(Lanjutan chapter 143)
'Kania, dengarkan aku. Semakin gila kau terhadap kasus ini bersmaa dengan Hana, aku akan semakin menggila mempermainkan hidupmu.'
'Mengaku sajalah kau pada polisi, bukankah kau yang membunuh kakakmu karena kau sangat tertekan dan benci dengan apa yang Tania dapatkan, tidak dirimu?'
'Aku tahu, Kania.'
Shit!
"Apa-apaan, Aldi? Apa yang ku lajukan memangnya? Bodoh sekali, aku ada di Vietnam saat itu, bagaimana bisa-bisanya aku yang menjadi pembunuh kakakku saat aku rela dan mau-mau saja meninggalkan hidup dan gelarku yang ada di Vietnam, dasar bodoh!"
Kania mengumpat sebisanya, dia dama sskali tdiakningin disalahnkan, siapapun juga tidak ingin. Tapi bagaimana bisa adik menjadi pembunuh akaknya bahkan saat dia sedang di Vietnam, oh?
Bukan Kania, bagaimana bisa menjadi Kania.
'Apa yang sedang kau katakan padaku, Aldi?'