Alaric tidak ingat kapan terakhir kalinya ia sungguh merasa baik-baik saja. Hidupnya keras dan dipenuhi hal buruk. Ia dapat mengingat hal-hal membahagiakan dalam kehidupannya dengan hitungan jari sebelah tangan saja, dan ibunya serta Aleksis ada di antaranya.
Alaric tidak tahu apakah dalam hidup ini ia akan pernah jatuh cinta lagi. Pengalaman satu kali ini sangat menyesakkan dada. Saat ia membuka hatinya untuk seorang manusia lain, gadis itu direnggut dengan paksa darinya dalam waktu yang demikian singkat hingga kadang ia bertanya-tanya apakah Aleksis hanya mimpinya atau sungguh memang manusia nyata.
Ia tidak yakin akan dapat pulih dari rasa sakit hati ini. Ketika Pavel menghubunginya dan memberi tahu bahwa ia melihat Terry kembali ke Singapura, Alaric menjadi semakin berkeras untuk menemukan makam Aleksis dan membawanya pulang untuk dikuburkan di samping makam ibunya.
Selamat pagi dari Jerman!
Saya lagi naik bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) hihihi selama 30 jam dari Amsterdam - Belanda ke Roma - Italia, tapi ini lagi transit di Munich - Jerman.
Maaf tidak bisa update teratur selama liburan ini, karena ternyata saya ketempuhan tugas jadi supir selama di Eropa, jadi ga bisa duduk diam dan ngetak-ngetik.
Jadi saya akan update sebisanya saja. Maaf yaa...
Nanti saya update foto-foto di page ya. Saya nggak sabar pengen ke Swiss (tempat Aleksis dirawat) dan Paris (rumah Jean) serta Colmar (makam Aleksis Makela), pengen juga sih singgah di Grosetto, rumah Paman Rory, tapi nggak masuk itinerary ... hiks.