Pagi itu Raine merasa bingung dengan dirinya sendiri, karena kesal yang melandanya tanpa ampun datang begitu saja mengetuk harinya yang biasa ceria, dia tak habis-habisnya mengomeli sepatunya yang lupa dia ikat dan hampir membuatnya jatuh di tangga sekolah menuju kelasnya dilantai 3, tasnya yang ternyata lupa dia tutup dan membuat buku-buku pelajarannya serta semua yang ada didalam tasnya terlihat dan berantakan jatuh kelantai saat dirinya sedang membetulkan tali sepatunya, bunyi bel tanda pelajaran pertama sudah akan dimulai berdentang menimbulkan suara gaduh di seluruh sudut sekolah. Namun, dia masih saja sibuk membereskan barang-barangnya, dan dompetnya yang ternyata hilang, entah lupa dia bawa atau memang di copet saat diangkot, alhasil Reine mengomel sepanjang perjalanan menuju kelasnya.
"Re! Lagi dapet ya?"
Bagus, teman sekelasnya dikelas 1 menahan senyum saat dilihatnya sosok temannya terus saja mengomel dengan bahasa tidak jelas, Raine memandang sengit kearah cowok itu, Bagus langsung memasang wajah innocent nya, dan tanpa menjawab pertanyaan Bagus, Raine langsung meneruskan perjalanannya menuju kelas, Bagus menatap kepergian Reine yang masih besungut-sungut sampai kedalam kelasnya Raine itu sendiri yang berada tepat disamping kelasnya.
Pukul 10.15
Raine berlalu dari kelasnya begitu mendengar bunyi bel tanda istirahat berdering, tapi dia tidak tahu mau kemana, ke kantin dia masih merasa kenyang, uangnya juga cuma pas buat ongkos pulang, baca buku di kelas bosen, maka diputuskannya untuk jalan memutari gedung sekolahnya, diperjalanannya Raine melihat perpustakaan sekolah, tanpa fikir panjang kakinya langsung memasuki perpustakaan sekolahnya tanpa tahu mau baca buku apa, saat duduk ditempat duduk yang memang sudah disediakan disana Raine melihat sebuah buku tergeletak begitu saja di mejanya dan terbuka, didalam buku tersebut terdapat gambar yang begitu indah seorang peri di tengah hutan rimbun, sinar matahari bagitu ingin menerangi tubuh mungil yang tampak rapuh namun dihalang-halangi oleh rimbunnya daun hutan, membuat sang peri tampak misterius, tidak ada senyum diwajah sang peri, matanya tertutup memandang langit yang berwarna hijau rimbun, kedua tangannya memeluk kedua kakinya dia sengaja duduk di batu paling besar ditengah-tengah sungai jernih yang menampakkan lekuk tubuh mungilnya dan isi hutan tersebut.
Raine membuka lembar berikutnya, merasa tertarik dengan buku yang hanya berisi gambar-gambar indah tanpa ada kata-kata, kali ini dia melihat peri itu sedang berdiri di tengah-tengah batu sungai yang besar itu, cahaya matahari menyorot sosoknya yang mungil, sang peri memandang kearah sungai tersebut yang memantulkan bayangan dirinya dan pohon-pohon hutan, Raine jadi penasaran dengan apa yang peri itu fikirkan, mungkin dia sedang mengagumi kecantikan yang dia punya, mungkin mengagumi betapa dalamnya sungai tersebut, atau..
"Dia penasaran sama makhluk lain di danau itu."
Deg, Raine langsung menoleh kearah sumber suara, betapa terkejutnya dia saat melihat sosok wajah cantik berdiri tepat didepannya, tanpa tahu kapan dan sudah berapa lama orang itu berada disana, dia memandang Raine dengan tatapan lurus yang menusuk relung hatinya, membuat Raine tak bisa lepas memandang sosok didepannya seperti terhipnotis oleh kecantikan yang dia punya.
"Da.. dari mana lo tau ?"
Sosok cantik itu menghela nafas berat, mengambil buku yang masih ada di meja tempat Raine duduk.
"Karena ini buku gue."
Jawabnya lalu meninggalkan perpustakaan, Raine merasa kehilangan saat buku tersebut dibawa pergi oleh sosok cantik itu, Raine tidak bisa melepaskan pandangannya dari punggung sosok cantik tersebut, mata nya kemudian memandang ke arah kakinya yang panjang dan akhirnya Raine menyadari bahwa tadi dia sedang berbicara dengan seorang cowok, bukan cewek. Raine menghela nafas sesaat mengedarkan matanya ke sekeliling perpustaan yang kosong lalu iris matanya kembali menatap pintu perpustakaan dan cowok cantik itu masih berdiri di depan pintu, sambil tersenyum tanpa mempunyai arti khusus dia melambaikan tangannya yang sedang memegang buku yang tadi dikagumi oleh Raine.
"Sampai ketemu lagi Re."
Lalu dia pun berlalu dari perpustakaan, meninggalkan Raine yang sebenarnya masih ingin memandang buku bergambar itu.
Pukul 11.00
Bel tanda istirahat telah berakhir berbunyi, Raine masih malas beranjak pergi dari tempatnya, dia pun menaruh kepalanya di meja perpustakaan yang dingin sambil mengehela nafas panjang.
"Fairy in the dark side"
Desahnya, lalu dia pun beranjak dari tempatnya duduk, memulai kembali perjalanannya menuju kelas bu Darwanti guru Bahasa Indonesia, wali kelasnya.
***