Descargar la aplicación
0.63% Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 2: Rahasia Yose

Capítulo 2: Rahasia Yose

Yose memandangi toko neneknya dari kejauhan. Ia menghela napasnya berkali-kali dan memastikan kalau keputusannya saat ini adalah benar untuk menikahi Reina.

Ia menyeberangi jalan ketika lampu berwarna hijau menyala. Langkahnya yang berat ketika keluar dari rumah tadi. Kini terasa sangat ringan ketika melihat neneknya tampak bahagia dengan toko yang sudah menjadi miliknya sepenuhnya.

Untung saja neneknya percaya jika Yose mendapatkan uang untuk membeli toko itu dari Reina. 

"Nenek aku datang!" seru Yose. Ia membuka pintu toko. Ekspresi yang tadinya mendung ia buat secerah mungkin.

Ya, setidaknya toko itu sekarang sudah resmi menjadi milik neneknya saat ini, jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan jika suatu hari nanti mereka akan diusir tiba-tiba oleh si pemilik.

"Yose, cucuku. Kamu datang?" Neneknya keluar dari dapur dan membawa kue yang baru saja matang, terlihat bagaimana mereka mengeluarkan asap yang masih mengepul.

Aroma manisnya membuat siapa saja ingin memakannya termasuk Yose.

"Bukankah seharusnya kamu di rumah dengan istrimu?" tanya neneknya. Dia menyuapkan satu buah kue ke mulut Yose.

"Aku bosan Nek, di rumah setiap hari. Masih besok pagi aku akan masuk ke sekolah untuk mengajar."

Mata neneknya membulat. "Jadi—kamu sudah diterima di sebuah sekolah?"

"Tentu saja!" jawab Yose senang.

Yose mengambil jurusan pendidikan ketika kuliah. Dan saat ini dia sedang menunggu lusa untuk bisa mulai mengajar di sana.

Kepala sekolah pernah mengatakan pada Yose saat interview, jika dia mau, maka Yose harus bersabar menunggu seorang guru yang keluar karena hamil. Dan Yose menyetujuinya.

Dan akhirnya, setelah menunggu selama delapan bulan, Yose mendapatkan posisi tersebut. Dia akan menjadi guru olahraga di Richie High School. Sekolah yang tidak terlalu jauh dari toko neneknya, tapi ditempuh selama satu jam jika ia berangkat dari rumah Reina.

"Nenek senang karena akhirnya kamu bisa mendapatkan pekerjaan Yose." Neneknya membelai rambut cucunya itu dengan bangga.

Hanya ada Yose keluarga yang tersisa. Sedangkan yang lain? Mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing.

Sebenarnya neneknya masih memiliki seorang cucu, tapi bisa dikatakan cucu tiri. Karena ibu Yose pernah menikah dengan seorang duda.

Ia memiliki seorang anak perempuan yang dua tahun di atasnya Yose. Ia anak dari ayah tiri Yose. Namun keduanya belum pernah bertemu sekalipun.

"Apa kamu tidak merindukan ibumu?" tanya neneknya.

Yose tersenyum miris jika neneknya itu menyinggung mengenai ibunya. "Untuk apa aku merindukan seseorang yang bahkan tidak pernah mau tahu bagaimana kabar kita?" jawab Yose. Dia membantu neneknya membawa kue-kue yang sudah dipanggang neneknya.

Neneknya memandang punggung cucunya itu. Dia merasa sedih karena nasib Yose yang tidak begitu beruntung.

Ia ditinggalkan ibunya ketika berumur tujuh tahun. Ibunya menikah lagi setelah bercerai dengan ayah kandungnya. Hanya perlu waktu satu tahun ibunya menikah dengan lelaki baru. Menyedihkan bukan?

Dan hingga umurnya yang kini menginjak usia 25 tahun, tak sekalipun ibunya itu mengunjungi dirinya. Atau bahkan menanyakan kabarnya.

Tak tahu alasan apa yang membuat ibunya meninggalkan Yose. Dia tiba-tiba meninggalkan surat di samping kasur nenek Yose dan mengatakan jika dia akan menjalani hidup dengan suaminya tanpa Yose.

Karena baginya, Yose adalah seorang anak yang tidak pernah diinginkan olehnya. Yose ada karena ibunya dulu hamil duluan. Ia membuat karir ibunya hancur, padahal semua itu adalah kesalahan ibunya sendiri.

"Yos," panggil neneknya.

"Ya, Nek." Yose tersenyum, seolah hidupnya berjalan lancar begitu saja meskipun ia menyimpan banyak lara.

"Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?"

Yose tidak langsung menjawabnya. Jika bisa dia menjawab jujur, maka Yose akan mengatakan jika dirinya tidak bahagia dengan pernikahannya.

Dia bahkan tidak mencintai Reina. Ia menikah hanya untuk neneknya, ya hanya untuk wanita tua itu.

"Bahagia, Nek." Jawabannya terdengar ragu. Dia tak mampu menatap ke arah neneknya.

"Maafkan Nenek." Ia memeluk cucunya itu dan menangis di pelukan Yose.

"Kenapa minta maaf? Nenek tidak salah?" Yose menenangkan neneknya dengan usahanya. Tak ada yang lebih penting daripada kebahagiaan nenek yang sudah merawatnya sejak kecil.

"Terima kasih karena sudah merawatku sampai sekarang, Nek," ucapnya lirih. "Yose akan membalas semua kebaikan nenek selama ini, aku janji," lanjutnya.

"Apa yang kamu lakukan selama ini lebih dari cukup. Melihat kamu bahagia sudah cukup membalas semuanya."

Tiba-tiba pintu toko berderit, seorang wanita muda berambut warna cokelat dengan panjang sebahu masuk lalu menyapa nenek Yose.

Dia terlihat seperti sudah biasa membeli kue di sana.

"Selamat siang nenek?" sapanya dengan riang. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.

'Siapa dia? Aku baru melihatnya hari ini?' bisik Yose dalam hati.

"Oh—Nona cantik? Kamu baru datang, biasanya pagi-pagi sekali kamu mengambil pesanan." Nenek Yose langsung mengambil sekotak berisi kue untuk wanita itu.

"Ini pesananmu, kue dua belas biji." Nenek Yose mengulurkan kotak tersebut pada wanita yang bernama Lara.

"Terima kasih Nek." Setelah tersenyum pada neneknya, ia lalu tersenyum pada Yose.

Yose mengangguk lalu membalas senyumnya. Memandangi wanita itu hingga keluar dari tokonya.

"Dia adalah Lara. Sudah memiliki suami," kekeh neneknya, dia tahu jika cucunya itu terlihat tertarik pada wanita yang ternyata sudah menjadi langganan di sana.

"Ah—nenek bukan seperti itu," kilah Yose.

"Tapi mata kamu bisa menjelaskan semuanya," goda neneknya.

"Kalau saja dia belum memiliki suami, mungkin nenek akan menjodohkanya padamu."

Yose tersipu malu. Tak mungkin ada kesempatan karena keduanya kini sudah berstatus milik orang.

**

Satu hari kemudian ...

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan Reina belum juga pulang. Yose sejak tadi sore menunggunya bahkan sempat tertidur karena sudah mengantuk.

Berkali-kali ia melihat detik jarum jam yang berputar, tapi Reina belum juga kembali pulang. Ia yang hendak menghubungi wanita itu ragu, karena takut hanya akan memancing pertengkaran di antara mereka berdua.

Hingga akhirnya Yose tertidur di sofa ruang tamu sampai kesokan paginya.

Mobil Reina datang ketika waktu menunjukkan pukul enam pagi. Yose langsung berlari ke arah pintu, tapi ia mendapati Reina sedang diantar oleh lelaki tak dikenalnya.

"Jangan banyak pertanyaan, aku mau tidur sekarang." Reina pergi melewati Yose begitu saja. Tercium bau alkohol yang menyeruak dari tubuhnya begitu kuat.

"Kamu mabuk?" tanya Yose.

Reina melirik kesal ke arah Yose. "Jangan banyak pertanyaan, aku tidak suka!"

Ia masuk ke dalam kamarnya lalu benar-benar tidur di sana. Yose hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap wanita itu lagi.

Jam delapan dia akan ke sekolah dan memulai hari pertamanya di sekolah. Namun sebelumnya dia memasak sup untuk meredakan pengar untuk istrinya.

"Dia kan sedang hamil, kenapa setiap malam harus mabuk-mabukan?" gumamnya. Tapi ia tetap saja memasakkan untuk wanita tersebut.

"Aku akan pergi, setelah bangun makanlah makanan di meja. Jangan makan makanan cepat saji terus, tidak baik untuk bayi dalam kandunganmu," ucap Yose dari balik pintu.

"BERISIK!" teriaknya disusul suara yang menghantam pintunya dengan keras.

Yose hanya menghela napasnya dengan berat. Ia hanya perlu bersabar selama lima tahun.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C2
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión