Descargar la aplicación
37.71% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 107: Kutuk dia

Capítulo 107: Kutuk dia

"Jalang mana yang berani mengganggu tidurku!"

Dengan kebiasaannya yang suka mengucapkan kata-kata kotor, Galla tanpa sadar mengumpat saat merasakan pipinya terasa panas.

Saat pandangannya menjadi lebih jelas, dia langsung melihat seorang pria dengan rambut hitam panjang dan mata hijau giok menyambut penglihatannya.

Dia menjadi linglung sejenak saat merasakan bahwa pria itu sangat tampan karena menutupi jangkauan sinar matahari ke masuk matanya saat sosok pria itu meredup menjadi siluet.

Tapi...

Pa!

Asheel menampar pipinya lagi karena mengira jika Galla belum sadar, wanita didepannya sudah menatapnya selama lima detik penuh.

"Bajingan!"

Pa!

"Jangan mengumpat di depan wajahku!"

Asheel langsung berdiri dan mundur beberapa langkah, membiarkan Galla berdiri sendiri.

"Ah, apa yang terjadi padaku?" Galla memegangi kepalanya sendiri sambil menunduk kesakitan. Terdapat cap lima jari di pipi kanannya, dan dia mengelusnya menggunakan salah satu tangannya. Saat mencoba mengingat-ingat, dia tiba-tiba tersentak, "Aku ingat, bajingan penyu itu!"

Dengung!

Tepat setelah kata umpatan itu jatuh, patung Genbu bersinar sekali lagi dan memanifestasikan wujud raksasanya tepat di atas kepala Galla.

BAK!

Begitu saja, Galla terjepit seperti saat Sun Wukong ditahan di Gunung Lima Jari, bedanya yang menimpanya adalah wujud raksasa Genbu.

"Menyakitkan bajingan!" Galla mengeluarkan ekspresi menyakitkan di wajahnya seperti sedang menahan sembelit. "Pelacur sialan!"

Dia mengumpat lagi. Tanpa sadar pandangannya menyapu Asheel dan dia menggertakkan gigi ke arahnya karena pria didepannya telah menamparnya sebelumnya.

"Hei, sampah! Bantu aku lepas dari benda sialan ini!"

"....."

Ups, kebiasaan.

Asheel, Merlin, dan Ophis terdiam melihat kelakuan Galla karena menurut mereka itu sangat lucu.

Asheel maju selangkah dan berjongkok, tangannya terulur dan menarik rambutnya hingga Galla bisa menatap langsung ke matanya. Tangan lainnya terangkat dan...

Pa!

"Bajingan!"

Tidak ada rasa takut di wajahnya karena malah menunjukkan provokasi dengan mengumpat tepat di depan wajahnya.

Asheel mengangkat alisnya, "Haruskah aku menampar pantatnya?"

"Jangan berani, dasar sampah!" Galla menggeram dan menunjukkan giginya dengan ekspresi menakutkan.

"Berhenti, Asheel. Kau terlalu berlebihan!" Merlin berkata sambil menyilangkan lengannya.

Asheel menghela nafas, "Hahh, aku tidak tahu apa yang Genbu inginkan darimu. Haruskah aku juga mengubahmu menjadi prajurit bayangan?"

Mendengar perkataannya, Galla menjadi ingat pasukan abadi yang terus menerus muncul dan menyerangnya.

"Jadi itu ulahmu, bajingan?! Raja Iblis tidak akan memaafkanmu!"

Asheel terdiam sejenak, dia memiringkan kepalanya. "Siapa Raja Iblis?"

"....."

".....Bukankah sudah pernah kuberitahu sebelumnya?" Merlin menjawabnya dengan nada monoton.

"Siapa?"

"Salah satu Dewa, Raja Iblis, yang menguasai Dunia Iblis," kata Merlin.

"Oh, yang itu." Asheel menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya. Dia lalu mengabaikan siapa Raja Iblis itu dan menatap Galla yang sedang berjuang untuk melepaskan dirinya. "Jadi, apa yang harus kulakukan padamu~?"

"Pertama-tama, lepaskan aku brengsek!"

"Aku benar-benar akan menampar pantatmu jika kamu tidak bisa mengendalikan mulutmu," kata Asheel dengan nada mengancam.

"Errr...." Galla hanya bisa menggeram.

Asheel saat ini sedikit kebingungan. Biasanya dia tidak akan membunuh musuhnya jika itu seorang wanita, dia hanya akan melemparkannya ke kastil tua Shalltear dan sejak musuh itu masuk ke sarang Leluhur Vampir, mereka akan menjadi budak seks-nya.

Setelah itu, dia tidak tahu lagi. Sekarang dia bertanya-tanya bagaimana kabar vampir loli itu karena hasrat seks-nya sangat besar dan dirinya juga seorang cabul expert.

Sejak dia mengambil Shalltear sebagai wanitanya, dia tidak tahu apakah Shalltear masih suka melecehkan para budaknya atau bahkan melecehkan dirinya sendiri.

Yah, dia hanya bisa rindu pada mereka. Dia juga bertanya-tanya bagaimana keluarganya di dimensi lain karena dia bahkan tidak sempat untuk memberi mereka kabar jika dia akan pergi.

Seharusnya mengirim Sera baik-baik saja untuk memberitahu jika dirinya baik-baik saja kalau-kalau mereka khawatir.

Sekarang, dia harus menghadapi sakit kepala lain. Wanita yang merengek di depannya seharusnya juga musuh, tapi keadaannya begitu menyedihkan hingga dia tidak tega untuk membunuhnya dan malah ingin menampar pantatnya.

"Yah, menjadikannya prajurit bayangan juga bagus, toh dia cukup kuat." Asheel mengangguk pada keputusannya.

"Apakah bisa mengubahnya tanpa memegang pedangmu itu?" tanya Merlin.

Asheel tersadar, "Yah, seharusnya aku bisa tapi itu terlalu merepotkan. Kalau begitu..." Dia lalu menoleh ke loli berambut hitam di sampingnya, "Ophis, kutuk dia."

"...."

"Baik?"

"Kutuk dia."

Galla dan Merlin mengalami konfilk internal sejenak didalam pikiran mereka, tapi Merlin mampu pulih terlebih dahulu.

Ophis yang mendengar perkataannya mengangguk. Dia menunjuk dengan jari telunjuk ke arah Galla yang sedang dijepit ke tanah oleh tubuh raksasa Genbu.

Getaran ungu seperti listrik menjalar jari ujung jari telunjuknya dan itu menyalur sampai ke tubuh Galla.

Tubuhnya diselimuti oleh aura ungu sejenak sebelum dipaksa untuk menyusut.

"Tunggu! Apa yang kau lakuka-"

Poof!

Seolah ada efek asap untuk menampilkan perubahannya, sosok kecil bulat muncul di balik asap.

Tubuh bulat seukuran bola basket, sayap kupu-kupu warna-warni, dan berbulu orange seperti jahe. Di wajah bulatnya terdapat cat merah berbentu x, dengan mata kuning yang mengancam, dan memiliki ekor kalajengking seperti cambuk.

Mereka semua terdiam sejenak saat mengamati makhkuk lucu itu.

"Apakah itu pokemon baru?"

"Apa itu pokemon?"

Asheel lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan bola dengan warna merah-putih dengan tombol di tengahnya. Bola aneh itu seukuran bola tenis, dan terdapat garis hitam membentang dari tombolnya.

Dia menyerahkannya pada Merlin, "Nah, coba kamu lempar ke pokemon itu."

Merlin bahkan tidak mengamati pokeball dan langsung melemparkannya ke bola berbulu yang sedang kesulitan terbang itu.

Cit! Cit! Cit!

Bola berbulu itu mencicit seperti tikus sebelum menyadari jika dirinya di lempar oleh sesuatu. Sebelum bisa mengambil respon apapun, tubuhnya berubah menjadi cahaya putih dan melesat masuk ke pokeball.

Bola itu jatuh dan menggelinding di tanah.

Merlin melangkah maju dan mengambil pokeboll sebelum mulai memeriksanya.

"Apa itu? Apakah bola bulu itu masuk ke dalam benda ini?" Merlin dengan penasaran mengamatinya.

"Nah, coba tekan tombol di tengah," Asheel menyarankan.

Saat Merlin melakukan apa yang yang diucapkannya, bola itu terbuka dan mengeluarkan cahaya putih sekali lagi sebelum makhluk berbulu sebelumnya muncul.

"Bajingan, apa yang kau lakukan padaku ?!"

"....." Asheel dan Merlin terdiam sejenak sebelum mengubah ekspresinya menjadi tawa.

"Fuhahaha, suaranya seperti kentut!" Asheel tertawa terbahak-bahak.

Merlin di sisi lain mencoba menahan tawanya tapi itu hanya membuat perutnya sakit. Setetes air mata keluar karena betapa lucunya nada Galla berubah.

Sementara Ophis hanya menatap mereka tanpa ekspresi.

"Kalian brengsek! Kembalilan tubuhku seperti semula!" Bola bulu itu, Galla, langsung mengumpat dengan marah, tapi suaranya menjadi sangat lucu.

"Fuhahahaha....." Asheel masih tertawa saat sosoknya menyerah dan jatuh ke tanah.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, perutnya sakit karena kebanyakan tertawa.

"Hah hah, kamu sangat lucu...!" Asheel mengusap matanya dan berdiri.

"Memangnya ini salah siapa !? Grrr..." Galla menggeram dengan marah.

"Bukankah kamu menjadi sangat lucu err.... siapa namamu lagi?"

"Namaku Galla, salah satu anggota dari Six Knight of Black, ingat itu sebelum aku menggorok lehermu!"

Asheel langsung menarik ekornya dengan satu tangan dan menggatungkan tubuhnya.

"Bajingan, lepaskan aku!" Dia meronta.

Asheel tersenyum saat mengamati bola bulu itu sejenak dari dekat, sebelum tertawa dan melemparkannya ke Merlin.

"Haha, itu milikmu."

Merlin menangkapkanya dan membawanya menggunakan kedua tangannya. Bola bulu itu sangat besar untuknya karena dia harus memeluknya saat membawanya.

"Lacur kecil, ubah aku seperti semula!" Galla masih mengumpat dengan nada memerintah saat berada di pelukan Merlin, tapi dia tidak meronta karena ada sesuatu di dalam dirinya yang menghentikannya untuk melakukannya.

Bzz! Bzz!

Bola bulu itu tersetrum yang membuat semua bulunya berdiri, tubuhnya juga menjadi hitam dan gosong. Rupanya Merlin tanpa sadar mengeluarkan sihir listrik dari bagaimana Galla memanggil dia sebelumnya.

Merlin tersenyum manis saat tangannya mencengkram erat bola bulu itu.

"Hentikan, hentikan! Kamu akan menghancurkan tubuhku!" Baru kali ini Galla meronta.

"Hehe, kamu sebaiknya berhenti mengumpat karena Merlin sekarang adalah Tuanmu." Asheel memberitahu.

"Apa maksudmu?"

"Pokeball itu adalah item untuk menangkap monster atau semacamnya, dan monster yang tertangkap akan menjadi milik pengguna dan bisa bertarung bersamanya. Namun pokeball sebelumnya berbeda karena digunakan untuk menangkap budak monster," Asheel menjelaskan.

Nah, dia suka mengotak-atik sesuatu.

"Brengsek, kau bilang aku akan menjadi budak bocah ini ?!" Galla berkata dengan marah.

"Yah, seperti itulah." Asheel hanya mengangkat bahu.

"Lebih baik aku mati!"

"Kamu tidak bisa tanpa izin Tuanmu."

"Bajingan....!" Galla menggertakkan giginya dengan marah sebelum bertanya, "Lalu bagaimana caraku kembali ke bentuk cantikku?"

"Bentuk lacurmu? Oh, sebaiknya tanya langsung ke orang yang mengutukmu," jawab Asheel.

Mereka semua lalu menatap pelaku loli berambut hitam.

"Kamu bisa menjadi wujud humanoid jika berhenti mengumpat," jawab Ophis dengan ekspresi datar.

"Tidak mungkin..." Galla berkata dengan suara rendah. "Itu satu-satunya keterampilanku ... Aku tidak bisa hidup tanpanya..!"

BOOOM!

Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang membuat mereka semua menatap ke atas.

"Hah, dua lalat lagi?"


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C107
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión