Descargar la aplicación
75% SKIP / Chapter 18: Kenangan Bersama Satya

Capítulo 18: Kenangan Bersama Satya

Pukul 22.30 ,di Penthouse Star Hotel.

Sudah hampir tengah malam , namun Diza masih belum bisa memejamkan matanya . Ia merasa begitu kesepian . Sekilas ia fikir rumah adalah tempat terbaik untuk pulang . Tetapi ternyata di Rumah Sakit jauh lebih baik, setidaknya ada banyak orang berlalu lalang , dan ada banyak tim medis yang mengunjunginya secara berkala. Sedangkan tempat ini?

Penthouse Star Hotel, berada di lantai 35 dengan fasilitas lengkap dan super mewah, dengan pemandangan yang sangat indah . Di luar juga ada beberapa staff yang setia membantu . Tetapi tetap sama saja, karena para staff hanya akan melakukan pekerjaan mereka secara professional . Mereka terlalu sibuk, hingga tidak ada yang mau menemaninya . Ia sungguh merasa bosan, bahkan untuk sekedar tidur pun ia sungguh tidak bersemangat .

Semenjak kedatangannya pagi tadi, ia hanya berdiam diri di kamar . Satya tidak mengizinkannya untuk melakukan kegiatan di luar ruangan lantaran kondisi kesehatannya yang baru pulih . Ia telah melakukan berbagai hal pengusir bosan, mulai dari menonton tv, membaca buku, menulis , atau apapun yang bisa ia lakukan dalam ruangan . Tapi tetap saja tidak ada hal yang bisa mengusir perasaan kesepian .

Bagi Diza bukan masalah tinggal di tempat sederhana, makan seadanya, asalkan ia bisa merasakan kehangatan keluarga . Sedangkan tempat ini, ia memiliki segalanya tetapi ia sendirian . Untuk apa, dan apa asiknya hidup seperti ini . Sekelebat kisah tentang Azka muncul di fikirannya . Ia sempat menanyakan beberapa hal kepada Satya sebelumnya . Dan sekarang ia sungguh bisa merasakan betapa malangnya hidup lelaki itu selama ini .

Gadis itu mencoba untuk memejamkan matanya, menerawang langit-langit kamar yang dipenuhi bintang-bintang. Satya memanglah yang terbaik dalam menciptakan suasana. Ia sudah mengira bahwa gadis ini akan merasa bosan , karena itu ia memasang lampu hias di dinding kamar yang akan memantulkan bintang-bintang di langit-langit kamar dalam keadaan gelap. Hal ini ia lakukan karena ia tahu bahwa Diza memiliki phobia akan kegelapan . Tetapi pasti juga akan sulit untuk tidur dalam keadaan begitu terang . Jadi, itu adalah cara terbaik mengatasinya .

Sambil menghitung bintang, ia memikirkan kilas balik kisahnya setelah kecelakaan . Ingatan singkat yang masih dimilikinya semenjak sadar . Terkadang ia tertawa, terkadang menangis , suasana hatinya sungguh kacau . Ia ingin menjalani takdir seperti seharusnya , tetapi akankah ia mampu mencapai hari esok. Kemana langkahnya akan berlabuh nanti? Fikiran nya melayang kemana-mana .

Namun disetiap ingatan yang diingatnya masih ada satu orang yang selalu membuatnya tersenyum , Satya . Setiap hal dari Satya , perlakuan khususnya , dan segalanya yang membuat ia bahagia. Padahal rasanya baru dua bulan yang lalu, ia menangis lantaran Rayhan .

Terkadang ia berfikir masa lalunya adalah sesuatu yang menyangkut Rayhan . Terkadang juga fikirannya dipenuhi pertanyaan tentang Azka. Dan kini Satya. Kenapa ia harus terjebak diantara ketiga orang ini? Siapakah yang harus ia percaya? Siapakah yang seharusnya berada di dekatnya dan menjelaskan segala tentangnya ? Mungkin hanya waktu yang akan menjawabnya .

Belum selesai ia memikirkan segala hal tentang Satya, terdengar suara dering ponsel dari laci nakas disampingnya . Ia membuka laci itu, dan menemukan sebuah ponsel dengan note yang tertempel di atasnya .

"*Ponsel ini dariku, aku membelikannya agar aku bisa dengan mudah menghubungi mu . Aku sudah menyimpan beberapa nomor penting di dalamnya . Jika kau butuh bantuan jangan sungkan , kau bisa menghubungi siapa saja dan mereka akan membantumu .

❤Sebuah hati kecil untuk seorang gadis kecil yang manis . Aku akan menemui mu besok, jadi jangan begadang dan bangunlah tepat waktu. Aku akan menjemputmu pukul 06.30 besok. Aku akan membawamu ke sekolah esok , aku yakin kau akan menyukainya . Kau akan dapat banyak teman disana dan takkan lagi merasa bosan .

Sampai jumpa besok* 🙂

Nampak jelas terukir senyuman indah di wajahnya. Pipinya memerah, ia merasakan pipinya seakan terbakar. Khayalannya melayang kemana-mana. Siapakah yang mengirimkan surat ini mungkinkah Satya fikirnya. Tidak mungkin orang lain bukan, ialah yang mengatakan sebelumnya bahwa ia yang akan mengurus segalanya tentangnya.

Ia begitu bahagia , hingga tanpa sadar ia melompat kegirangan dan menciumi boneka beruang besar yang terpajang manis di atas tempat tidurnya . Namun dering telfon yang begitu nyaring kembali mengejutkannya , 9 panggilan tidak terjawab 'Satya' . Wajahnya tambah bersemu merah ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Hingga deringan yang kesepuluh kalinya , akhirnya ia mengangkat telfon tersebut dengan riangnya .

"Halo, kau dari mana saja? Aku sudah menelfonmu dari tadi , apakah aku sudah tertidur ? Tapi bagaimana mungkin kau tidak mendengar ponselmu , seingatku aku telah menyetelnya seringnya ke volume tertinggi . "

"Maaf kak, aku tadi... tadi... anu.... aku ...

Aah, iya...aku ada di kamar mandi. " ujarnya tergagap dambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal .

" Kau dikamar mandi selama itu? Apakah kau baik-baik saja?"

"I...i..ya....aku baik-baik saja . Hanya, bukan ka wajar bagi seorang perempuan memakai waktu lama di kamar mandi " ujarnya menyeringai .

Kebohongan apa ini? Bahkan aku belum menginjakkan kaki di kamar mandi sedari tadi . Bahkan aku lupa untuk mandi. Batinnya .

" Maafkan aku kalau kau khawatir kak, tetapi aku senang karena tidak berbicara format padaku kali ini . "

"Aku sedang tidak berada pada jam kerja kali ini . Dengar adik, lain kali jangan buat aku merasa khawatir . "

"Kau mengkhawatirkan aku kak?" ujarnya tersenyum malu.

" Tentu saja, bukankah kau yang mengatakan bahwa kau sudah seperti adikku . Bagaimana mungkin aku tidak mengkhawatirkanmu . Dan oh ya, kau akan mulai bersekolah besok. Jangan lupa bangun pagi, aku akan mengantar seragammu besok pagi . "

"Baik kak, aku tidak akan terlambat ".

"Pastikan itu, dan sekarang tidurlah . Maaf, aku mengganggu mu selarut ini. Jangan lupa mimpi indah ." ujarnya langsung mematikan telfon dan meninggalkan bunyi tut...tut...tut... panjang diujung telfon . Ia meraba tengkuknya dan menjadi salah tingkah karena merasa malu . "Apa yang baru saja aku ucapkan, semoga gadis itu tidak salah paham . Selamat tidur adik kecil. " ia pun melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan langsung memejamkan mata.

Sementara Diza diujung telfon masih terpaku dengan tatapan kosong . Kalimat manis yanh baru saja didengarnya membuat jantungnya berdetak begitu kencang. Ia melihat sekilas telfon nya " Panggilan telah diakhiri..." . Panggilan telfon telah berakhir, namun ia masih bisa merasakan aura kehadirannya . Ia merasakan hatinya begitu hangat . Rasa bosan yang sedari tadi melanda, tiba-tiba langsung sirna .

Ia melirik jam di atas nakas , sudah menunjukkan pukul 23.00. Ia harus bangun pagi. Atau jika tidak ia akan melewatkan moment penting esok hari . Ia pun menyetel pengingat di ponselnya . Alarm diatur pukul 05.00. Setelah muncul notif sukses , ia pun langsung merebahkan tubuhnya di kasur , memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi dalam hitungan detik .Ia sungguh percaya bahwa ia akan mimpi indah malam ini berkat Satya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C18
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión