersenyum membuat semua anggota organisasi ketakutan hanya dengan melihat bayangannya. Padahal diantara semua pilar dirinyalah yang paling ramah, namun justru itu, ia malah ditakuti semua anggota.

Brak!

Seorang anggota perempuan tiba tiba jatuh di hadapannya tepat di sisi kanan kaki Genio.

Perempuan itu gemetaran, hingga kakinya tak sanggup berdiri.

Genio berjongkok dan membantunya berdiri.

"Kau tidak apa-apa?"

Perempuan itu merasakan kekuatan yang tak tertandingi hingga gemetaran. Wajahnya yang sangat rupawan membiusnya dalam ilusi hingga perempuan itu terdiam seolah tengah dimantrai.

"Kau tidak apa apa?" tanya Genio lagi.

"Ma…maafkan aku Tuan Genio. Maafkan aku."

Genio tersenyum sangat tipis lalu mengecup dahi perempuan tersebut. "Tidak apa apa. Jangan takut. Kau hanya perlu pergi dari hadapanku."

Warna mata perempuan itu berubah biru gelap. Ia mengangguk, menurutinya. Ia telah dimantrai oleh mantra penurut. "Iya, Baik Tuan."

Itu adalah mantra yang dimiliki Genio, mantra penurut. Siapapun yang melihat matanya, akan menuruti apa yang diucapkannya. Dia memang pria yang sangat berbahaya. Ia melewati para anggota di koridor yang gemetaran dan tak berani menatap matanya.

Genio memakai coat merah berwarna cream dan celana jeans hitam, kemudian mengenakan kacamata. Lalu menyalakan mobil dan menuju ke suatu tempat. Itu adalah diskotik.

Hingar bingar lampu dan orang orang yang dengan liar dan berpakaian tak lebih dari kain satu meter. Namun Genio hanya berjalan lurus dan tak goyah pada itu.

Beberapa wanita seksi mendekatinya dan memegang bahunya menggoda, namun mereka memutuskan pergi setelah menerima tatapan tajam darinya. Genio tipe yang sangat menghormati wanita, dia tidak pernah memukul wanita sepanjang hidupnya. Jika musuhnya perempuan, dia lebih memilih cara cepat, yaitu dengan menghipnotisnya, agar pertarungan berakhir tanpa meninggalkan bekas luka di tubuh perempuan.

Seorang wanita yang membawa nampan minuman, melirik pada Genio. Mereka berdua saling mengangguk satu sama lain. Itu adalah Lily, bawahan setia Genio.

Genio masuk ke Lounge terbuka di tengah tengah bar, tempat bos pemilik berada. Mereka tengah asyik bermain kasino, dengan orang orang kekar dan bertato keras.

"Lucas," kata Genio tanpa basa basi, "Di mana dia berada?"

Pemilik itu tersenyum sinis lalu memberi perintah kepada bawahannya dengan dagunya agar mengusir pria itu.

Dua preman memegangi lengan Genio.

Pemilik bar berdiri dan melemparkan kartu kartu yang ia mainkan tadi ke wajahnya.

"Woi pria tampan? Kau ke sini mau mendaftar jadi anak buahku? Atau kau mau menjual perempuan? Kalau kau bukan orang borjuis, apakah kau mendaftar menjadi bartender? hahahaha" tawa bos itu menggelegar, diikuti anak buahnya.

Genio melepaskan preman yang menahan tangannya, lalu memungut kartu joker yang di lempar pemilik tempat itu, sembari menggebrak meja dengan satu tangannya hingga meja kaca itu pecah menjadi dua.

"Kau tau kartu joker bergambar badut ini?"

Bos itu menyeringai.

"Kalau kau tak mau anak buahmu terluka di tanganku, sebaiknya jaga sikapmu, Badut." kata Genio dengan penuh penekanan di akhir kata.

Bos itu marah lalu berteriak memberi aba aba untuk menyerang Genio.

Pertengkaran pun tak bisa dihindari, aula tengah serta lounge mewah itu kacau balau, wanita wanita yang menjerit berlari keluar dan para pelayan yang menyingkir dari tempat kerja mereka. Preman itu berjumlah 8 dan semuanya tumbang dalam sekejap.

"APA?! Si..siapa kau sebenarnya?!" bos itu gemetaran mundur begitu Genio selesai bertarung dan mendekat ke arahnya.

"Apa yang kau inginkan?"

"Lucas…di mana dia sekarang?"

Bos itu menelan ludah lalu menunjuk ke arah lorong berlampu remang. "Dia sedang tidur dengan wanita di kamar nomor 14."

"Pilar tengah memang cenderung lebih gila dari yang lainnya." Genio mendecakkan lidahnya kesal.

Ternyata Lucas tengah bercumbu mesra dengan seorang gadis di kamar vip.

"Ah ah ah. Lucaaass…" terdengar lenguhan perempuan yang memanggil nama Lucas mesra. Genio masuk, di belakangnya diikuti Lily.

Genio menarik rambut Lucas, karena ia telanjang dada dan hanya mengenakan celana panjang hitam, sedang wanita yang bersamanya tak mengenakan pakaian dan hanya menutupi tubuhnya dengan selimut.

Buagh!

Genio meninju Lucas.

"Astaga, sayang!" teriak perempuan yang bersamanya. Lily bergerak cepat lalu memukul area belakang lehernya hingga perempuan itu pingsan. Ia lalu membawanya keluar ruangan, dan membiarkan Genio berdua di kamar itu.

"Kenapa kau selalu memukulku tiap bertemu?" Lucas mengusap darah di sudut bibirnya. "Kau tahu betapa berharganya wajah tampanku ini? Aku bahkan dikira seorang idol, hehe"

"Kau masih bisa tertawa?"

"Bukankah kau datang kemari bersama bawahanmu yang setia itu, Lily. Kenapa tidak sekalian main?" Lucas mengedipkan matanya lalu memperbaiki kerah coatnya Genio sembari tersenyum nakal. "Kau tidak penasaran bagaimana rasanya Lily?"

PLAK!

Lucas memang cari masalah dengan membicarakan tangan kanan kesayangannya dengan sensual seperti itu. Ia sadar dengan ucapannya yang salah.

"Ah sial."

Genio menatapnya tajam. "Kau tahu akibatnya tapi tetap membicarakan Lily seperti itu."

"Iya iya aku yang salah, jadi ada apa kau kemari?"

"Pakai dulu pakaianmu."

Mereka berdua keluar dari bar diskotik itu. Sebelum keluar, Genio memberikan cek bertuliskan seratus juta pada pemilik tambun tadi.

"T…tuan?" bos itu merasa terharu.

"Kalau kau melihat Lucas kemari lagi, langsung beritahu aku. Semua bar yang dia datangi sudah aku beli. Kau paham?"

Bos itu mengangguk ketakutan namun menurutinya dengan senang.

"Aiishhh. Kau ini sebenarnya bersenang senang kan? Jujur saja kau Genio. Cara mu bersenang senang itu menjadi orang yang bersikap seperti pahlawan kan? Sialan kau! Sepertinya Ramon terlalu memanjakanmu."

"Ada misi untukmu hari ini. Di lapangan."

"Ha? Kenapa tidak menyuruh si Valen saja? Dia kan yang selalu melakukan pekerjaan kotor?" Lucas membuka permen karet lalu mengunyahnya santai.

"Harus kau yang melakukannya."

"Tapi aku malas. Kau tahu kan?" Lucas menghela napas. "Padahal masih ada list gadis seksi yang harus kutiduri bulan ini."

"Valen sudah rusak."

Melihat wajah Genio yang tidak bercanda, Lucas meliriknya. "Apa ada masalah dengannya?"

"Dia akan diadili besok di persidangan?"

"APA?!"

***

Operasi Valen telah selesai. Bagian dadanya di balut perban, tangan kirinya dan kepalanya. Ia berada di sel tahanan khusus seorang diri. Seorang polisi menjaganya. Valen menghela napas melihat kondisinya sekarang.

"Ramon, Rataka, Arvy, dan kini polisi. Sepertinya aku sudah berakhir," ujar Valen.

Tiba tiba Alfa datang mengunjunginya. Mereka berdua bertemu di ruang pengunjung ditemani seorang polisi penjaga. Valen shock melihat Alfa masih hidup.

"ALFA!"

"Kenapa sekaget itu? Apa kau menyesal karena tidak membuatku mati?"

Valen lalu mengingat berita di televisi di rumah Arvy saat itu. Ia disebut buronan yang melakukan penyerangan, bukan pembunuhan. Valen mengacak rambutnya frustasi, tangannya masih di borgol.

"Kenapa aku bisa tertipu trik murahannya itu!" batinnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C100
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión