Aku berjalan menuju altar gereja berdampingan dengan calon suamiku, Diederick. Ya, aku akan menikah dengannya hari ini. Aku tersenyum malu melewati beberapa orang yang memandangku dengan senang. Aku melingkarkan tanganku di antara lengan atas dan lengan bawah Diederick. Terasa jelas jika tubuhnya bergemetar, mungkin ia merasa gugup ataupun takut jika salah ucapkan janji nikah nanti. Aku pun merasakan hal yang sama seperti Diederick. Namun aku mencoba untuk tetap tenang agar semua rangkaian acara pernikahanku berjalan lancar.
Ada yang hal menyedihkan untukku di hari bahagiaku ini. Ambu tak mau masuk ke dalam gereja untuk melihatku menikah. Aku tahu alasan Ambu tak mau masuk. Walaupun aku memaksa, Ambu tetap tak mau melanggar apa yang menjadi ketetapan agamanya. Bahkan ketika aku menangis dan merengek kepada Ambu, tetap saja, Ambu tak bisa menyaksikan pernikahanku.