"oke.. baiklah.. aku butuh waktu berfikir.."
"sampai besok!"tegas Tristan
"hah?!"
"ya.. kau cuma punya waktu 24 jam untuk memberikan ku jawaban, aku tidak mau bertele-tele "
Aura mendengus kasar mendengar desakan dari si CEO dingin ini.
"kenapa harus buru-buru?"
" aku bukan pria yang bisa kau gantung,, jadi aku butuh kepastian segera.. kita akan mencoba dulu atau tidak.."
"kau lucu.. pernikahan bukan untuk coba-coba"
"yang ingin menikah siapa?"
"apa???!!" Aura mulai naik darah.
"aku tidak bilang menikah,, aku bilang bertunangan jika kau mau,, kita akan coba selama tiga bulan,, kalau cocok kita bisa melanjutkan ke pernikahan,, kalau tidak.."
"kalau tidak apa??"
Tristan tersenyum sinis sebelum melanjutkan kata-katanya.
"kalau tidak... kita berpisah sebelum lanjut ketahap pernikahan.."
"kau gila..." hardik Aura dengan wajah memerah, rupanya si pria dingin tengah menawarkan kesepakatan padanya.
"terserah menurut mu apa.. ingat besok aku menunggu Jawaban mu.. tegaskan dan jangan berbelit-belit,, !!" ultimatum itu ia lontarkan tanpa bergeming sedikitpun,, membuat Aura begidik tidak berani menatap si mata coklat,,
Aihhh!! Sangat berbeda dengan perlakuan manis Aldi terhadap nya.. pria ini justru sangat menjengkelkan!!!
***
Dinner bertema negosiasi menurut versi Aura akhirnya selesai, pria dingin tidak membiarkan gadis bergaun selutut pulang sendiri. Aura patuh mengikuti Tristan sampai kedalam Lexus hitamnya.
Sebelum masuk Aura meraih sebuah kotak berisi coklat yang diletakkan dikursi penumpang depan. Ia mengerenyitkan dahi, kotak bewarna gold dengan logo 'Gudang Coklat', berlapis mika bening sehingga terlihat jelas coklat bewarna pink muda berbentuk hati.
"ini milik mu??" tanya Aura setelah dia berhasil duduk disebelah .
"ya.." Tristan segera mengambil kotak gold itu,, dia hampir lupa tentang coklat yang dititipkan Widya pada Jhony setelah meeting mereka selesai.
"dari pacar mu??" selidik Aura kepo "ohh astaga kau tidak mungkin punya pacar..." ledeknya tertawa.
"bukan urusan mu.." sergah Tristan tidak minat menyahuti ucapan Aura, ia mulai mengemudi kan Lexus hitamnya menuju jalan kerumah sang gadis.
"apa itu pemberian Zara? aku perhatikan kalian cukup dekat.."
Tristan mengangkat satu alis mata, sesekali melirik gadis anggun disebelah kemudi yang tengah mengorek informasi darinya.
"kenapa kau berfikir coklat itu dari Zara??"
deg!
jeda sejenak.
"sebenarnya aku tidak minat dengan urusan kalian, tapi apa aku boleh tau kalian kenal dimana??"
Tristan berdelik, Aura mulai membuka topik lain.
"dia pernah menolong Oma Diana.. sejak itu kami kenal dan sekarang dia salah satu mahasiswi binaan perusahaan ku yang mendapat bantuan modal kerja.."
"oohh..," Aura membulat kan bibirnya pertanda rasa penasaran sudah terjawab. "hanya itu.. tidak ada yang lain..,"
"menurut mu??"
raut wajah sumringah Aura mendadak kecewa dia berharap bahwa Tristan akan bersemangat cerita tentang Zara dan membenarkan keyakinan nya bahwa sang pria tengah jatuh hati pada adik tirinya itu.
.
Beberapa saat dua orang insan di dalam Lexus bungkam diam seribu bahasa, menenggelam kan diri dengan pikiran masing-masing,,
"seperti nya gadis yang memberikan coklat itu menyukai mu.. kenapa kau tidak mengajak dia saja untuk bertunangan.." Aura tak kehilangan ide.. entah mengapa dia punya felling bahwa Zara lah yang memberikan coklat itu, dia harus bisa mendapatkan jawaban malam ini juga.
"seandainya bisa..aku akan memilih gadis itu.." lirihnya dengan pandangan hampa,, bagaimana dia bisa mengajak mahasiswi untuk bertunangan, lagipula dia juga tidak tertarik pada Widya!
"kau tidak bisa melakukan nya karena dia milik orang lain" Aura tebak-tebak buah manggis,, dia hanya asal bicara,, siapa tau benar.
Tristan mendengus kasar,, tidak menjawab pertanyaan tidak penting baginya.
"kita sudah sampai..." ujar Tristan menekan rem hingga berhenti di halaman rumah Aura.
"baiklah terimakasih..." Aura membuka pintu mobil, tersenyum tipis kearah pria yang tidak menatapnya.
"pikiran lagi tawaran ku,, kau bisa berbalik arah lalu belajar melupakan atau tetap maju meskipun kau tahu jalan didepan mu adalah jurang" tutur Tristan datar, gadis disebelahnya terperanjat mendengar penuturan barusan. Aura menggigit bibir bawahnya, seperti nya Tristan tahu bahwa dia sangat berharap pada Aldi!
"terimakasih mengingat kan ku,, tapi kata itu juga berlaku untuk mu.. pasti kau sangat menyukai gadis pemberi coklat itu.." sinis Aura segera turun dan menutup pintu mobil tanpa berbasa-basi lagi,, dia sudah kehabisan energi menghadapi si mata coklat.
"gadis naif sok tahu...," gumam Tristan mengekori langkah Aura yang segera menghilang dari balik pintu.