Game Center Kota Natsu
Tulisan besar yang terpampang di atas gedung besar empat lantai itu.
"Huahm ... akhir nya sampai", ucap Hina setelah menguap sembari meregangkan tubuh nya.
"Sudah satu tahun kita gak kesini ya ...", kata Takumi.
"Hmm ... ayo buruan keburu malem", ucap ku setelah mengambil ransel dari bagasi mobil ku.
Kami pun masuk ke game center pusat kota. Setelah melewati pintu otomatis bau pendingin udara yang khas mulai tercium. Kami pun melangkah masuk bersama. Perhatian kami semua tertuju kepada poster besar game [RE]START yang dipajang di dinding game center.
Dan saat kami masuk lebih dalam, terlihat antrian panjang pengunjung yang ingin membeli game baru itu. Aku heran padahal perusahaan game itu membunuh banyak orang, tapi kenapa masih banyak orang yang mau beli game mereka.
"Yah ... kita telat nih ... terus gimana kalo kehabisan?", tanya Hina dengan wajah kesal nya.
Disaat yang sama Riku menghampiri kami dengan seragam kantor dari [RE]Electronic.
"Selamat sore tim legendaris ...", sapa nya.
"Cih ... dia lagi ...", gumam ku kesal.
"Oh ... kau bukan nya Riku dari kelas 2-B yang kata nya Game Master itu?", tanya Takumi.
"Betul ... kalian kesini ingin beli game baru kami kan? ... kalian gak perlu ngantri dan takut kehabisan ... ayo naik ke lantai empat", kata Riku menuntun kami ke arah lift.
Kami pun hanya mengikuti arahan Raku dan masuk ke lift untuk naik ke lantai empat. Setelah kami semua masuk, Raku menekan tombol panah ke atas yang berada di dinding lift dan pintu lift mulai tertutup. Lift pun mengakat kami ke lantai empat hanya dalam beberapa detik.
Pintu lift pun terbuka dan terlihat lah ruangan yang sangat luas dan terang. Banyak alat alat game dari developer game sialan itu tergeletak di sebuah meja. Dan ramai orang orang berseragam layaknya peneliti yang memakai pakaian serba putih.
"Woaahhh ... eh eh ini ruangan apa?", tanya Hina langsung melangkah keluar lift dengan mata yang berbinar.
"Lantai empat game center ini sudah di beli oleh perusahaan kami ... ayo ku antar ke ruangan spesial ...", ucap Raku lalu memimpin langkah kami.
"Heh ... Kazumi ... apa ini agak aneh?", bisik Takumi seraya mennyenggol tangan ku dengan siku nya.
"Itu urusan mereka ... aku tak peduli lagi ...", ucap ku dengan wajah cuek lalu kembali melangkah mengikuti Game Master aneh itu.
Kami pun masuk ke sebuah ruangan ukuran sedang dengan meja besar yang ada di tengah nya. Diatas meja besar itu terdapat DEVICE baru untuk bermain game [RE]START.
-(DEVICE adalah sarung tangan, sepatu, helm, dan sabuk. Semua itu terbuat dari besi, dan semua itu memiliki kabel yang akan terhubung ke sebuah kotak CPU yang akan menghubungkan alat itu ke komputer.)-
"Seperti yang kalian lihat ... ini adalah device baru yang akan digunakan untuk bermain game [RE]START", jelas Riku lalu melangkah mendekat ke meja itu.
"Apa kau yakin yang ini gak bakalan bunuh orang lagi?", tanya ku dengan tatapan sinis pada nya.
"Tenang lah ... jarum jarum halus yang terhubung ke syaraf itu sudah tak ada", jawab nya mengangkat helm DEVICE itu.
DEVICE yang digunakan dulu memiliki jarum jarum halus yang berada di dalam sarung tangan, helm, dan sepatu. Jarum jarum halus itu mengalirkan listrik ke syaraf. Karena itu kami bisa merasakan segala nya yang ada dalam game itu. Kami hanya tinggal tertidur di ranjang dan diri kami serasa masuk ke dalam game dan dapat bergerak bebas, tapi sebenarnya kami hanya tertidur di ranjang tanpa bergerak sama.
"Lalu bagaimana bisa kita merasakan segalanya dalam game itu? ...", tanya Takumi melihat lihat DEVICE itu.
"Kalian tak akan tau sebelum mencoba nya sendiri ... kalian boleh mencoba nya disini ...",jawab Riku.
"Waah ... aku ... aku mau coba ...", teriak Hina kegirangan sembari mengangkat tangan kanan nya.
Sebelum Hina naik ke meja besar itu aku menahan tangan nya.
"Ka-Kazumi? kenapa?", tanya nya bingung dan terkejut.
"Apa kau mau celana dalam mu terlihat? ...", ucap ku menunjuk ke arah rok seragam nya.
"Heee?!!!, Kazumi mesum ...", ucap Hina dengan pipi yang memerah sembari berusaha menutup rok nya dengan tangan nya.
"Selain itu ... biar aku yang mencoba nya ... aku masih tak yakin alat ini aman", jelas ku lalu berbaring di atas meja besar warna putih itu.