Descargar la aplicación
5.26% Story at school / Chapter 2: SEBAGIAN PUZZLE II

Capítulo 2: SEBAGIAN PUZZLE II

Pagi tiba, aku bangun dari tempat tidur ku dan berjalan perlahan ke kamar mandi, lalu berpakaian dan sarapan bersama Yuuki dengan makanan yang telah dia siapkan, jujur saja dia adalah adik yang sangat baik, aku bahkan tak bisa membayangkan aku hidup tanpanya. seperti biasanya, kami pergi ke sekolah bersama karena jalan ke sekolahnya sama dengan ke sekolahku, diperjalanan aku melihat Rainata yang baru saja keluar dari rumahnya dan Yuuki menyapa nya, lalu kami pun pergi ke sekolah bersama-sama di pertigaan Yuuki berpisah dengan kami. Sekolahku masih lumayan jauh, rasanya ini sangat canggung aku tak pernah terbiasa memulai pembicaraan, biasanya ryuga atau Ishiki yang memulainya tapi kali ini aku harus mengatakan sesuatu.

"Sejak kapan kau bermain game toram?"

"Hmm mungkin sejak 3 tahun yang lalu."

Percakapan itu berakhir seketika.

Itu saja? hey hey hey harusnya kau memberi jawaban yang lebih panjang lagi, sekarang aku tak memiliki bahan untuk dibicarakan. Tak ada kalimat apapun lagi yang ada dalam pikiranku yang terdengar hanyalah langkah kaki kami yang tidak selaras namun entah mengapa aku menyukainya.

Tak terasa kami sampai di sekolah, saat memasuki gerbang sekolah, aku memperlambat jalanku agar aku tak berjalan beriringan dengan nya, apa kata murid-murid yang lain jika melihat gadis secantik dia berteman denganku. Seperti biasanya Ryuga telah menunggu ku di tangga.

"Zell tumben kau nggak bareng sama Ishiki."

"Hari ini kan Ishiki ada pertandingan voli dengan SMA lain."

"Oh iya..."

Seolah baru ingat, padahal itu hanyalah basa-basi yang biasanya kudengar. Aku tak sengaja melihat di atas tangga, Rainata yang sedang bersandar ke dinding seolah sedang menunggu seseorang, aku mengajak Ryuga untuk pergi ke kelas, kami melewati Rainata yang sedang melihat jam tangannya lalu setelah beberapa langkah di depannya dia pun kembali berjalan mengikuti kami, aku pun bertanya tanya apakah dia menungguku atau kami?

Pembelajaran hari ini pun dimulai tak ada hal yang menarik yang terjadi seperti biasanya hanya saja suasana kelas lebih tenang karena ishiki sedang ada pertandingan voli. Waktu kembali cepat berlalu..sekolah pun sudah mulai sepi, satu persatu orang mulai pergi, Ryuga pun sudah pulang karena ada latihan basket ditimnya.

Di kursi, aku duduk sambil melihat keluar dari jendela lalu aku mengambil tas ku dan menghela nafas untuk berdiri, kalo di ingat-ingat aku hanya diam selama 5 menit di kelas sesudah lonceng berbunyi, aku mengalihkan pandanganku untuk keluar dari kelas dan melihat perempuan yang sedang duduk di kursi Rainata aku tak tahu siapa dia, sepertinya dia tertidur, tak sengaja aku menggeser meja dengan kakiku karena terus-terusan memandangnya, dia terbangun akupun mulai dapat melihat wajahnya dia adalah Rainata, aku tidak mengenalnya tanpa melihat wajahnya, dia memandangku lalu memanggil namaku.

"Di mana yang lain?"

"Mereka sudah pulang, hey.. jangan bilang kau ketiduran?"

"Kayaknya aku emang ketiduran, aku ketiduran saat pelajaran terakhir tadi," Dia mengatakan itu sambil menutup mulutnya yang menguap dengan tangannya.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini? apa kau menungguku?"

Jujur saja, aku tak sadar jika ada orang lain didalam kelas.

"Gak, aku biasanya pulang setelah semuanya pergi."

"Kau ingin pulang sekarang?"

Aku mengangguk sambil melangkah ke arah pintu.

"Tunggu aku!"

Dia mengemas buku dan alat tulisnya dan menghampiri ku, kamipun berjalan berdampingan di lorong dan tangga sekolah namun suasana sangatlah dingin tidak ada kata-kata yang keluar.

Saat di depan sekolah hujan turun sangat lebat kami kembali ke dalam dan aku duduk di kursi tempat bisanya anak kelas 12 nongkrong, dia pun juga duduk dan  memberi jarak beberapa jengkal denganku, aku mengambil buku yang biasanya aku baca.

"Hujannya lebat ya?" kata Rainata.

Basa-basi lagi? tapi aku akan berusaha untuk mengikuti suasana.

"Iya entah mengapa sejak aku bertemu denganmu hidupku dipenuhi dengan hujan."

"Jadi kau pikir hujan ini gara-gara aku? ini gak ada hubungannya dengan nama!" Katanya sambil tersenyum samar. aku pun ikut tersenyum hujannya sangat lama hari mulai gelap aku mengkhawatirkan Yuuki apakah dia sudah pulang atau belum.

Aku melihat Rainata yang juga sedang membaca buku.

"Hey Rei sudah mulai gelap apa orang tuamu tidak khawatir?" Kataku sambil mengurutkan wajahku untuk menghilangkan perasaan malu, dia menghela nafas yang panjang dan menatapku dan menceritakan keadaan keluarganya.

"Aku di rumah tinggal berdua dengan ibu tapi ibuku sangat sibuk dengan pekerjaannya jadi dia hanya pulang kira-kira 1 kali dalam seminggu, dulu aku mempunyai adik laki-laki namanya Rai, saat itu, ayahku ibuku dan adikku pergi berlibur ke pantai, aku nggak ikut karena memiliki janji dengan teman-temanku lalu diperjalanan kecelakaan terjadi, menurut saksi ayahku mencoba untuk menghindari anak kucing lalu menabrak pohon, ayahku meninggal karena benturan keras di kepalanya lalu adikku...."

Dia tak sanggup lagi untuk melanjutkannya, dia menangis, jujur aku sangat membenci air mata perempuan, tapi kali ini adalah kesalahanku.

"Maafkan aku."

Oi, oi, oi kondisi macam apa ini? Di saat seperti ini apa yang harus aku lakukan? Apa yang biasanya pria lakukan jika seorang gadis sedang menangis? Siapa saja tolong aku!! Oke...tenang..aku harus tenang..

Aku diam sejenak sambil melihat wajahnya aku berpikir bagaimana cara menghibur nya, lalu aku menemukan sebuah cara, aku mengeluarkan buku pelajaran ku dan memberikannya kapada Rainata dia mengambilnya dan bertanya untuk apa.

"Tadi malam Yuuki menyuruhku untuk meminta nomor WA mu," sebenarnya aku berbohong tapi inilah caraku dia mengambil pulpennya dan menuliskan nomornya di bukuku itu lalu mengembalikan nya, aku langsung memasukkannya ke dalam tasku, tak lama hujan berhenti aku memasukkan buku yang tadinya aku baca.

"Hei hujannya sudah reda ayo pulang," kataku, dia juga memasukkan bukunya ke dalam tas lalu berdiri, kami kembali berjalan berdampingan, seperti biasanya aku selalu memasukkan kedua tanganku ke saku celanaku. Yah... mungkin ini adalah kebiasaanku. Reinata sampai di rumahnya, aku menunggu di depan rumahnya sampai dia masuk kedalam, lalu aku kembali berjalan dan menghela nafas sepanjang untuk melanjutkan rencanaku berikutnya.

Malam harinya aku menceritakan tentang Reinata kapada Yuuki dan aku meminta bantuannya agar Rainata tidak kesepian lagi, jujur aku masih merasa bersalah karena telah membuatnya menangis. Yuuki mendengarkannya dan tersenyum.

"Kenapa kaka malah khawatir dengannya? Apa kaka habis kena cinta pada pandangan pertama?"

"Tentu saya tidak," Kataku sontak dengan nada yang sedikitku besarkan seolah merasa kesal.

"Baiklah aku akan melakukannya jika kaka bisa menang melawan ku bermain catur."

Yah.... bisa dibilang dia adalah orang yang sangat terobsesi dengan segala jenis game, setelah makan malam kami memulai permainannya, dia sangat hebat dalam semua game terlebih lagi yang mengandalkan strategi, untung saja aku sudah paham tentang cara pikirnya, aku bahkan hampir sepuluh kali masuk dalam tipu muslihatnya hanya dalam main catur ini, seandainya dia bukan adikku mungkin aku tak akan mau mendekatinya, jujur saja caranya berpikir sangat menakutkan, disisi lain dia memiliki wajah yang sangat cantik. Mungkin serigala berbulu domba sangat cocok untuk julukannya. Tapi untung saja kali ini aku yang menang.

Aku mengambil buku yang ada nomor Rainatanya lalu memberikannya kepada Yuuki.

"ini nomornya, jangan bilang kalau aku yang menyuruh mu."

Dia mengetik HP-nya, entah apa yang dia lakukan aku berusaha untuk tidak peduli.

"Hey kak jika kaka menyuruhku, berarti kaka telah siap akibatnya kan?"

"Ehhh?? apa maksudmu?"

"Nggak apa-apa lihatlah akan terjadi hal yang menarik kedepannya" Dia mengatakan itu sambil tersenyum, tapi apa-apaan ini? Senyum manisnya seolah memberikan kabar buruk bagiku, hey jangan menakuti ku.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión