Aku berusaha bangkit dari posisiku sekarang ini, rasanya kakiku telah bergetar dengan hebat dan keringat dingin mengucur deras di keningku
Aku berjalan, berusaha berlari namun rasanya aku tidak punya energi lagi untuk berlari
Segera aku pergi ke kamar Evan, mereka semakin kencang meraung serta satu dari mereka mengikutiku
Aku sama sekali tidak berani membuat suara dan kebisingan, sebisa mungkin untuk menghindari mereka tanpa meninggalkan jejak apalagi suara
"Mami!?"
Terdengar suara adikku yang sedang memanggil ibuku dari atas tangga, aku melihatnya
Adikku turun dengan santainya, tak tahu apa yang sudah terjadi di sini
Dengan kaki yang masih bergetar, aku berusaha untuk berlari, kususul Evan yang menuju ke depan, tempat dimana makhluk itu muncul
"Evan!" Kupegang pundaknya lalu kupegang tangannya untuk membawanya ke lantai atas di kamarnya karena itu merupakan tempat yang teraman menurutku
Namun sudah terlambat, salah satu dari mereka muncul dihadapan kami, adikku kaget hingga terhentak ke belakang namun kutahan
Aku berusaha menenangkannya dengan memeluknya sambil berjalan dan berbalik badan ke arah tangga
"Evan, tenanglah. Kita harus keluar dari sini" aku berusaha menenangkannya dan usahaku berhasil, ia sudah tidak terlalu tegang dan berusaha memberanikan dirinya
Ghhrraa!
Satu lagi muncul dengan tiba-tiba di depan kami, kami terjebak, tak ada jalan lagi selain menuju dapur
Tiba-tiba aku mendapatkan sebuah ide, aku akan berputar melewati meja dapur kemudian pergi ke pintu depan
"Evan, ayo" ia mengangguk dan kami telah berada disisi lain
Tanpa sengaja aku melihat sebuah panci dan langsung aku ambil. Panci ini aku akan gunakan untuk melawan mereka
Tidak habis pikir, ternyata caraku ini berhasil untuk membodohi mereka
Kini aku berusaha untuk melarikan diri dari pintu depan, "Ayo Evan, sedikit lagi" bisikku padanya yang di jawab dengan anggukan darinya
Ghhrraa!
Oh tidak, pintu utama ternyata telah dikuasai oleh satu dari mereka, namun kali ini aku tak akan melarikan diri lagi dan akan melawan nya karena ini jalan satu-satunya
"Evan, kau tunggu di sini" ucapku lalu meninggalkan Evan di belakang
Aku berdiri, kupegang panci ini dengan erat, ia mendekat, semakin dekat dan semakin dekat
Kuambil kuda-kuda untuk melawannya dan tibalah ia dihadapkanku
Dengan keberanian yang tidak seberapa, aku ayunkan panci ini sedemikian rupa seperti aku mengayunkan pemukul baseball
Tang!
Mataku yang semula terpejam saat mengayunkan panci, kini kembali terbuka, ternyata ia masih bertahan
Kuayunkan lagi namun dengan kekuatan yang lebih besar daripada yang tadi
Tang!
Ia masih berdiri kokoh namun kepalanya sudah mengguyurkan darah segar dengan deras
Tanpa hilang keberanian, aku sekali lagi mengayunkan panci ini dan akhirnya, ia ambruk, namun ia tak mati, ia masih bisa bergerak dan tak bisa berdiri
Evan berlari ke arahku lalu memelukku
"Ibu kak, ibu" tunjuknya pada mayat ibu yang sudah tergeletak di samping kami
"Tenanglah Evan, masih ada aku" ucapku berusaha menenangkannya
Aku menjongkok, berusaha mengimbangi tinggi adikku, lalu mengusap air matanya
"Tenanglah, kita akan selamat dan secepatnya pergi dari sini" kuusap sekali lagi air matanya
"Iya. Berjanjilah padaku, jangan tinggalkan aku seperti ibu" sahutnya
Tanpa ragu, akupun mengangguk padanya. Ia mengangkat jari kelingkingnya lalu berkata "Janji?", Lalu aku kaitkan jari kelingkingku di kelingkingnya dan mengucapkan "Iya, janji"
Kami pun segera keluar dari rumah ini, menginjakkan kaki untuk yang terakhir kalinya di rumah ini. Rumah yang menjadi tempat teraman kami sekarang telah menjadi tempat yang membahayakan kami
Aaaaaa!
Ternyata, makhluk itu bukan hanya masuk ke rumah kami, namun juga di rumah warga desa yang lain
Mereka, mereka menggigit semua orang, semua orang berlarian tak tahu kemana
Ada yang mengemas barangnya namun mati digigit, ada yang melarikan diri dengan memakai mobil, motor, dan sisanya berlari
Sebuah rumah milik warga yang terbakar menambah kesan mengerikan, kutatap Evan yang kebingungan akan keadaan sekitar
Makhluk itu kembali muncul dan menyerang para warga, kupegang tangan Evan dengan erat dan berkata
"Apa kau siap untuk berlari Evan?" Tanyaku
"Aku selalu siap jika bersamamu" jawabnya
"Bagus" balasku, akupun berlari sambil menggandeng tangan Evan berusaha menyelamatkan diri dari makhluk itu
Namun aku tak habis pikir, bukan hanya makhluk itu yang gila, namun manusia juga! Mereka saling menembak satu sama lain
Aku sebisa mungkin menghindari mereka dan makhluk itu, sesekali aku melihat Evan yang terlihat tegang
Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depanku. Kaca mobil itu mulai turun, menunjukkan siapa yang berada di dalamnya
"Paman?!" Aku terkejut dan senang karena yang ada di mobil itu adalah pamanku sendiri
"Tunggu apa lagi? Ayo naik" ucapnya
Dengan sigap akupun membuka pintu belakang untuk Evan, lalu aku tutup. Setelah itu akupun berpindah duduk di dekat paman
Aku sangat mengenal paman, ialah yang selalu menemaniku saat aku masih kecil. Membelikanku mainan, baju, celana
Bahkan ibuku sambil berkata "Kau ini, kau seperti orang tuanya saja, carilah pendamping hidup agar kau tak kesepian". Ya, memang sampai saat ini pamanku ini single
Sepanjang perjalanan, aku lihat ternyata warga yang berlarian merupakan seluruh penduduk dari kotaku
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku pada paman, siapa tahu paman mengetahui apa yang terjadi sekarang ini
"Aku tak tahu pasti, tapi, ini adalah sebuah Virus yang menjangkiti manusia dan menularkannya lewat gigitan" jawabnya sambil berfokus pada jalan raya
"Semacam zombie? Mayat hidup?" Tanyaku, aku mengingat bagaimana ayah menceritakanku sebuah cerita zombie
"Ya, semacam itu. Lalu, bagaimana dengan ibumu? Dan dimana dia?" Ia tanya balik padaku
"Ibuku, dia, dia tergigit dan tewas ditempat" ucapku, sesekali kulihat Evan, ia terlihat tegang dan sedih
"Astaga, makhluk itu keterlaluan sekali. Untung saja kalian selamat" balasnya
"Pegang ini!" Ucap pamanku sambil memberikanku sebuah pistol, "Dan ini amunisinya" tak lupa ia juga memberikan peluru yang merupakan amunisi pistol ini
"Bagaimana cara mengisi peluru jika peluru yang ada didalam pistolnya habis?" Tanyaku, aku bingung karena aku belum pernah memegang apalagi menggunakannya
"Coba kau lihat di bagian bawah pistol itu, jika pelurunya sudah habis, kau isi saja dengan peluru yang aku beri" Jelasnya, "Dan apa yang kau bawa itu? Panci?" Tanyanya
"Iya, panci ini tadi aku gunakan untuk melawan Zombie itu" jawabku, "Oh, baguslah" Balasnya
Tak serasa kami sudah berada di suatu tempat, tempat yang bagiku tidak asing dan pernah kulihat
"Loh, kok berhenti di rumah paman?" Tanyaku, aku tahu bahwa ini rumahnya karena saat ia kerumahku ia pernah menunjukkan foto rumahnya di ponselnya
"Iya, paman akan mengambil barang-barang yang mungkin paman butuhkan" jawabnya lalu pergi masuk ke dalam rumahnya
Kini hanya tinggal aku dan adikku saja di mobil ini, kesunyian pun sukses terjadi, aku berusaha memecah kesunyian ini dengan obrolan kecil dengan Evan
"Hei, Evan!" Panggilku, ia menoleh
"Ada apa?" Balasnya
"Apa kau ingin memegang pistol ini?" Tawarku dengan menunjukkan pistol yang paman beri
"Tentu" Ucapnya dengan mengambil pistol dari tanganku, "Wow! Ini pertama kalinya aku memegang pistol. Keren" Ujarnya
"Dhor Dhor" Gumamnya seakan ia sedang menembak, aku sangat bahagia sekali karena Evan merasa senang
Tak lama kemudian, Pamanku datang dengan membawa ransel dan sebuah pistol panjang
"Wah, apa saja yang paman bawa?" Tanyaku saat paman mulai memasukkannya ke dalam bagasi mobil
"Tak banyak, hanya sebuah tas berisi makanan dan minuman, serta beberapa amunisi dan pistol di dalam tas kecil, seperti tas yang kau bawa itu" Jawabnya
"Dan?" Tanyaku meyakinkan
"Ohh iya, sebuah senapan yang kubawa ini" Sambungnya
Sekarang mobil ini telah melaju di jalan raya, menyusuri kota yang sekarang ini sedang ramai dengan warga yang berlari
Lalu, paman menghentikan mobilnya tepat di depan minimarket. Entah apa yang mau ia lakukan, paman pun masuk ke dalam minimarket tersebut
"Ini pistolnya" Evan mengembangkan pistol yang tadi aku pinjamkan padanya
Tak lama berselang, mungkin 10 menit, paman kembali dari minimarket, ia membawa obat-obatan dan dimasukkannya di dalam tas yang juga berisi makanan
"Baiklah, ayo kita pergi" Ucapnya setelah masuk ke dalam mobil
"Kemana kita akan pergi?" Tanyaku
"Entah, tapi yang pasti tempat yang bisa mengamankan kita dari Zombie itu" Jawab paman
Segeralah ia menancap gas dan mobil ini melaju kencang, entah kemana kami pergi selanjutnya
Kekuatanku ini, mungkinkah akan tetap menjadi rahasia bagiku, atau haruskah aku bertanya pada paman. Ya! Siapa tahu paman mengetahui akan kemampuan khusus ku ini