Descargar la aplicación
Series Wedding #2 [CEO SCANDAL'S : Married With Benefit] Series Wedding #2 [CEO SCANDAL'S : Married With Benefit] original

Series Wedding #2 [CEO SCANDAL'S : Married With Benefit]

Autor: seinseinaa

© WebNovel

Capítulo 1: Prolog

"Oh, lihatlah tubuhku yang bengkak." Briena menatap tubuh telanjangnya pada cermin seukuran tubuhnya. Wanita itu menilai jika bentuk tubuhnya semakin melebar sejak melahirkan si kembar. Padahal saat ini berat badannya hanya bertambah 5 kg dari berat tubuhnya sebelum hamil.

"Tubuhmu sempurna, Bi." Vian datang dengan tubuh bagian atas shirtless sedangkan bagian bawah hanya mengenakan handuk yang menggantung pas di pinggangnya.

"Ck, kau berusaha merayuku dengan mulut manismu itu." Briena menyipitkan matanya ke arah pantulan tubuh Vian di kaca. Ia melirik sekilas perut kotak kotak milik pria itu. Semakin tua, pria itu semakin menawan saja, fikirnya saat itu.

"No. Aku hanya bersikap jujur, Bi." Vian mengatakan hal tersebut dengan tulus. Pria itu memeluk pinggang Briena, lalu memutar tubuh istrinya hingga menghadap ke arahnya. "You look perfect, even when the other people think you'are not," bisiknya kemudian mengecup sudut bibir milik wanitanya.

Briena tersenyum menyeringai, lalu mengalungkan tangannya di leher Vian. "Sejak kapan kemampuan merayumu bertambah. Aku hampir tertipu, jika saja kita mengenal hanya dalam beberapa bulan saja. Sayangnya, kita sudah saling mengenal hampir selama 10 tahun, Vi." Setelah mengatakan hal tersebut, Briena menjauhkan tubuhnya dari Vian.

"Benarkah?" Vian menarik kembali tubuh Briena. Menempelkan dadanya yang terbuka ke arah dada wanita itu. "Kalau begitu kau pasti tahu, apa yang aku inginkan saat ini," bisiknya di telinga Briena.

Briena menatap kedua manik mata milik Vian. "Let me guess." Wanita itu tersenyum menyeringai. "You." Briena mengusap rahang Vian. "Want." Tangannya beralih ke bibir pria itu. "Me." Mengusap benda kenyal yang menggoda untuk di lumat.

"Kau melewatkan bagian terpentingnya." Vian tersenyum menyeringai. "Now." Pria itu melumat bibir penuh milik Briena, menghisap benda kenyal tersebut, meremas belakang kepala Briena untuk memperdalam ciumanny.

Briena membalas ciuman Vian sama gilanya. Menghisap, melumat dan berbagi saliva layaknya ciuman dalam film barat bergenre erotis. Tangan wanita itu juga tak tinggal diam, meremas rambut milik Vian dan menambah gaurah ciuman mereka.

"Hhhhhhh." Keduanya saling terengah engah saat menyudahi ciuman mereka. Saling menempelkan kening dan beradu nafas.

Vian mengecup bibir Briena sekali. Dua kali. Tiga kali. "I want more," bisiknya tanpa perlu menutupi gairahnya di hadapan sang istri.

"No!" Briena tersenyum menyeringai. "I want more and more," bisiknya kemudian.

Tanpa menunggu tanggapan dari Vian, wanita itu mengalungkan tangannya di leher Vian. Mencium bibir penuh pria itu dengan gairah yang mendalam. Well, gairah yang tertahan hampir selama 1 tahun. Vian hanya bisa menghibur 'adik kecilnya' lewat sentuhan dan sekarang, ia ingin lebih. Begitu juga sebaliknya, Briena ingin 'miliknya' di sapa oleh si pembuat benih.

Vian menatap retina hitam milik Briena, menyelami arti tatapan itu. Leher Briena terpampang nyata di hadapannya, Vian mengecup perlahan leher wanita itu. Terasa basah oleh keringat yang bercampur colonge.

Briena mendongakkan kepalanya ke atas saat Vian mengecup lehernya, lalu beralih ke tulang selangkanya. Ada desisan halus yang keluar dari bibir merah mudanya. Tangan Briena mencengkeram pundak tak berlapis kain milik Vian.

Vian mulai mengecup bibir Briena, sekali, dua kali lalu ciuman ketiga berubah menjadi ciuman intens yang membuat remasan tangan Briena di pundaknya semakin erat. Vian menekan tengkuk Briena agar ciuman mereka semakin dalam.

"Let me?" bisik Vian menggoda.

"Of course." Briena mengangguk lalu mendongak ke atas.

Vian membelai rambut Briena yang menutupi pelipis wanita itu. Lalu kembali mencium bibir ranum Briena, turun sampai ke pusar dan terus turun sampai mencapai titik paling diinginkan olehnya.

"Vi," rintih Briena saat Vian menyentuh bagian sensitifnya yang hanya tertutupi oleh kain tipis. Suaranya terdengar serak karena diliputi oleh rasa gairah yang memuncak. Briena mendesis karena perlakuan Vian barusan. "Lakukan apapun, Vi." Wanita itu meremas rambut Vian yang berlutut di hadapannya.

Vian berdiri dan langsung mencium Briena setelah bibir itu berhenti bersuara. Semakin intens dan bergairah. Saling mencecap, menghisap, merasakan rasa manis dari bibir masing-masing. Bau mint bercampur menjadi satu. Ciuman panas yang membuat gairah mereka meledak-ledak.

Vian lalu menggendong Briena dan membawa wanita itu ke ranjang, membaringkan tubuh istrinya dengan hati hati. Ia lalu mencium pusar dan perut rata Briena dengan lembut. Helaan nafas milik Vian membuat Briena geli.

"Vi, geli," jeritan Briena mengudara.

Vian tertawa pelan. "Kau yang memintanya, Bi. Lakukan apapun, ingat?" kekehnya kemudian.

Vian dan Briena saling menatap satu sama lain sebelum kemudian Vian menyatukan tubuh mereka dengan pelan. Mereka saling menghentak dan berbagi kenikmatan. Desah nafas yang memenuhi seisi ruangan, keringat yang bercampur gairah panas juga lenguhan tertahan dari dua orang yang saling bercumbu itu mendominasi ruangan yang syukurnya kedap suara.

"Aahh." Lenguhan panjang keluar dari mulut Briena saat mereka sama-sama mencapai klimaks. Kedua mata miliknya terpejam rapat-rapat merasakan sensasi yang muncul.

Vian langsung mencium bibir Briena guna meredam kenikmatan yang membelenggu mereka berdua. Mereka sama-sama mengatur nafasnya yang memburu, diam sejenak masih di posisi yang sama. Dimana Vian mengungkung tubuh Briena di atas kasur. Beberapa menit kemudian Briena membuka kedua matanya.

"Sekarang giliranku yang memimpin," bisik Briena tersenyum menyeringai.

Briena mendorong tubuh Vian ke samping sampai tubuh pria itu setengah berbaring di ranjang. Ia lalu bangkit lalu duduk di atas tubuh Vian. Pria itu memegangi pinggang Briena dan membiarkan wanitaitu memimpin, menyerbu bibirnya dalam ciuman penuh hasrat yang rasa-rasanya lebih panas daripada yang biasa mereka lakukan. Briena tidak berbohong saat mengatakan kalau dia yang akan memimpin.

Terbukti bahwa dengan sangat percaya diri wanita itu mulai menyatukan tubuh mereka. Sedikit menghentak agar penyatuannya lebih sempurna. Vian membantu Briena dengan melakukan gerakan berlawanan arah. Gairah semakin menggebu-nggebu, peluh semakin menetes membasahi tubuh polos mereka. Sampai akhirnya Briena klimaks dan terjatuh di dada bidang Vian.

Mereka melakukannya sekali lagi, kali ini Vian yang berada di atas Briena karena tenaga wanita itu sudah hampir habis. Vian terus menggerak-nggeraknya pinggulnya, semakin cepat seiring dengan gairahnya yang memuncah. Sampai akhirnya mereka klimaks untuk yang ke tiga kalinya.

"Ahhh." Briena melenguh panjang saat mencapai klimaks untuk yang kesekian kalinya. Wanita itu meremas sprei dan juga pundak Vian saat gelombang kenikmatan datang menghampirinya. Vian mencium bibir Briena yang sudah bengkak demi mengurangi ledakkan gairah saat mereka menyatu.

"Hhhhhh." Nafas mereka yang memburu bercampur jadi satu.

Kedua tubuh tanpa busana itu penuh dengan keringat dan juga cairan kenikmatan. Vian menjatuhkan tubuhnya di samping Briena. Tenaga mereka sudah terkuras habis setelah sebelumnya bertengkar lalu berakhir dengan penyatuan di ranjang.

"Tidurlah," bisik Vian mencium pelipis Briena.

Briena hanya berdehem tanpa membuka kedua matanya yang tertutup rapat. Tenaganya sudah terkuras habis setelah bermain beberapa ronde dengan Vian.

Vian sendiri juga menutup kedua matanya bersiap tidur. Ia menarik selimut ke atas untuk menutupi tubuh polos mereka. Waktu menujukan pukul 3 dini hari saat mereka menyelesaikan 'main ranjangnya'.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C1
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión