Descargar la aplicación
63.39% RE: Creator God / Chapter 239: CH.239 Alasan

Capítulo 239: CH.239 Alasan

Hanya dengan satu acara seperti itu, namaku yang asalnya anonymous menjadi super terkenal. Siapa sangka bahwa niat untuk menyelamatkan keluargaku menjadi memamerkan keluargaku juga diriku sendiri. Kiera dan Feliha yang mengetahui itu sebenarnya setengah-setengah senang juga kesal karena kejadian ini.

Tentu saja kesal karena kehidupan keluarga kita bisa saja menjadi tidak tenang dan seleluasa yang sebelumnya. Apalagi Kiera yang mengetahui bahwa niatan kita ke sini adalah untuk menyelamatkan keturunan kami, tidak mungkin dirinya bisa menerima alasan ini. Plis, jangan salahkan aku Kiera karena ini pun bukan niatanku. Aku tidak bisa menolaknya juga.

Saat aku kembali ke kursi tempat aku duduk sebelumnya, semua yang duduk di meja itu mengarahkan pandangannya kepadaku dan diam saja. Umm… aku tahu bahwa aku melakukan kesalahan, tetapi tidak perlu sampai sebegitunya juga bukan? Itu sangat mengiritasiku dengan dipandangi tanpa berkata-kata sedikit pun.

"Umm… aku tahu kalau kalian tidak suka dengan diriku karena perbuatanku, tetapi tidak perlu sampai sebegitunya bukan?"

"Sayang, kau tahu tujuan kita ke sini bukan?"

"Iya tahu sayang tahu, ampun. Lagipula mana aku menyadari karena aku tidak meminta IAI untuk mencari tahu asal-usul semua ini. "

Uhh, itulah kenapa aku tidak suka melakukan sesuatu sebelum mengetahui semua detail tentang itu dengan sangat jelas. Kalau ada saja yang meragukan sedikit, aku pasti menunggu untuk mengambil sebuah keputusan itu. Sekarang ketahuilah apa yang terjadi kalau aku tidak mencari tahu segalanya sebelumnya. Bahkan aku tidak memastikan keberadaan keturunanku.

Aku tidak mengharapkan mereka tidak marah, aku hanya mengharapkan mereka berhenti melihatku seperti itu. Jujur, sama sekali tidak enak dan juga canggung jadinya kalau aku mau mengucapkan sesuatu. Semuanya tidak bisa dipungkiri bukan? Aku juga sebenarnya tidak ingin memulai semuanya ini, semua ini di luar kehendaku.

"Tidak hanya itu, bukankah kau mengambil alih semua harta yang dimiliki keturunan kita untuk membuat mereka jera? Namun apa sekarang? Justru malah ini akan membuat mereka semakin bergantung pada kita atau harta yang ada."

"Uhh.. aku tahu aku salah, maaf sayang…."

Untuk Kiera soal kesal dengan diriku aku masih bisa kupahami, tetapi kenapa yang lain juga melihatku seperti itu juga? Jujur aku tidak tahu kenapa mereka menatapku dengan begitu tajamnya setajam katana yang sudah siap memenggal kepalaku kelihatannya.

Mungkin aku tahu soal Shin, karena dia memang kesal soal hal ranking ini, tetapi soal Feliha, Lala, juga anak-anak Shin dan Lala, aku tidak tahu sama sekali. Tidak ada sedikit pun petunjuk dalam kepalaku yang bisa menjelaskan situasi ini dan reaksi mereka semua. Sekarang jangankan kabur dari acara ini, dari cengkraman semua yang menatapiku saja tidak bisa dan aku tidak berani.

"Sin… kau tahu, aku sungguh kesal dengan dirimu sejak lama. Bisa tidak kalau membuat perubahan itu jangan yang terlalu dratis seperti ini?"

"Ampun, ampun, aku juga tidak berniat begitu. Lagipula semua ini diluar kalkulasiku jadi aku tidak memperhitungkan semua ini akan terjadi."

"Walau begitu tahu melakukan riset kek seperti yang biasanya kau lakukan. Beneran deh, aku kesal dengan dirimu."

Benar juga ya? Kenapa aku tidak melakukan riset atau meminta IAI untuk menjelaskan semua yang kulakukan? Padahal IAI sudah kubuat dalam mode untuk mempelajari semua yang terjadi. Ternyata IAI dan ELISBETH pun masih belum dalam tahap terakhir yang tidak perlu diperbaharui lagi sistem dan programnya.

Lain kali lihat saja, kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi. Sekarang bisakah kalian lepaskanku dari semua ini? Aku benar-benar tidak sanggup bertahan dengan sorotan mata orang-orang yang berharga buatku. Rasanya aku seperti diujung tanduk dan membuat semuanya menjadi membenciku. Ini benar-benar menyakitkan.

"Papa tahu bukan kenapa papa dalam posisi ini dan semuanya marah kepada papa?"

"Ehh… sebenarnya papa tidak tahu sama sekali kenapa."

"Pfft."

Eh? Kenapa Feliha tertawa? Juga kenapa yang lainnya ikut tertawa? Apa maksud dari semuanya ini?? Beneran deh, sebenarnya apa yang terjadi sampai semuanya menjadi seperti ini? Jujur semuanya ini terasa aneh memang, tetapi aku tidak bisa memahami karena aku dasar dari alasan kenapa mereka tiba-tiba marah saja tidak tahu.

"Kenapa kalian tertawa??"

"Hahahaha, ya ampun papa, aku tidak mengira papa sampai menanggapi kami sebegitu seriusnya, hahahaha."

"Maksud kalian? Jadi kalian itu marah kepadaku hanya untuk mengerjaiku??"

Sebegitu jailnyakah mereka kepadaku sampai aku sebenarnya merasa benar-benar tertekan? Kalau memang iya itu agak berlebihan sih. Bahkan kalau aku tidak cukup tahan tadi, bisa saja aku depresi karena tiba-tiba dibenci oleh semua orang yang kusayangi dan kuperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Namun bisa apa aku dalam kasus ini, aku sebenarnya sudah cukup lelah untuk bercanda atau apa pun. Bukannya aku menjadi malas dengan bercandaan, tetapi pada akhirnya segala sesuatu mempunyai batasan yang tidak boleh dilampaui. Anggap saja kau bercanda ingin membunuh teman dekatmu, tetapi kau tidak tahu bahwa dia menjadi tertekan akan hal itu.

Kurasa karena aku terlalu lelah, aku sudah hampir mati perasaan lagi. Tidak pernah kubayangkan kalau misal aku dibenci semua orang akhirnya peduli tidak peduli alasannya. Mungkin aku akan kembali ke 'titik nol' di mana semuanya belum terbentuk termasuk perasaanku.

"Hahaha, papa ini, mengerti sedikit deh, tidak mungkin bukan kami marah-marah tanpa alasan yang jelas."

"Lalu karena apa?"

"Sebenarnya Tsuzumi sejak waktu itu masih saja mengambek denganmu Sin. Namun dengan permintaannya untuk memperlakukan dirimu seperti ini kepadaku, kepada Lala juga, dan yang lainnya, juga barusan kepada Kiera dan Feliha itu membuatnya kembali ceria."

Jadi maksudmu adalah kau mengorbankan kebahagiaan seorang untuk kebahagiaan yang lain begitu? Kalau begitu kurasa aku salah menilai kalian semua dalam suatu alasan dan kasus yang ada. Aku sedikit kesal jujur, lebih baik aku menyingkirkan diri terlebih dahulu.

Tanpa suatu peringatan, aku langsung saja keluar dari ruangan dan keluar dari gedung ini juga. Biasanya aku terbang dengan sihir, tetapi rasanya aku ingin terbang dengan sayapku kali ini, dua pasang sayapku yang kumiliki saat menjadi Lucifer. Dengan mendorong tanah, aku langsung saja terbang tinggi di angkasa.

"Aku tidak menyangka mereka sebegitunya memperlakukanku hanya untuk satu alasan seperti itu. Sudahlah, rasa kesalku pun tidak akan membuatku semakin baik."

Terbang dengan sayap dibandingkan dengan sihir itu berbeda. Memang, dengan sihir itu akan lebih efektif karena kecepatan segala macam masih bisa diatur. Namun karena bidang permukaan sayap lebih lebar, ada gaya yang membuat tubuh menjadi lebih lambat walau sedikit. Pada akhirnya itu juga tergantung pada orangnya masing-masing.

Kurasa aku harus berhenti memikirkan semua yang paling baik, karena belum tentu yang paling baik itu segalanya. Intinya lakukanlah apa yang menurutmu apa yang terbaik, tidak perlu muluk-muluk berpikir terlalu lama sepertiku, diriku benar-benar membosankan.

Sifat burukku muncul lagi, sifat yang mudah depresi hanya hal sekecil pun. Aku tahu kata sempurna tidak mungkin bisa digapai, tetapi saat harapanku sirna, jangankan kata sempurna, berhasil saja belum tentu. Itu kenapa cahaya harapanku… keluargaku… hah~ lupakan deh.

"IAI, cari lokasi hutan terdekat dan arahkanku ke sana."

"Tepat 4.6 km dari sini tuan. Arahnya sudah kusesuaikan di kacamata tuan."

Untuk diriku yang sedang tidak berpikir rasional, kurasa menyegarkanku dengan hutan adalah pilihan terbaik. Bagaimana pun hutan bukan hanya menjadi pemasok oksigen terbesar, tetapi juga bagian kenapa kita bisa hidup. Manusia suka menyepelekan hal simpel, itu kenapa aku suka berpikir panjang dalam menentukan sebuah keputusan, sekaligus memikirkan resiko dan dampak yang dihasilkan dari setiap keputusan.

Selain hutannya, aku juga mau mencari air terjun. Sebenarnya kalau hutan, dari kehidupanku yang sebelum-sebelumnya, hutan sudah selalu menjadi tempat yang kukunjungi. Namun kalau soal air terjun, itu sama sekali belum. Paling mentok danau, sungai, laut, tetapi air terjun, itu berada di level yang berbeda.

Dengan arahan IAI, aku tidak membuang waktu dan mengepakkan sayapku menuju ke arah tersebut. Sesampainya di sana, tentu saja aku mencari air terjun langsung dengan masih terbang dengan sayap-sayapku ini. Mungkin kalau orang melihat diriku, mereka akan benar-benar terkejut bagaimana seorang manusia bisa punya sayap. Maaf, dulu rasku setengah malaikat, setengah iblis, juga ditambah dewa. Terdengar OP, kalau tidak terhalangi mentalku yang buruk.

Bagaimana pun yang terjadi, diriku yang sekuat ini kalau mentalnya sudah rusak dan kehilangan selera seperti sekarang, aku tidak ada niatan untuk melawan baik. Lebih baik menyerah dan kalah dibanding menang dalam keadaan yang tidak menyenangkan sama sekali.

"Itu dia, ketemu. Aku tahu memang pasti ada air terjun."

Karena aku tidak membawa baju ganti lainnya, aku memasukan semua pakaianku ke dalam kalungku untuk mempermudah itu. Untuk suatu alasan rasanya aku ingin membawa diriku ke bawah deras air terjun itu. Katanya banyak orang, di bawah air terjun itu akan membersihkan dirimu dari pikiran yang negatif.

Buatku yang selalu ingin membuktikan segala sesuatu itu nyata atau tidak, tentu saja kulakukan. Namun kurasa aku jangan terlalu percaya diri karena tekanan yang dihasilkan itu luar biasa besarnya. Segar sih segar, tetapi aku tidak bisa bertahan lama di sini. Selain tekanannya, suhu air yang seharusnya dingin, menjadi panas karena gesekan.

"Fuaaa, segarnya~ air terjun memang menyenangkan."

Di bawah air terjun, rasanya segala emosi negatifku dicuci bersih dan disapu dari diriku sendiri jauh-jauh. Buat yang bukan pecinta alam, mungkin ini bukan saran yang tepat. Aku hanya mengatakan ini hanya untuk menyatakan apa yang aku ketahui dan aku sukai.

Lama-lama aku menjadi lelah juga di bawah tekanan air terjun karena sebagian besar aku menggunakan sihir untuk menekan balik secukupnya. Setelah mengeringkan tubuhku, akhirnya aku berjalan-jalan di hutan ini, tentunya juga setelah mengenakan pakaian.

"Kurasa pada akhirnya manusia itu akan tetap berubah ya pada suatu titik. Hanya alam saja yang bisa memahami perasaanku."


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C239
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión