Descargar la aplicación
2.04% Pria Dingin / Chapter 1: Prolog
Pria Dingin Pria Dingin original

Pria Dingin

Autor: Taeyoonna_Kim

© WebNovel

Capítulo 1: Prolog

PRADIPTA, siapa yang tidak mengenal keluarga tersebut? Yaitu keluarga konglomerat nomor satu di Jakarta Selatan, karena mempunyai cabang perusahaan di mana-mana, meskipun terpandang namun mereka ramah semua orang dan tidak pernah merendahkan siapapun.

Sebut saja Yanuar Pradipta selaku kepala keluarga tersebut, sedangkan istrinya bernama Maria Raquel Pradipta mereka dikaruniai dua anak laki-laki yang mempunyai sifat bertolak belakang yaitu Gibran Rafael Pradipta bersifat dingin terutama kepada kaum hawa dan sedikit tertutup, lalu ada John Nicholas Pradipta ia bersifat ramah seperti kedua orang tuanya dan mudah bergaul.

Kini mereka sudah duduk di bangku SMA, banyak para gadis yang tergila-gila kepada mereka berdua namun lebih cenderung kepada John karena bukan hanya visualnya yang tampan tapi kagum dengan kecerdasan dan juga sifatnya yang ramah.

Kenapa bukan Gibran? Pasti sudah tahu lah alasannya, baru lihat wajahnya saja sudah membuat menciutkan nyali apalagi sampai berani mengejar atau menyentuhnya, sudah pasti pria berkulit putih pucat itu mengeluarkan tatapan membunuhnya, menyeramkan bukan? Namun siapa sangka ada gadis yang mempunyai berkepribadian ceria, berani mencari tahu tentang sifat seorang Gibran yang sebenarnya.

Dia adalah putri tunggal dari pasangan Andreas Pradipta dan Tiffany yang bernama Annasya Gabriella Putri, lebih akrab dipanggil Anna, benar gadis yang memiliki tinggi 155cm itu merupakan sepupu dari John, memang awalnya dia merasa takut atas sifatnya Gibran namun setelah mendengar informasi dari salah satu siswi ditempat sekolahnya yang menyangkut dengan sifat manusia es itu, dia menjadi penasaran dan ingin mencari tahu penyebab yang sebenarnya.

Akankah Anna berhasil menjalankan misinya? Akankah sifatnya Gibran berubah?

-://:-

Sinar mentari pagi memasuki celah jendela, terlihat seorang pria berkulit putih pucat masih bergelung dibalik selimutnya, seperti enggan untuk meninggalkan kasur tersayangnya. Namun ketika mendengar suara ketukan dibalik pintu kamarnya membuat pria tersebut mau tak mau harus bangkit dari kasurnya, meskipun rasa malas menyelimuti nya.

" Nak, bangun sudah siang nanti kamu terlambat loh. " Suara wanita paruh baya itu dibalik pintu kamarnya.

" Iya mah. " Sahutnya singkat.

Kemudian pria berkulit putih pucat itu melangkahkan tungkainya dengan lunglai menuju kamar mandi untuk melakukan ritual pagi hari.

Selang berapa menit dia kembali, dalam keadaan rambut yang setengah basah dengan gerakan secepat kilat pria berkulit putih pucat itu sudah rapih mengenakan seragam sekolah nya, setelah itu dia bergegas menuju ruang makan.

Sesampainya disana dia memasang wajah sedatar datarnya ketika netra hitam pekatnya melihat keberadaan seorang gadis mungil yang duduk tepat disamping saudara kandungnya.

" Ck, kenapa dia harus ada disini sih? " Tanya nya dalam hati.

" Gibran, kamu kenapa gak segera duduk? " Tegur Yanuar.

" Gak apa-apa kok pah. " Sahut Gibran datar.

Dengan berat hati Gibran duduk disamping gadis mungil itu, hatinya merasa jengkel kepada kedua orang tuanya kenapa mereka harus menampung gadis itu didalam rumahnya.

Hendak menyantap sarapan pun mendadak hilang selera begitu saja, pria berkulit putih pucat itu hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa minat, sehingga mengundang perhatian kedua orang tuanya.

" Gibran, kenapa sarapannya gak dimakan? " Tegur Yanuar.

" Apa masakan mamah rasanya gak enak? " Tanya Maria penasaran.

" Iya ini mau dimakan. " Sahut Gibran terpaksa.

" Oh iya, Gibran, John, mulai hari ini kalian berangkatnya bareng Anna. " Ujar Yanuar.

" Iya pah. " Sahut John menurut.

" Kalian juga harus menjaganya. " Titah Maria.

" Udah besar kaya gitu suruh dijaga. " Gumam Gibran datar.

" Kamu barusan bilang apa? " Tanya Yanuar.

" Gak ngomong apa-apa kok pah. " Jawab Gibran datar.

Sebenarnya gadis yang duduk disamping nya itu mendengar ucapan nya sangat jelas, namun dia memilih diam meskipun hatinya merasa teriris.

" oh ya Na, kamu kelas berapa ? " tanya John ramah.

" kelas XI bang. " jawab Anna sambil tersenyum.

" wah sama dong aku juga kelas XI." Ucap John tersenyum lepas sehingga terlihat nampak jelas lesung pipinya.

" yaudah kalo gitu cepat sarapan, terus berangkat nanti terlambat loh." Ujar Maria.

Kemudian mereka pun menyantap sarapannya dengan lahap setelah selesai mereka segera berpamitan.

" Mah, Pah, kita berangkat dulu ya." Pamit John mewakili mereka.

" iya hati-hati." Jawab Maria.

Mereka berangkat menggunakan mobil milik pria berkulit putih pucat tersebut, John duduk di sebelah Gibran sedangkan Anna memilih di belakang. Suasana perjalanan sangat hening semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, tak cukup membutuhkan waktu lama selang 10 menit mereka telah sampai di SMA 8 JAKARTA yaitu sekolah yang terkenal Jakarta Selatan.

Gadis mungil itu berdecak kagum dalam hatinya dia merasa bahagia karena kedua orang tuanya tidak salah dalam memilih tempat pendidikannya. Pria berkulit putih pucat itu memutar bola matanya malas melihat Anna yang masih memandang kagum gedung yang menjulang tinggi nan megah di hadapannya tersebut.

" ck, jangan norak." Ucapnya dingin.

Anna yang mendengarnya pun segera menundukkan kepalanya sedangkan John merasa kasihan kepada sepupunya tersebut. Pria berkulit putih pucat itu segera berjalan menuju kelasnya tanpa menghiraukan keberadaan mereka.

" Maaf Na. " Lirih John pelan.

" untuk apa bang ? " tanya Anna heran.

" Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." Jelas John dengan wajah tertekuk.

" Gak apa-apa kok bang. " jawab Anna dengan gummy Smilenya.

" sungguh kau tak apa ? " tanya John memastikan.

" Iya bang. " jawab Anna singkat.

" oh iya kamu duduk dikelas XI apa ? " tanya John penasaran.

" aku sendiri belum tahu bang, karena aku belum daftar disini." Jelas Anna.

" kalau begitu biar abang yang mengantarkanmu ke ruang pendaftaran." Tawar John.

" Iya bang." Jawab Anna singkat.

Kemudian mereka pun berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah sehingga menjadi pusat perhatian para siswa siswi yang sedang bergerombol terutama para pria yang menatap wajahnya gadis mungil itu yang cantik, manik hazelnya, hidung mancung dan bibir penuhnya yang tebal dan memiliki warna pink cherry yang alami membuat dirinya bak barbie hidup, sementara John sendiri seorang pria tampan yang mempunyai lesung dipipinya membuat para gadis terpana.

Ada beberapa macam tatapan yang mereka dapatkan ada yang menatap kagum, ada yang menatap dengan rasa penasaran, ada yang menatap iri, dan ada juga yang menatap dengan wajah tak suka.

Bisikan-bisikan pun mulai terdengar.

" Kyaaa kak John ternyata sudah punya kekasih."

" wah benarkah itu kekasihnya kak John ? "

" Oh My God aku iri dengan gadis itu."

" mereka terlihat begitu akrab, sepertinya aku tak ada kesempatan."

" sok cantik banget sih jadi cewek."

" iya tuh pake deket-deket segala."

" pasti dia lagi caper sama John."

" Oh Tuhan semalam aku mimpi apa, kok hari ini ketemu bidadari."

" Daebak cantik banget, bibirnya itu loh menggoda iman."

" wow ada barbie hidup, aku harus deketin dia nih siapa tau jodoh."

Dan masih banyak bisikan lainnya. Anna menundukkan kepalanya karena malu telah dilihat banyak orang, pria berlesung pipi itu menyadari perasaan sepupunya tersebut sehingga dia segera memegang pergelangan tangannya Anna lalu mempercepat langkahnya. Tak lama kemudian mereka pun telah sampai ditempat tujuannya gadis tersebut.

" Makasih bang." Ujar Anna dengan gummy smilenya.

" apa perlu abang menunggu disini ? " tanya John.

" Gak usah bang, sebaiknya abang masuk kekelas saja aku tak apa disini sendirian." Ucap Anna. " sekali lagi terimakasih abang sudah mau mengantarkanku kesini." Lanjutnya.

" Tak masalah Na, baiklah kalo gitu abang masuk kelas dulu ya." Sahut John sekaligus pamit.

" Iya bang " Jawab Anna singkat.

Setelah John pergi dari hadapannya, gadis mungil itu segera mengetuk pintu didepannya sampai terdengar suara 'masuk' ia meraih knop dan membukanya terlihat seorang wanita paruh baya namun kulitnya masih terlihat cukup kencang Anna sempat melirik name tagnya guru tersebut bernama Nurma.

" silahkan duduk." Ucapnya ramah.

Ia pun menuruti perintahnya.

" ada yang bisa saya bantu ? " tanya Nurma.

Anna menarik nafas perlahan kemudian baru menjawabnya. "Begini bu saya pindahan dari SMA BOGOR RAYA, ingin mendaftar disini melalui jalur biaya yang sudah ditentukan disini, saya keponakan dari Bpk. Yanuar Pradipta dan Ibu Maria Raquel Pradipta." Jelas Anna.

Tentu saja nama mereka terkenal karena mereka merupakan donatur tinggi di sekolah tersebut.

"Oh jadi ternyata kamu orangnya ? Sebelumnya kemarin Pak Yanuar sudah menghubungiku tentang keponakannya." Ujar Nurma. " siapa namamu ? Dan bolehkah aku melihat raport mu ? " lanjutnya.

"Namaku Annasya Gabriella Putri, dan ini raportku." Jawab Anna.

Kemudian Nurma melihat nilai-nilai yang tertera diraport milik gadis itu, dia berdecak kagum karena Anna selalu mendapatkan nilai yang sempurna.

" baiklah kamu diterima disekolah ini." Gumam Ibu Nurma. " tunggu bel bunyi dahulu lalu saya akan mengantarkanmu kekelas." Lanjutnya.

" Terima kasih." Ujar Anna.

Ibu Nurma hanya menganggukkan kepalanya saja.

Selang beberapa menit bel pun berdering.

" mari ikuti saya." Ajaknya.

Gadis mungil itu pun menurut.

Kemudian mereka pun berjalan Ibu Nurma sebagai pemimpin jalan sedangkan gadis tersebut mengikutinya dibelakang.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C1
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión