Descargar la aplicación
3.2% Pernikahan Paksa / Chapter 14: Adik Ipar

Capítulo 14: Adik Ipar

Jasmine berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Disampingnya Iksan mengikutinya sambil terengah-engah. Kelas XII IPS 2 letaknya dilantai tiga paling ujung. Tempat yang paling strategis buat melakukan aksi gila-gilaan tapi paling menyedihkan kalau kesiangan.

"Jasmine..kenapa jalanmu begitu cepat,..Aku cape.." Iksan megap-megap kaya ikan kehabisan nafas.

"Elu yang payah. Anak laki-laki Kho kaya anak perempuan. lembek" Jasmine ngomel-ngomel.

"Manehmah lain jelema* biasa tapi super woman. Ga ada capenya. Apanan* tadi kita tadi udah lari keliling lapangan"

"Alaah...lari segitu sih ga ada apa-apanya"

"Eh tadi malam Kamu ikutan balapan lagi ga?" Tanya Iksan menanyakan kepastian

"Engga..Kayanya sampai hari Senin Aku bisa ikutan balapan"

"Hah?? Kenapa? Bukannya Si Alex kemarin nantangin kamu buat taruhan." Iksan bertanya

"Emang sih..tapi di rumah Kakek Gue lagi ada. Gue ga bisa kemana-mana."

"Tumben Kakek Kamu ga kemana-mana?"

"Iya Nih." Wajah cantik Jasmine jadi keruh. Seminggu ini Kakeknya pasti ada di rumah karena besok adalah hari pernikahannya. Jasmine jadi gelisah.

"Kenapa, Kamu terlihat seperti sedih, Ada masalah?" Iksan bertanya. Ga biasanya Jasmine wajahnya murung. Tipe gadis seperti Jasmine serampangan tapi penuh kebahagiaan. Lihat orang teraniaya Ia semakin bahagia. Emang kebangetan tuh anak. Walaupun begitu jiwa sosialnya tinggi. Hobinya nraktir temen-teman.

Begitu sampai di depan kelas. Mereka segera mengetuk pintu. Suasana sangat hening. Kemungkinan guru sudah ada di kelas. Ketika Jasmine mengetuk pintu tidak ada suara.

Perlahan Jasmine membuka pintu, ternyata di dalam kelas belum ada gurunya. Hmmm... tetapi mengapa suasana begitu hening. Ia menjadi tidak enak hati. Ia segera masuk ke dalam kelas. Semua orang tampak duduk dengan tenang. Terlihat sedang khusu. Jasmine perlahan duduk di samping Serena yang tampak asyik membaca buku.

"Serena kenapa suasana di kelas sepi begini, padahal ga ada guru?" Jasmine bertanya sambil terheran-heran.

"Eh..Kau. he..he..he.. apa kabarmu?, Kenapa kemarin tidak sekolah?"Serena malah balik bertanya sambil cengengesan. Melihat Serena cengengesan, Jasmine langsung teringat kejadian waktu itu.

"Kau!! Melihat senyummu yang menyebalkan. Jangan nanya-nanya mengapa Aku tidak sekolah kemarin. Kau tahu persis mengapa Aku tidak sekolah. Aku jadi ingat belum memberikan perhitungan denganmu, Aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak sadarkan diri setelah meminum air sirup darimu. Dan Aku bangun dengan kakakmu ada disamping ku" Jasmine berbisik dengan kesal.

"Kakak Ipar, Kau tidak usah sungkan. Tidur dengan calon suamikan tidak apa-apa. Apalagi cuma tidur bersama bukannya bangun bersama. Yang bahaya itu bukan tidur bersama tapi bangun bersama dan melakukan sesuatu" Serena tambah cengengesan.

Jasmine mencekal tangan Serena dengan kuat. "Otak kamu selalu mesum. Aku jadi khawatir otak Kakakmu juga mesum"

"Jangan bicara sembarangan. Otak Kakakku bersih dan suci." Serena cemberut.

"Oh ya..Kau membelanya karena dia kakakmu"

"Kau beruntung mendapatkan barang yang begitu bagus. Kakakku selain tampan juga baik hati dan jenius. Sedangkan Kau, boro-boro jenius, Nilai saja dibawah KKM* semua."

Jasmine jadi kesal Ia langsung mencekal tangan Serena dengan keras.

Serena memekik, "Kamu mau mematahkan tanganku, Kakak Ipar Aduuh sakit"

"Lihat saja Aku tidak akan pernah mengampuni Kakak mu" Kata Jasmine sambil melepaskan pegangannya.

"Kau yang nanti tidak akan dilepaskan Kakakku"

"Kakakmu terlihat sangat cantik dan lemah lembut, Aku ragu Ia dapat melayaniku dengan baik"

Serena menyeringai. "Ia terlihat lembut di luar. Apa Kau tahu bagaimana bentuk tubuhnya ketika Ia telanjang. Badan dia sangat bagus"

"Akh tidak, Kau begitu jorok Serena." Wajah Jasmine memucat.

"Jorok apanya, Otakmu jangan ngeres!!, Aku hanya membicarakan tentang bentuk tubuhnya bukan yang lain-lain." Serena nyekakak.

Jasmine berteriak kesal sambil menutup telinganya.

"Aaakh... cukup Serena!! Hentikan omong kosong mu!!. Kau tahu, Aku berandalan. Tapi otakku masih waras. Aku tidak seperti mu yang bintang kelas tapi otakmu penuh dengan hal-hal yang berbau mesum. Aku jijik mendengarnya" Mulut Jasmine yang begitu tipis dan mungil tampak mengerut-ngerut kesal. Matanya yang lebar tetapi sedikit sayu melotot. Tapi malah membuat wajahnya yang cantik semakin cantik. Wajahnya yang oval dengan dagu yang lancip serasi.

Sampai kemudian mereka berdua terdiam karena Guru Ekonomi sudah masuk.

"Assalamualaikum " Kata Bu Nunik memberikan salam.

Anak-anak menjawab serentak. "Waalaikumsalam"

"Ok.. sesuai janji Ibu Minggu lalu, Hari ini kita Ulangan."

Jasmine langsung pucat pasi. "Ulangan?? Kenapa Aku tidak tahu?" Kata Jasmine sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Pantas saja teman-temannya tampak pada tenang. Rupanya mereka sedang belajar.

Bu Nunik rupanya mendengar gumaman Jasmine.

"Tentu saja Kau tidak tahu, karena Minggu lalu Kau tidak hadir. Kau ikut dengan anak laki-laki pemain sepak bola untuk menjadi suporter mereka."

Jasmine langsung terdiam. Memang benar Minggu kemarin Ia tidak masuk kelas karena dia ikut dengan para pemain sepakbola yang sedang bertanding dalam turnamen tahunan yang diselenggarakan oleh Universitas Buana.

"Ibu harap kali ini Kau sudah siap menghadapi ulangan" Ibu Nunik menatap Jasmine.

Jasmine tersenyum dengan wajah aneh. Ia mengheheh..sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Siap darimana catatan ekonomi nya juga ga punya. Teman-temannya langsung pada cekikikan. Wajah cantik Jasmine terlihat tampak begitu bodoh.

Melihat teman-temannya tertawa Jasmine langsung melotot tajam membuat tawa mereka terhenti seketika. Jangan coba-coba menyinggung Nona Besar Jasmine kalau tidak ingin pulang sekolah di babak belur dikerjai.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C14
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión