Descargar la aplicación
50% SYABILLA / Chapter 7: Tujuh

Capítulo 7: Tujuh

Setelah pameran lukisan itu usai Adam dan Ronna bergegas untuk pulang karena malam sudah mulai larut, tadi dia menyempatkan untuk berhenti sebentar di mesjid untuk menunaikan sholat isha. Saat ini Adam fokus dengan setiran mobilnya, Ronna juga sedikit diam tapi rona bahagia di wajahnya begitu terpancar. Kerudung itu menempel manis di kepalanya, mungkin gadis kecil itu tidak menyadari bahwa rambut itu akan rontok seiring berjalannya waktu. Kemo itu masih berjalan sampai sekarang.

"papa" Panggil gadis itu

"hemm" jawab Adam singkat dan dia tetap fokus pada jalan raya.

"besok ke rumah sakit lagi? " tanya gadis itu.

"iya" jawab Adam singkat, Ronna sudah mulai bosan dengan terapi kemo itu karena akan merontokkan rambut dan menghilangkan nafsu makannya, bahkan dia sering muntah.

"kapan aku sembuh? " tanya gadis itu lagi. Semenjak di diaknosa kangker darah lima bulan lalu gadis itu sangat sering keluar masuk rumah sakit.

"kamu akan sembuh papa jamin itu" sahut Adam mantap.

"sepertinya aku sudah sering mendengar kata-kata itu" sahut gadis itu cemberut.

"apakah sudah mulai bosan? "

"ya.. tidaklah"

"kamu akan sembuh" sahut Adam sambil mengembangkan senyumnya, ini adalah seolah seperti mantra untuk keponakan yang sudah di anggapnya seperti anak sendiri.

"papa" kata gadis kecil itu lagi saat kesunyian melandanya.

"apa ada yang kamu perlukan? sepertinya kamu sangat sering bertanya hari ini" jawab Adam tanpa mengalihkan penglihatannya pada jalan raya.

"papa kenal perempuan tadi"

Adam diam sejenak dan sekilas memandang gadis kecil itu.

"Syabilla maksudmu? " Adam balik bertanya karena dia merasa perempuan yang di maksud Ronna adalah Syabilla.

"siapa lagi papa, "

"oh" jawab Adam singkat lalu kembali fokus ke jalan raya di depannya.

"kenapa jawabnya cuma oh..? Aku tanya papa"

Adam kembali tersenyum sekilas setelah itu senyumnya hilang di telan keheningan.

"kenal" jawabnya singkat.

"aku suka dia" kata gadis itu singkat hal itu membuat kerutan di kening Adam makin dalam tapi dia urung untuk berkomentar sebab siapapun pasti akan menyukai gadis itu tapi untuknya saat ini hanya memandang gadis itu sebagai rekan kerja dan tidak ada berkeinginan untuk melanjutkan keranah yang lain.

"dia itu seperti mama, apa lagi senyumnya" lanjut Ronna berkomentar tapi gadis kecil itu sama sekali tidak melihat perubahan di wajah Adam ketika ibu dari gadis itu di sebutkan. Ada getaran halus di dada Adam ketika mendengar komentar Ronna tentang Syabilla, memang gadis itu terlihat seperti ibunya Ronna ketika tersenyum bahkan tingkah laku gadis itu hampir mengadopsi ibunya Ronna.

Kamila nama itu cukup lama baru bisa lepas dalam ingatan Adam bahkan ketika perempuan itu memilih menerima pinangan kakanya dia masih bisa berlapang dada menerima kenyataan, rasa marah itu ada tapi demi dia lepaskan keinginan itu lebih baik.

"papa.. kok diam aja, om.. om Adam" panggil gadis itu lagi, hal itu membuat Adam mengerjapkan matanya tuntas dalam lamunannya.

"ya" jawab Adam singkat tak lupa dia juga menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kaku, sekaku hatinya.

"aku itu lagi cerita tadi, masa papa diam aja"

"kita lanjutkan di rumah saja ya! sebentar lagi sampai" pinta Adam pada keponakannya itu. Akhirnya Ronna mengangguk patuh dan dia diam serta matanya sibuk melihat jalan raya.

***

Hari mulai larut, kegelapan mulai menyelimuti hari ini nampaknya langit tak berbintang bahkan tak ada juga awan gelap. semenjak pertemuan tidak sengaja dengan Syabilla, Adam lebih banyak diam dan enggan untuk membahas itu lagi meskipun Ronna berkali-kali mengatakan rasa sukanya kepada gadis itu dan Adam tidak ingin larut dalam keinginan Ronna sebab dia akan menikah dengan Ayya perempuan yang sudah di pilihnya meskipun perempuan itu terlalu tertutup dan enggan untuk bercerita tentang kehidupannya, bahkan Adam sempat berfikir kalau Ayya itu penuh dengan misteri, pelupuk matanya seolah penuh dengan kesengsaraan yang tak mampu di baca.

Setelah mengantar Ronna kekamarnya dia bersiap untuk mandi karena seharian ini dia terlalu banyak kegiatan apalagi tadi dia membantu bagian aset untuk menyusun buku-buku yang baru datang.

Ketika tangannya hendak menyentuh gagang pintu, panggilan dari Silla mengalihkannya.

"Dam.. bisa bicara sebentar! " pinta gadis itu

"aku capek" jawabnya agak berat dan dia merasa tidak terlalu akrab dengan saudara tirinya ini meskipun usia mereka sama.

"sebentar saja! " gadis itu membujuk lagi.

"besok saja" putus Adam dan dia langsung masuk kedalam kamarnya meninggalkan Sila dengan berbagai emosi yang ada. Sila menghembuskan nafasnya lebih kencang untuk mengeluarkan emosi tertahannya, dia memang tidak akrab dengan Adam bahkan ketika dia datang lelaki itu bersikap dingin dan tidak perdulu tapi Silla tetap dengan keinginannya dia harus bisa berdamai dengan Adam.

Sila balik dan dia menuruni anak tangga dengan pelan lalu sampilah dia di depan pintu kamar Ronna berdiri di sana tanpa ada keinginan untuk mengetuk pintu itu. Setelah lama berdiri akhirnya dia masuk kekamar Ronna kamar itu begitu cantik dengan dominasi warna biru muda kesukaan Kamila ibunya Ronna. Sila mendekat ke ranjang Ronna dia berdiri di sana menatap nanar pada gadis yatim piatu itu tak terasa air matanya jatuh gadis sekecil ini sudah yatim piatu sementara dia masih meiliki ayah tapi jauh di tanah seberang.

Sila duduk di tepian ranjang tangannya terulur mengelus rambut Ronna, semakin hari rambut itu makin tipis saja. Kemo itu telah memakan sumber kehidupan Ronna gadis lumpuh itu harus menerima kenyataan bahwa dia tidak sehat seperti teman-temanya yang lain.

"kamu gadis kuwat Ronna, tante akan selalu bersama mu" janji Silla di antara sunyinya malam. Ada pergerakan halus dari tubuh gadis itu. Silla mengangkat tangannya karena takut membangunkan gadis itu tapi ternyata gadis itu belum sepenuhnya tidur, matanya terbuka penuh dan langsung bertubrukan dengab mata Sila yang merah akibat menangis.

"tante menangis? " tanya gadis itu, Sila menggeleng pasti.

"tante bohong, itu matanya merah kenapa? sudah besar jangan suka bohong"

"iya.. tante minta maaf, emm boleh tante tidur disini! " kata Sila

"boleh dengan senang hati"

Ronna menggeser tubuhnya agar tantenya itu bisa ikut berbaring di sampingnya. Mereka diam tak ada yang memulai percakapan.

"tante"

"apa" Silla merubah posisi tidunya menyamping ke samping kanannya Ronna.

"ada yang ingin kamu ceritakan? " lanjut Sila lagi.

"tadi Ronna bertemu dengan seseorang yang mirip banget sama mama, Aku jadi kangen mama" keluh gadis itu.

"oh ya, dimana? " tanya Silla

"di gelery, dan papa Adam ternyata mengenalnya. Aku suka dia tapi sepertinya papa tidak"

"sudah tidak usah di pikirkan, ayo kita tidur! "

Ronna mulai memejamkan matanya, menikmati istirahat yang selalu dia tunggu dan Silla selalu ada di sampingnya. Menemaninya ketika Adam sudah benar-benar sibuk.

***

Setelah menyelesaikan ritual mandinya yang sudah di luar batas kewajaran, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Adam baru saja mandi, setelah memakai baju kaos dan celana selutut yang sederhana miliknya, dia duduk di tepi ranjang kamarnya hanya di terangi oleh lampu tidur, suasana kamar itu juga sangat dingin sedingin hatinya. Adam duduk diam tapi kepalanya di penuhi dengan berbagai cerita dari Ronna tentang Syabilla, bahkan dengan bodohnya Adam bersikap cuek ketika keponakannya menggebu-gebu menceritakan tentang gadis itu, kemiripan Syabilla dengan Kamila sangat mengganggu Adam ketika pertama kali berjumpa dengan gadis itu.

"takdir apa yang sedang Engkau siapkan Ya Allah, aku ingin melupakannya tapi justru datang yang serupa"

Lelah dengan semua itu Adam mencoba merebahkan tubuhnya, memejamkan paksa matanya tapi fikirannya masih berkelanan entah kemana, dia mencoba untuk tenggelam dalam mimpi justru tak bisa hingga Adam putus asa dia bangkit dari rebahannya, berjalan menuju jendela kamarnya lalu membuka jendela itu yang pertama menyambutnya adalah deburan angin malam dan itu sangat menenangkan hingga Adam larut dalam hafalannya, jika dia sudah mulai kesusahan tidur maka salah satu cara adalah dengan merojaah hafalan al qur'an miliknya itu akan membuat jiwa dan hatinya tenang.

***

Syabilla mulai merebahkan badannya padahal malam sudah sangat larut tapi dia belum bisa tidur karena Ayya masih duduk setia di depan komputer yang menjadi satu-satunya barang mewah di kamar kecil ini, matanya terpaku pada layar datar itu tanpa mau mengalihkan mata sedikitpun.

"Bil.. masih belum tidur? katanya mau bicara" Ayya membuka percakapan tanpa mengalihkan mata dari layar komputer.

"aku pikir kamu sibuk makanya dari tadi aku menunggu kamu selesai" keluh Syabilla tanpa merubah posisi rebahannya.

"pekerjaan ku masih banyak, kalau kamu mau bicara sekarang aku mendengarnya kok"

"tapi ini sudah malam Ayya" kata Syabilla lagi.

"besok pak Adam meminta Rpp ini jadi aku harus menyelsaikan malam ini juga" kata Ayya

"Ayya... apakah kamu sudah kenal dengan baik seperti apa pak Adam itu? "

Sejenak Ayya berhenti menggerakan jari-jarinya di atas keyboard dia menolehkan kepala, bukannya menjawab dia malah melayangkan senyumannya.

"aku.. kenal baik" sahut Ayya

"bagaimana dengan pak Adam? " tanya Syabilla

"dia... dia tidak perlu mengenal aku terlalu dalam karena... " Ayya diam dia tidak melanjutkan lagi kata,Syabilla sedikit menaikan alisnya karena Ayya tak kunjung mengatakan kelanjutannya.

"aku harap kalian tidak saling menutupi" kata Syabilla lagi.

"tidak ada yang di tutupi, kami.. " belum sempat Ayya menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba darah merembas keluar dari hidungnya dan itu tak lepas dari pandangan Syabilla, kepanikah melanda gadis itu ketika melihat hidung Ayya mengeluarkan darah dan di susul dengan tumbangnya dia ke lantai dingin.

***


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
Haifa_Nur Haifa_Nur

menyempatkan di sela kesibukan

semoga masih ada yang sabar menanti

next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C7
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión