Descargar la aplicación
100% Something In The Rain (Jenlisa) / Chapter 2: Part 2

Capítulo 2: Part 2

"Lisa, kenapa eun woo oppa memanggilmu?" ucap rose sambil mengunyah makan siangnya. "Untuk apa aku memberitahumu? Ini tidak ada hubungannya denganmu" ucap lisa.

"Yak kami berdua ini temanmu. Kau harus memberitahu kami" sela kyungsoo. "Hmm. Dia tidak sempat ngobrol denganku" ucap lisa.

"Kenapa kau bersikap dingin pada kami?" Tanya kyungsoo. "Ini memang sifatku" ucap lisa. "Jinja? Pasti kau tidak banyak memiliki teman dengan sikapmu seperti ini" ucap rose. " hmm. Aku lebih suka melakukan apapun sendiri" ucap lisa.

"Aish kau menyebalkan sekali. Lalu apa kau selalu diantar jemput supirmu seperti kemarin?" Tanya rose.

"Ne. Appaku tidak mengijinkanku membawa kendaraan sendiri" ucap lisa. "Wae?" Tanya kyungsoo. "Terakhir aku mengendarai mobil aku kehilangan eommaku" ucap lisa.

"Omo mianhe. Tak seharusnya aku mempertanyakan itu" ucap rose. "Its okey" ucap lisa.

"Lisa, apa kau benar benar tidak akan mengikuti pemilihan staff muda?" Tanya kyungsoo. "Tidak. Aku tidak tertarik berorganisasi. Aku tidak suka berhubungan dengan banyak orang" ucap lisa.

"Ayolah. Kau harus ikut. Apa kau tidak ingin menambah teman. Ayolah ayolah" ucap rose sambil menggoyang goyangkan tangan lisa. Lisa hanya mendengus kesal menatap rose.

"Aku tidak punya waktu ros" ucap lisa.  "Kalau begitu aku tidak mau menjadi temanmu" ucap rose kemudian meninggalkan lisa dan kyungsoo. Kyungsoo hanya mendengus kesal menatap lisa kemudian berlari mengejar rose dan meninggalkan lisa sendiri. Lisa hanya menggelengkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian cha eun woo duduk di depannya sambil tersenyum menatap lisa. "Hei. Apa kau makan sendiri?" Tanya cha eun woo. "Ne sunbaenim" ucap lisa. "Panggil aku oppa.  Dengar lisa, aku mengenalmu. Ayahku adalah direktur pemasaran di salah satu anak perusahaan ayahmu. Ayahmu meminta Ayahku untuk menyuruhku menjagamu dan membuatmu lebih terbuka dengan orang lain. Aku kesini untuk memberikan ini" ucap cha eun woo sambil memberikan kertas pendaftaran staff muda.

"Wae? Kenapa appa meminta hal seperti itu padamu? Kenapa dia tidak mengatakan padaku secara langsung? kenapa harus lewat orang lain?" Tanya lisa dengan mata berkaca kaca. Cha eun woo hanya terdiam menatap lisa dengan rasa iba. "Kalau mengenai itu lebih baik langsung saja tanyakan pada ayahmu. Pikirkan tawaranku lisa. Kau butuh sosialisasi dengan banyak teman" ucap cha eun woo.

Jennie, jisoo, yoona, dan krystal menghampiri cha eun woo untuk menyapa. Lisa mengambil berkas pendaftaran pemberian eun woo lalu pergi begitu saja.

"Yashh anak itu tidak punya sopan santun. kemaren hampir saja aku membuatnya babak belur" gerutu krystal sambil mengepalkan tangannya. "Jangan mengganggunya" ucap eun woo. "Wae? Junior seperti dia harus diberi pelajaran oppa agar memiliki sopan santun" ucap krystal kesal.

"Benar oppa. Lagi pula dia siapa? Kenapa oppa melindunginya" tambah jennie. Cha eun woo menghela nafasnya lalu meminta mereka duduk. "Dia kim lalisa manoban. Anak tunggal dari kim ji won pemilik Manoban group. Perusahaan terbesar di korea" ucap cha eun woo. "Jinja? Daebak. Dibalik sikapnya yang dingin dan kurang sopan dia masih memiliki kelebihan yaitu cantik dan kaya" ucap yoona sambil tertawa.

"Aish. Hentikan pikiran nakalmu itu dan jangan mengganggunya" ucap eun woo lalu meninggalkan jennie, jisoo, yoona dan krystal.

"Kita harus membuatnya menjadi teman kita. Kita akan menjadi sorotan jika orang tau bahwa kita berteman dengan pewaris manoban group" ucap yoona.

"Mwo? Dengan orang seperti dia? no way" ucap krystal. "Why? Kita hanya perlu memanfaatkannya untuk menambah popularitas kita" ucap yoona. "Itu tidak baik. Kita tidak boleh mempermainkannya begitu saja" ucap jisoo.

"Aku setuju. Aku ingin membalasnya karena sudah berani menantangku" ucap krystal sambil tertawa. "Bagaimana denganmu jennie" ucap yoona. "Terserah kalian" ucap jennie. Yoona pun tersenyum puas mendengar jawaban yang keluar dari mulut jennie.

*** kelas lisa***

lisa pov

"Lisa, mau kah kau satu kelompok denganku untuk tugas ini?" Tanya rose. "Apa aku memiliki pilihan lain selain denganmu?" Tanyaku. Rose tersenyum lega mendengarnya. Kulihat Rose bergegas menulis namanya dan namaku di secarik kertas lalu memberikan kepada profesor.

Setelah bel tanda pulang berbunyi aku bergegas meninggalkan kelas tanpa mengucapkan satu kata pun kepada rose. Aku berlari ketika melihat ahjussi telah berdiri menungguku. "Ahjussi antarkan aku ke appa" ucapku.

Setelah 30 menit berkendara. Aku berhenti depan pintu lobby perusahan Manoban group. Aku melihat seorang wanita berdiri di balik meja resepsionis. "Aku ingin bertemu mr kim ji won" ucapku padanya. Aku melihat wanita itu berbicara dengan telepon yang menempel di telinganya.

"Ms. Lisa"  panggil seorang pria. Aku pun berbalik menatap pria yang memanggilku.

Ji chang wook. chang wook adalah kepala bidang hukum di perusahaan sekaligus orang kepercayaan appa.

"Apa anda ingin menemui mr kim" tanyanya. "Ne" ucapku. "Mari aku antar" ucapnya. "Tapi sir. Mr kim bilang tidak menerima tamu" ucap seorang wanita di balik meja resepsionis.

"Yak, nona ini adalah putrinya" ucap chang wook. "Maafkan aku sir" ucap wanita itu. "Its okey. Aku memang hampir tidak pernah datang ke perusahaan jadi wajar jika dia tak tau" ucapku.

Aku berjalan mengikuti chang wook hingga sampai di depan sebuah pintu berukiran klasik. Chang wook membukakan pintu untukku. Ketika aku masuk kedalam ruang tersebut aku melihat appa sedang berdiri  Melihat jendela yang mengarah langsung ke keramaian kota seoul.

"Kenapa kau kesini?" Tanya appa tanpa memandangku. "Why appa? Tell me why? Kenapa kau dingin kepadaku tapi kau memberikan perhatianmu melalui orang lain? Apa terlalu sulit untukmu perhatian padaku secara langsung?" Ucapku sambil menahan air mata yang ingin mendobrak keluar di mataku yang selama ini menahan sifat dingin appa.

"Pulanglah jika itu yang ingin kau bicarakan" ucap appa. Aku terkejut mendengar kata kata yang appa ucapkan. "Bagaimana bisa dia seperti itu padaku?"tanyaku dalam hati. Aku mengatur nafasku dan menahan amarahku.

"Mwo? Aku tidak akan pergi jika aku tidak mendapatkan jawabannya. Apa kau tidak sayang padaku?" Ucapku. Appa berbalik menatapku. "Jika aku tidak menyayangimu mana mungkin aku menyuruh orang untuk memperhatikanmu" ucap appa

"Kenapa harus menyuruh orang lain?? Jawab aku appa. Beri aku alasanmu" ucapku "Karena jika aku melihatmu. Itu mengingatkanku dengan kematian eommamu" bentak appa

Deg

Mendengar ucapan appa membuat hatiku bagai tertusuk pisau yang perlahan ingin membunuhku. Aku  hanya terdiam dan air mata mulai turun membasahi pipiku. "Dengar nak. Appa masih butuh waktu. Jalani hidupmu sebaik mungkin dan nikmatilah. Nikmati apa yang appa berikan padamu" ucap appa sambil memegang bahuku. Aku perlahan menurunkan tangan appa lalu pergi begitu saja.

Lisa pov end

*******************

Sepanjang perjalanan pulang lisa hanya menangis sambil menatap keluar jendela. Ahjussi hanya menatap lisa dengan iba "bolehkah ahjussi berbicara?" Tanya ahjussi. Perlahan lisa mengusap air mata di pipinya kemudian memperbolehkan ahjussi berbicara.

"Semua ini tentang waktu. Aku memahami posisi anda tapi bersabarlah sebentar. Kelak anda akan mendapatkan apapun yang anda inginkan dari mr kim" ucap ahjussi. "Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya lisa.

"Lanjutkan hidup anda seperti apa yang mr kim inginkan. Habiskan waktu anda untuk belajar dan bersenang senang dengan teman teman anda. Bukankah itu yang mr kim inginkan? Nikmati apa yang telah mr kim  berikan. Kelak mr kim akan sadar bahwa anda telah melakukan seperti yang mr kim inginkan dan mr kim akan menyadari betapa berharganya beliau untuk anda" ucap ahjussi.

Lisa berpikir sejenak. Setelah ia merasa mendapatkan jawabannya. Ia meminta ahjussi untuk mengantarnya kembali ke sekolah. Ahjussi mengikuti permintaan lisa tanpa tau apa yang sebenarnya akan lisa lakukan.

Lisa pov

Aku berlari memasuki gerbang sekolah menuju kantor perwakilan mahasiswa. Ketika aku masuk aku melihat empat wanita yang menghampiriku dan cha eun woo di kantin. "maaf. Aku mencari cha eun woo sunbae" ucapku dengan sedikit kelelahan. "Duduklah dulu. Kau sepertinya lelah" ucap jennie.

"Eun woo oppa sedang ada rapat bersama kepala jurusan tunggulah disini dia akan kembali. Aku krystal. Maafkan aku mengenai kejadian di gerbang kampus"  ucap krystal sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku sedikit bingung dengan krystal yang tiba tiba baik padaku. Aku  membalas jabat tangannya sambil tersenyum "kim lalisa manoban" ucapku.

"Aku yoona" ucap yoona sambil mengulurkan sebotol air padaku. "Lisa. Terimakasih sunbaenim" ucapku lalu menerima sebotol air dari yoona. "Aissh. Jangan memanggilku seformal itu. Panggil aku yoona" ucap yoona sambil tersenyum. Aku hanya terdiam bingung dengan apa yang mereka coba lakukan padaku.  "yak kenapa kau diam?" Tanya yoona.

"Hanya kurang sopan jika aku memanggil namamu" ucapku. "Ada apa ini? Lisa, kenapa masih disini? Dan kalian juga mengapa bergerombol seperti ini" sela cha eun woo ketika masuk melihatku di dekati jennie, yoona, krystal, dan jisoo.

"Aishh kami hanya mengobrol oppa" ucap krystal. "Kalian berempat pulanglah" ucap eun woo. Para wanita itu pun menurut pada eun woo dan bergegas meninggalkan ruang sekretariat. "Apa mereka mengganggumu?" Tanya eun woo padaku. "Tidak oppa. Aku kesini untuk memberikan ini" ucapku sambil memberikan kertas pendaftaran yang telah terisi. Cha eun woo menerimanya dengan tersenyum padaku.

"Kau memilih jalan yang terbaik lisa tapi ada tes yang harus kau lalui untuk bisa menjadi seorang staff muda. Karna tidak semua siswa bisa masuk begitu saja. Apa kau sanggup?" Ucap eun woo.

"Aku akan melakukan yang terbaik oppa" ucapku. "Bagus. Sekarang pulang dan beristirahatlah" ucap eun woo. Aku mengangguk kemudian berjalan meninggalkan ruang sekretariat. Sepanjang perjalanan ke parkiran aku memikirkan para senior wanita yang tadi berbicara padaku. "Ada apa dengan mereka" tanyaku dalam hati.

"Apa ada masalah nona?" Tanya ahjussi padaku sambil membukakan pintu untukku. "Tidak. Ayo kita pulang ahjussi" ucapku lalu masuk kedalam mobil. Saat ahjussi mulai menjalankan mobilnya, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di sebuah halte. "Ahjussi, berhenti di halte itu" ucapku sambil menunjuk sebuah halte tempat wanita itu berdiri.

Aku keluar dari mobil dan menghampirinya "sunbaenim" sapaku padanya. "Hei lisa. Panggil aku unnie" ucap jisoo. "Baiklah unnie. Apa kau sedang menunggu bis?" Tanyaku. Dia hanya menganggukkan kepalanya. "Kajja. Aku akan mengantarmu pulang. Sebentar lagi sepertinya akan turun hujan" ucapku sambil tersenyum.

"Ahh tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu" ucap jisoo. "Tidak itu tidak merepotkan. Kajja" ucapku sambil membukakan pintu untuk jisoo. Jisoo akhirnya menerima tawaranku.

Lisa pov end

Jisoo pov

Aku masuk kedalam sebuah mobil mercedes s-class bewarna hitam milik lisa. Aku tak menyangka bahwa dibalik sikap dinginnya terdapat sedikit kepedulian untuk orang lain. "Selamat siang agashi. Apa anda teman sekelas nona lisa?" Tanya seorang pria yang berada di balik kemudi. "Ahjussi. Ini jisoo seniorku di sekolah. Unnie, ini ahjussi. Dia yang seperti ayah kedua bagiku" ucap lisa.

"Aku hanya supir" ucap ahjussi sambil tertawa. "Unnie, dimana rumahmu? Kami akan mengantarmu" tanya lisa padaku. "Di daerah hongdae" ucap jisoo. "Ahh hongdae. Baiklah kami akan mengantarmu pulang" sela ahjussi. Selama perjalanan aku dan lisa hanya diam. Sesekali aku melirik ke arah lisa yang sedang menatap kearah jendela "dia memang terlihat cantik dan tampan secara bersamaan. Dia juga baik. Aku rasa tujuan yoona, jennie, dan krystal untuk memanfaatkan lisa akan berakibat buruk" gerutuku dalam hati

Tiba tiba perutku mengeluarkan suara aneh yang bergitu keras. Aku langsung memegangi perutku berharap lisa tidak mendengarnya. Tapi ternyata lisa mendengarnya. Ia menatapku sambil tersenyum "kau pasti lapar" ucap lisa. "Tidak... tidak... aku tidak lapar" ucapku.

"Ahjussi, tolong berhenti di restoran cepat saji. Aku ingin membeli  beberapa makanan" ucap lisa pada ahjussi. "Lisa, tak perlu. Kau tak perlu melakukannya" ucapku. "Tak apa unnie. Tapi maaf aku tidak suka keramaian jadi bisa kita makan di mobil saja?" Tanya lisa. "Oh tentu" ucapku.

Ahjussi menghentikan mobilnya diparkiran sebuah restoran cepat saji. "Apa yang ingin anda makan nona?" Tanya ahjussi pada lisa. Aku hanya terdiam mendengarkan lisa memesan beberapa makanan.

"Unnie" panggil lisa yang membuyarkan lamunanku. "Ahh.. wae?" Tanyaku. "Kenapa kau melamun?" Tanya lisa padaku. Aku hanya menggelengkan kepalanya. "Apa kau selalu seperti ini?" Tanyaku padanya. "Mwo? Apa maksudmu?" Tanya lisa. "Makan di dalam mobil?" Tanyaku. Lisa hanya mengangguk lirih. "Apa kau tidak memiliki teman untuk berbagi?" Tanyaku

"Aku memiliki teman. Seperti rose dan kyungsoo. Tapi aku tidak suka berbagi masalahku dengan orang lain" ucap lisa. Aku hanya menatap lisa dengan iba. Bagaimana bisa orang baik seperti lisa tidak ingin memiliki teman untuk berbagi. Ahjussi datang dengan membawa sebuah paper bag berisi makanan pesanan lisa. Lisa dan aku makan di sepanjang perjalanan kami.

Hingga kami sampai di depan rumahku. "Lisa, apa kau mau mampir?" Tanyaku pada lisa. "No thanks unnie. Aku harus pulang dan bersiap untuk latihan kick boxing" ucap lisa. Aku hanya mengangguk mengerti kemudian keluar dari mobil lisa.  Mobil lisa mulai menjauh dari rumahku. Aku hanya melambaikan tanganku pada lisa dan tersenyum.

Jisoo pov end


next chapter
Load failed, please RETRY

Un nuevo capítulo llegará pronto Escribe una reseña

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión