Descargar la aplicación
8.33% SKIP / Chapter 2: Kalut

Capítulo 2: Kalut

Sabtu malam pukul 11.00 .

"Aku pulang?"

"AZKA " ujar sang ibu terkejut.

Azka , pemuda tampan dengan kulit putih , tinggi 186cm, cerdas, ketua OSIS , kapten basket, dan digilai satu sekolah. Ia adalah putra tunggal dari salah satu pemilik perusahaan property terbesar sejagad raya. Azka yang terkesan cool dan pendiam juga memiliki kepribadian yang cenderung tertutup. Hidup tanpa ekspresi adalah keahlian terbesar yang ia punya . Ia ahli dalam menyembunyikan perasaannya. Terlebih malam ini, setelah melihat sang ibu berselingkuh tepat di depan matanya, di dalam rumahnya sendiri.

Masih tanpa ekspresi , dan nyaris tanpa reaksi ia hanya berjalan keluar tanpa lupa menutup pintu .Ia kembali melajukan mobilnya ke dalam keramaian lalu lintas. Tanpa sepatah katapun, ia hanya menoleh dan berbalik seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Putramu? " ujar sang lelaki simpanan yang nampak sebaya dengan Azka .

"Ia tak banyak bicara, bahkan terhadap ayahnya. Tenang saja tidak akan ada yang terjadi." ujar sang ibu tenang.

"Kami berada di kelas yang sama ." ujar pemuda berperawakan tinggi dan tak kalah tampan dari Azka. Hanya ada satu perbedaan , ia adalah pria yang akan menghalalkan segala cara demi uang .

"Jika kau bisa jamin , tak akan ada yang terjadi . Aku akan memberimu lebih."

" Tak perlu khawatir. "

"Aku masih berharap, ia takkan menimbulkan masalah."

Sementara itu ditengah pekatnya malam, Azka mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh di tengah padatnya jalan raya. Ia bahkan tidak peduli sekalipun ia mengemudi di luar jalur. Segala sesuatu di kepalanya seolah bak benang kusut tanpa ujung. Ia sama sekali tak menyangka keluarga yang selama ini ia kira tumbuh dengan penuh kasih sayang justru berakhir dengan pengkhianatan.

Bukan masalah untuknya selama ini , jika sang ayah hanya menampakkan wajahnya selama dua hari dalam satu bulan lantaran perjalanan bisnis. Juga bukan masalah jika sang ibu terlibat dengan kelompok sosialita yang begitu menyita waktu hingga hampir lupa bagaimana caranya pulang ke rumah untuk melepas penat. Bukan masalah, bahkan ia pun juga sering menyibukkan dirinya diluar lantaran itu semua. Yang ia tahu hanyalah setiap tanggal 1 dan 2 di setiap bulannya , keluarganya akan berkumpul untuk melakukan piknik atau jalan-jalan untuk melepas rindu.

Tapi situasi berbeda nampak jelas hari ini, 'pengkhianatan'. Akankah ayahnya melakukan hal yang sama dibelakang ibunya? Atau jika ada alasan lain, akankah alasan itu sesungguhnya jauh lebih menyakitkan dari seharusnya? Begitu banyak pertanyaan di benaknya. Akankah jawaban sesungguhnya akan jauh lebih menyakitkan lagi?

Fikirnya benar-benar sudah teralihkan sepenuhnya , hingga ia menyetir tanpa kendali memasuki area pemukiman dengan jalanan cukup sempit dan tiba-tiba BRUUKKK!!! Ia menghantam sesuatu yang terlempar tepat didepannya. Dengan fikiran yang masih kalut, ia pun melangkah keluar mobil dan memperhatikan sekeliling yang nampak cukup sepi.

"Kau baik-baik saja?" ujarnya ketika menemukan seorang gadis terbaring diujung jalan dengan darah segar mengucur di kepala. Gadis itu nampak masih setengah sadar, ketika ia meraih lengan Azka dan mencoba untuk bangkit. Azka yang khawatir pun langsung meraih tubuh gadis itu sembari membantunya.

"Tolong..." ujar sang gadis lemah.

"Kita ke rumah sakit." ujarnya sambil membantu gadis itu. Namun tak sempat gadis itu berdiri dengan sempurna, ia pun jatuh lemas tak sadarkan diri di pelukan Azka. Tanpa fikir panjang Azka pun meraihnya kedalam gendongan dan membawanya ke dalam mobil.

"Apa yang aku lakukan , Sial." ujarnya mengumpat diri sendiri.

Ia pun kembali melajukan mobil ke jalan raya yang kebetulan cukup padat di malam itu lantaran merupakan malam minggu. Ia mengenal daerah itu dengan cukup baik, hanya ada satu rumah sakit terdekat, dan membutuhkan waktu setidaknya 15 menit dalam keadaan lalu lintas normal. Namun jalanan kini cukup padat. Tak seperti sebelumnya, ia sudah cukup sadar kali ini. Ia menyadari akan lebih bahaya jika ia menyetir dengan keadaan ugal-ugalan seperti sebelumnya. Nyawa gadis ini bergantung padanya sekarang.

Tak ada pilihan, sementara ia justru malah terjebak kemacetan lalu lintas di sekitaran lokasi konser salah satu band ternama. Ia sudah cukup kalut dan sulit untuk berfikiran jernih. Setidaknya sudah separuh jalan, ia pun memutuskan untuk turun dan menggendong sang gadis menuju rumah sakit dengan cara berlari.

Untuk pria seumurannya Azka tergolong cukup tinggi, kurus namun bugar. Tubuhnya dengan body eight pack membuatnya nampak kuat dan gagah. Sehingga bukanlah sesuatu yang sulit untuknya menggendong gadis ini sambil berlari. Dengan sepenuh kekuatan ia mempercepat langkahnya menuju rumah sakit. Namun masih ada sekitar 15 km lagi, tak ada waktu. Nyawa seseorang kini sedang dalam bahaya. Untungnya disaat yang tepat, ia menemukan sebuah klinik kecil dengan dokter jaga yang masih stand by di dalamnya.

"Bantu dia, saya mohon." ujarnya pada seorang dokter wanita paruh baya.

"Apa yang terjadi?"

"Kecelakaan, dia kekasih saya." ujarnya gugup membuat alasan.

Tak ada pilihan lain, yang ada dibenaknya sekarang hanyalah jika ia ditangkap maka entah apa yang akan terjadi dengan gadis ini. Ia masih harus bertanggungjawab dan memastikan gadis ini tidak apa-apa. Ia sama sekali tak ingin lari dari tanggung jawab. Setidaknya jika ia harus dihukum, maka itu setelah memastikan tidak terjadi apa-apa dengan gadis malang ini.

"Bantu saya, saya mohon" ujarnya sembari menitikkan air mata.

'Baik, akan saya bantu semampu saya. " ujar sang dokter menenangkan.

Namun tiba-tiba saja sang gadis mengalami kejang. Sementara sang dokter yang ditemani oleh satu orang perawat nampak cukup kewalahan. Namun tetap berusaha memberikan penanganan. Tapi selang beberapa saat , gadis itu seolah berhenti bernafas dan sang dokter terlihat cukup pasrah dan meminta Azka menunggu di luar ruangan tindakan.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu, Apa yang aku lakukan? "keluhnya putus asa.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión