Descargar la aplicación
4.44% Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 12: Ch 13 panggilan terkutuk

Capítulo 12: Ch 13 panggilan terkutuk

Selamat melanjutkan

.

.

Helena telah kembali dari ruangan Bastian, dengan tangan menenten kotak bekal. Helena menyembunyikan parfume pemberian sang bos di dalam tas tempat bekal, agar tidak diminta.

Dia tidak mau parfum mahal yang didapatkan dengan gratis tanpa harus menjual diri ini, diminta oleh manusia manusia iseng yang ada di ruangan nya.

Bayangkan saja ada sekitar 800 ribu di dalam botol yang diberikan oleh bosnya tadi. Belum lagi kotak yang mewah serta botol yang elegan. Fiks, Helena akan memajang parfum itu di sebelah pigura anime 3D yang ada di kamarnya.

"Kamu baik baik saja?" tanya Adam saat Helena masuk kedalam ruangan kerja tanpa rasa berdosa atau bersalah karena telah membuat orang orang yang ada di ruangan itu menjadi cemas.

"Saya baik baik saja," jawab Helena. "Eh? Aku baik baik saja. Begitu maksudnya!" kata Helena meralat kalimatnya yang terkesan formal. Mungkin efek dari bicara dengan bosnya tadi.

"Aku juga ditemani kak Delima, aku juga tidak berduaan dengan pak Bastian dalam satu ruangan!" kata Helena seolah memberi kode kepada Sonia yang mengintip dari balik pintu.

Benar saja, setelah Helena mengatakan hal tadi, wanita itu sudah tidak mengintip lagi.

"Tangan kamu sudah membaik?" tanya Mira khawatir.

"Iya, lihat nih!" kata Helena menurunkan bahu blazernya, kemudian memamerkan lenganya yang sudah tidak begitu membiru seperti sebelumnya.

"Hey, di sini ada banyak laki laki!" peringat Adam menarik kembali Blazer Helena hingga menutupi lengan Gadis itu.

"Tapi tadi itu memarnya parah banget, apalagi setelah di cengkram sama security kampret!" kesal Helena mengumpat.

Dia berjalan menuju lemari, lalu meletakkan tempat makan siangnya kedalam loker. Setelah itu dia kembali ke kubikelnya untuk melanjutkan pekerjaan yang belum dimulai sejak tadi pagi. Dan kini sudah menunjukan pukul 10 pagi.

"Nanti malam ada yang lembur ga?" tanya Helena.

"Banyak kok yang lembur malam ini," kata Sonia menjawab pertanyaan Helena.

"Oh, oke deh mbak. Maaf saya tidak membuka sesi tanya jawab seputar pak bastian!" kata Helena to the point seolah tahu alasan kenapa Sonia mendekat padanya.

"Tidak saya cuma penasaran, kenapa kamu bisa sampai tertuduh begitu." Kata Nina menatap Helena dengan mata bulat besarnya.

Helena diam sejenak sambil menunggu laptopnya menyala. Setelah berfikir alasan yang masuk akal, Helena pun menjawab.

"Mbak Sonia kan cantik, kenapa tidak tanya sama pak Bastian aja sekalian? Lebih terpercaya sumbernya." Kata Helena. "Atau mbak gak secantik itu bisa membuat pak bastian mau membicarakan tentang saya?" Goda Helena selanjutnya.

Helena tidak mungkin berkata bahwa dirinya tadi pagi berangkat dengan si Bos, lalu tepat bekal tertinggal di mobil.

Hendak hati mengambil makan siang, malah dikira mau maling, namun dia cukup beruntung, selain diobati dia juga mendapatkan parfum mahal.

'Apakah ini pelangi setelah badai?'

"Hem… Tentu saja saya bisa. Lagian gak penting juga kamu itu!" kata Sonia meninggalkan kubikel Helena lalu masuk kembali ke ruangan pribadinya.

Adam yang melihat Helena yang tidak pernah akur dengan Helena membuat mereka sedikit terhibur. Tidak tahu apa permasalahan awal dan siapa yang memulai, yang pasti mereka selalu adu mulut atau perang dingin.

Like Tom and Jarry.

***

Helena mendesah lelah, tanganya meregang ke atas kepala dengan suara tulan punggung Yang bergerak. Ah, dasar usia muda tulang lansia.

Helena melihat ke sekitarnya, masih ada beberapa orang di dalam ruangan tersebut, mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing masing.

Helena melihat pada jam yang ada di sudut kanan bawah pada layar laptop. Pukul 20:10.

"Pulang aja deh, ntar kalo kuat sambung di rumah aja!" kata Helena mengemas barang barangnya.

Helena mengirimkan pesan kepada Nina bahwasanya, dia akan pulang lembur lebih awal. Setelah mendapatkan balasan dari Nina, gadis itu pun segera meninggalkan ruangan tersebut, sebelumnya berpamitan kepada mereka yang masih lembur.

Helena memasang earphone ke telinganya, kemudian menyalakan music dengan volume sedang sehingga jika ada orang yang memanggilnya maka akan terdengar olehnya.

Sepanjang jalan, Helena bersenandung ria. Bukan karena suaranya bagus Helena menjadi percaya diri untuk menyanyi, tapi karena tidak ada orang di sana sehingga dia berani untuk bernyanyi meski dengan suara yang lirih.

"Yelena!" terdengar seorang memanggil gadis yang menggunakan earphone.

Yang dipanggil ketika menoleh pada asal suara, kemudian memelototi orang yang telah memanggilnya dengan sebutan 'Yelena'.

"Demi episode one piece yang entah sampai episode berapa, kenapa kau memanggilku dengan panggilan terkutuk itu!" teriak Helena kencang.

Karena mereka sedang berada di basement, suara teriakan Helena memantul dan membuat gema yang cukup nyaring saat memasuki indra pendengaran.

"Haha, iya maaf. Elena, anterin aku pulang ya?" pinta orang tersebut. Dia adalah Alan.

"Kemana mobil mu?" tanya Helena.

"Di bengkel. Tau ah, sini kunci motor kamu!" kata Alan meminta kunci motor Helena.

Helena menyerahkan kunci motornya, kemudian memindai setiap mobil berwarna hitam yang terparkir di dalam basement. Ada 6 mobil, 4 diantaranya berwarna hitam.

Helena menghembuskan napasnya dengan kasar, kemudian menoleh kepada Alan yang baru saja tiba. Lalu segera mengambil posisi duduk di belakang Alan yang sedang menyetir.

"Kenapa harus bohong?" tanya Helena menyandar pada punggung tegap Alan.

"Tidak ada, aku hanya ingin pulang denganmu," jawab Alan enteng.

Tadi, dia menemukan mobil Alan terparkir di parkiran mobil. Plat nomor yang sangat ia hafal, tidak mungkin salah mengenali mobil milik Alan.

"Mencoba menghindari wanita yang di jodohkan tante?" Tanya Helena memegang ujung kemeja Alan yang telah keluar.

"Tidak juga," Jawab Alan mengendarai motor dengan tenang meninggalkan area kantor.

"Lalu?" tanya Helena pula.

"Aku akan menikah sebentar lagi," jawab Alan pelan. Beruntung karena mereka berkendara dalam keadaan pelan.

"Hah? Kenapa? Tante yang paksa? Tapikan selama ini nggak pernah!" kaget Helena berteriak.

Mereka orang orang di sekitar seketika kaget mendengar teriakan Helena, namun tidak dengan Alan yang sudah menduganya.

"Bukan, Bukan mama. Aku bingung harus cerita dari mana dan bagian mana yang harus aku ceritakan, karena susah untuk dijelaskan, rasanya badanku kelelahan hanya dengan memikirkannya saja." Jawab Alan mendesah lelah.

"Aku belum makan!" Kata Helena tiba tiba mengalihkan pembicaraan.

Helena tidak ingin memaksa Alan untuk bercerita tentang masalah yang menimpanya, karena Helena yakin Alan akan menceritakan ketika dia siap. Untuk itulah, sudah menjadi tugas Helena memberikan untuk mengalihkan perhatian Alan. Walau hanya sejenak.

Ya karena itulah, Alan ingin pulang denganya. Karena Alan butuh tempat pelarian dari kesedihanya. Dan di situlah peran Helena di butuhkan.

"Warung tenda biru?"

.

.

TBC


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C12
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión