Descargar la aplicación
67.85% SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 57: 014

Capítulo 57: 014

Zab duduk di kursi tunggu IGD sejak sejam yang lalu. Dia berjalan ke arah mushalla Rumah Sakit dan melakukan shalat sunnah 2 raka'at.

" Ya Allah! Ya Robb! Ampuni hambamu ini yang telah menyia-nyiakan istri hamba. Hamba tidak bisa memilih mereka, keduanya sangat hamba sayang. Berikan petunjukMu Ya Robb, agar hamba bisa memilih tanpa menyakiti siapapun! Aamiin!" Zab mengakhiri do'anya dan kembali ke ruang tunggu.

" Dokter!" panggil Zab saat melihat seorang dokter keluar dari dalam ruangan.

" Ya?"

" Apa pasien bernama Yasmin..."

" Zabran!" panggil seseorang.

Zab memutar tubuhnya dan melihat seorang pria berjalan mendekatinya. Dia memejamkan kedua matanya dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya.

" Raka!" balas Zab mencoba ramah.

Raka mengulurkan tangannya dan dengan terpaksa Zab menerima uluran tangan Raka.

" Kamu ada disini?" tanya Raka.

" Iya!" jawab Zab pelan.

" Siapa yang sakit?" tanya Raka melihat ke arah pintu IGD.

" Bukan siapa-siapa!" jawab Zab.

Raka mengerutkan dahinya dan menatap curiga pada pria beristri itu.

" Tuan Manaf!" panggil seorang pria berjubah putih yang keluar dari dalam ruang IGD.

Zab langsung memutar tubuhnya dan berlari mendekatinya.

" Bagaimana istri saya?" tanya Zab.

" Kami sudah mengeluarkan semua cairan yang ada di paru-parunya. Saat ini Nyonya Yasmin sudah melewati masa kritisnya. Untung anda segera membawa kemari!" kata dokter itu.

Zab memejamkan kedua matanya dan bersyukur dalam hati. Alhamdulillah, Ya Allah! Terima kasih Ya Robb! batin Zab sambil memejamkan kedua matanya.

Yasmin? Apa Yasmin yang dia maksud adalah Yasmin Om Kabir? tanya Raka dalam hati. Tanpa Zab sadari, Raka mengikutinya dari tadi.

" Dimana istri saya sekarang, Dok?" tanya Zab.

" Nyonya Yasmin sudah kami pindah ke ruang VVIP, sesuai permintaan Tuan saat mendaftar tadi. Jika Tuan bermaksud untuk kesana, nanti perawat yang akan mengantarkan!" kata dokter itu.

" Trima kasih, Dokter Ali!" kata Zab menjabat tangan Ali.

" Sama-sama, Tuan! Semoga Nyonya segera pulih!" kata Ali.

" Aamiin, Aamiin Ya Robb!" jawab Zab.

" Saya permisi dulu!" pamit Ali.

" Silahkan!" jawab Zab.

Ali masuk kembali ke dalam ruang IGD, sedangkan Zab duduk di kursi tunggu IGD.

" Zabran! Apa Yasmin Om Kabir yang sakit?" tanya Raka.

Zab hanya diam, dia sengaja mengabaikan Raka, karena tidak mau jika istrinya brtemu dengan pria itu.

" Zabran! Kamu belum menjawab pertanyaanku!" tanya Raka kesal.

" Apa urusan lu? Dia bukan siapa-siapa lu!" jawab Zab ketus.

" Apa kamu lupa kalo dia adalah sepupu saya?" sindir Raka.

" Hanya sepupu angkat!" sahut Zab kesal.

Raka menjadi kesal mendengar perkataan Zab.

" Tapi Om Kabir sudah menganggap saya seperti anak kandung!" balas Raka.

Zab menghela nafasnya, dia hanya ingin pria itu segera pergi dari hadapannya

" Iya, dia Yasmin, putri Om Kabir! Sudah puas? Lu bisa pergi sekarang!" jawab Zab tegas.

" Ya Allah! Apa yang terjadi? Dan kenapa dia sampai terluka?" tanya Raka terkejut.

" Itu bukan urusan lu!" kata Zab dengan nada dingin.

" Tentu saja ini urusan saya!" balas Raka emosi.

" Wait..tadi kamu bilang apa? Istri! Apa maksud kamu?" tanya Raka baru ingat,

" Iya! Seperti yang kamu dengar, Yasmin adalah istriku!" kata Zab dengan wajah senang karena bisa membuat pria di hadapannya itu merasa kesal.

" Apa? Kamu bercanda, bukan? Saya tahu jika kalian dekat, tapi menikah? Kenapa Om Kabir dan Yasmin tidak mengundang kami?" tanya Raka heran.

" Apa papa lu nggak bilang kalo 2 minggu yang lalu gue nikah sama Yasmin? Semua keluarga lu datang, kecuali lu!" ucap Zab semakin merasa menang.

" Apa? Tidak mungkin! Mereka..." Raka mengingat kembali jika 2 minggu yang lalu dia di suruh papanya pergi ke New Zealand.

Papa! Apa papa tidak mau melihatku bersedih, makanya Papa menyuruhku pergi? tanya batin Raka.

" Apa mungkin papa lu takut lu patah hati?" sindir Zab.

" Kamu..."

" Tapi kenapa dia sampai terluka?" tanya Raka geram.

Hatinya mencelos saat Zab mengatakan semua hal tentang Yasmin. Sakit! Tapi dia tahu jika mereka berdua memang telah saling mencintai sejak lama.

" Sekali lagi aku katakan, kalo ini semua bukan urusan lu!" kata Zab menahan amarahnya.karena menganggap Raka terlalu ikut campur.

" Ini menjadi urusanku jika sampai ada yang menyakiti dia!" kata Raka.

" Terserah!" kata Zab.

" Aku akan menelpon Om Kabir!" kata Raka lalu meraih ponselnya dari saku celananya.

" Jika kamu berani melakukan itu, aku tidak akan segan padamu!" kata Zab mengepalkan kedua tangannya.

" Permisi! Tuan Zabran?" seorang perawat berjalan mendekati mereka.

Save by the nurse, keadaan yang menegangkan itu menjadi cair akibat kehadiran perawat itu.

" Ya?" sahut Zab.

" Saya Dini! Saya di suruh Dr. Ali mengantarkan Tuan ke kamar Nyonya Yasmin!" kata perawat yang bernama Dini itu.

" Ok!" jawab Zab yang berdiri dari duduknya.

" Lewat sini, Tuan!" kata Dini.

" Lu jangan berani-berani menghubungi Om Kabir, atau lu akan tahu siapa gue!" ancam Zab yang mendekati Raka dan membisikkan di telinga pria itu.

" Kamu kira saya takut? Jika kamu menyakiti Yasmin, maka saya pastikan Om Kabir sendiri yang meminta Yasmin untuk meninggalkan kamu!" ancam Raka balik.

Zab mengepalkan kembali kedua tangannya dan menatap tajam kepada saingannya dalam meraih hati Yasmin.

" Silahkan mencoba! Dan kamu akan tahu siapa aku!" kata Zab dengan wajah menggelap.

" Ayo, Sus!" ajak Zab pada Dini yang menunggu Zab dalam jarak sedikit jauh.

Raka menatap punggung pria itu dengan amarah yang memenuhi dadanya. Dia meraih ponselnya dan menekan sebuah nomor.

" Hallo, Om Kabir!" sapa Raka saat panggilannya tersambung dan diangkat.

" Assalamu'alaikum!" sapa Kabir.

" Maaf, Om! Wa'alaikumsalam!" balas Raka yang lupa memberikan salam.

Zab mengikuti Dini menuju ke kamar tempat Yasmin dirawat.

" Silahkan, Tuan! Ini kamarnya, saya permisi!" pamit Dini.

" Terima kasih!" ucap Zab.

" Sama-sama, Tuan!" balas Dini lalu berjalan meninggalkan Zab.

Pria itu memegang gagang pintu dan mendorongnya ke dalam. Dia bisa melihat istrinya berbaring dengan selang infus di tangan kirinya.

Zha! Maafkan aku, sayang! batin Zab menatap sayu pada istrinya. Dia berdiri di dekat brankar istrinya dan membelai pipi Yasmin dengan penuh kelembutan. Dikecupnya kening istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Kenapa kamu melakukan ini, sayang? Apakah kamu lupa jika bunuh diri itu dosa besar dan Allah sangat membencinya? batin Zab menatap wajah Yasmin yang sedikit pucat. Apa kamu memilih meninggalkan aku daripada hidup denganku? Apakah kamu begitu sakit hati dengan semua sikapku selama ini? lagi, Zab bertanya-tanya dalam hati.

Astaga Zab! Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Readers aja tahu kalo kamu itu emang nyebelin! Xixixixi!

Mata Zab berkaca-kaca, dia sangat takut kehilangan Yasmin. Apapun akan dia lakukan hanya untuk bersama gadis itu, walaupun seluruh dunia menentang! Waduw! Trus ngapain kamu ngelakuin ini semua pada istrimu? Hufftttt!


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C57
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión