Setibanya dirumah Zara tak henti tersenyum mengingat ekspresi terkejut Aura. yaahh paling tidak ia ingin Aura sadar dengan posisinya.
"Zara aku akan ke cafe lagi.." Aldi berpamitan sebelum Zara turun dari mobil.
"ya.. baiklah.. aku menunggu mu pulang suamiku.. " sahutnya sedikit manja.
"ciih.. kenapa kau manis sekali.."
Zara nyengir menahan malu...
"baiklah.. cepat pergi sana nanti Dimas merajuk lagi..." usir zara menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, ia segera turun dan melambaikan tangan.
***
Berbagai macam mode baju diperagakan oleh model-model bertubuh jenjang nan indah,, mereka melangkah secara bergantian di atas catwalk memamerkan keindahan rancangan Aura sang desainer.
Kebetulan Zara ada diacara fashion show sekaligus pameran produk Aura. Ia datang bersama Oma Diana dan Tristan, perusahaannya salah satu sponsor diacara itu.
"hai Oma.. apa kabar lama kita tidak bertemu.." sapa Aura mendapati Oma Diana yang tengah duduk disalah satu kursi dalam ruang peragaan busana
"kabar Oma baik.. kamu sendiri.."
"aku juga baik Oma..." sahut Aura melirik kepada gadis yang tak asing lagi duduk disebelah Oma Diana. "Zara.. kau disini??"
"kalian saling kenal??"
"ya Oma.. dia.. istri temanku.."
Oma Diana menoleh pada Zara,, gadis itu tersenyum simpul.
"benarkah?? dunia sempit sekali ya..." gurau Oma Diana kemudian diperkenalkan juga pada Aldi yang kebetulan baru kembali dari toilet.
.
"jadi.. pria itu suami mu??" tanya Oma Diana sedikit berbisik pada Zara memberi kode dengan mengangkat alis untuk menunjukkan posisi Aldi yang kini duduk di samping Aura. Usia Oma sudah senja, jadi ia bisa menangkap ada yang tak biasa diantara Zara , Aura dan laki-laki yang dikenalkan sebagai suami Zara.
"ya Oma.. " angguk Zara kikuk.. lalu Oma Diana mulai bercerita ikhwal kenapa ia dan Aura bisa kenal,, ternyata almarhumah Bianca adalah sahabat Aura di masa kuliah, bahkan Aura juga cukup dekat dengan Tristan dan keluarga, tidak heran jika perusahaan Tristan mau menjadi sponsor untuk Aura membuat pameran hasil karyanya.
.
Suara riuh tepuk tangan penonton yang hadir dalam acara itu membahana ketika sang desainer yang masih mengenakan tongkat ikut berjalan diatas catwalk diiringi para modelnya.
Dari kejauhan pandangan Aldi terus menguntit sosok Zara yang duduk diantara Tristan dan wanita separuh baya yang tadi dikenalkan padanya .Matanya memincing memperhatikan tiap gerak gerik Zara sampai ia tak fokus dengan penampilan Aura di atas catwalk.
"terimakasih atas kehadiran semuanya dan kepada pihak sponsor sehingga acara hari ini bisa terlaksana... saya bahagia hari ini bisa mempersembahkan karya terbaik saya setelah beberapa bulan sempat mundur dari jadwal seharusnya karena sedikit insiden yang membuat saya harus menunda peluncuran karya saya... " ujar Aura tersenyum pada semua mata yang tertuju padanya "saya juga ingin berterima kasih pada mama dan.. seorang yang penting dalam hidup saya.. dia seorang sahabat yang selalu ada di saat saya melewati masa-masa sulit.. " sepasang netra indah dengan bulu mata lentik itu menatap kearah lelaki yang ia harap perasaannya tetap sama untuk dirinya "saya mohon kepada Aldi agar bisa naik keatas catwalk..."
Aldi tersentak ketika namanya di panggil, ia masih dengan kesibukannya.. menguntit Zara!
Segera ia mengambil buket bunga untuk dibawa ke atas catwalk, Aura senyum sumringah menyambut buket yang dibawa oleh sahabatnya.
"dialah orang yang selalu ada disamping saya dan selalu mensupport sehingga saya bisa terus berkarya... terimakasih Al..." pungkasnya melayangkan ciuman kepipi Aldi. mata pria itu terbelalak, seharusnya ia merasa senang karena dulu dia sangat ingin memiliki gadis itu,, tapi sekarang... akkhh!!
Suara tepuk tangan kembali terdengar dan beberapa juru foto mengabadikan momen itu.
Zara bangkit dari duduknya ia segera menuju toilet,, di kaca besar dalam toilet Zara memandang wajah diri, berulang kali ia menghembuskan nafas kasar..
inikah cara Aura membalas ucapannya tempo hari? ada perasaan bergemuruh dalam hati,, yah! tidak bisa dipungkiri semakin hari mereka bersama semakin sulit bagi Zara melupakan perasaannya kepada pria bermata elang yang akhir ini lebih pedulikan pada dirinya... apa mungkin itu cinta... ??astaga!! benarkah ia bertanya pada hatinya sendiri.
***
"sepertinya kalian semakin dekat...?" pertanyaan itu menghentikan langkah Zara yang baru keluar dari toilet, gadis yang mengenakan midi dress warna biru pastel itu menoleh keasal suara, terlihat Aldi memasang wajah pongah.
"apa maksudmu...??" alis Zara menyatu
"yah.. aku pikir kau hanya kenal sama CEO itu saja.. tapi.. ternyata lebih dari itu..." sindir Aldi sinis
Zara melengos, ia kesal pada tuduhan yang diarahkan padanya.
"kau sendiri dan kau Aura sepertinya sangat serasi" Zara balik menyindir, Aldi menarik kasar lengan Zara, memaksa gadis itu untuk melihat dirinya, ada kemarahan yang berusaha diredam oleh suaminya.
"jangan berlebihan Al.. kau tahu pernikahan kita hanya kesepakatan.. dan.. kau sendiri yang ingin aku tidak berharap pada pernikahan kita... akan lebih baik kalau kita tidak saling mencampuri" kali ini Zara memberanikan diri menatap Aldi,, suaranya bergetar menahan sesak yang memenuhi rongga dada.
"aku hanya ingin kau ingat.. bahwa kau adalah istri ku!!" ujar Aldi dingin,, Zara jadi takut dengan tatapan Aldi yang tampak penuh kemarahan. Segera ia melepaskan cengkramannya, matanya mulai memerah dan meninggalkan Zara disana.
deg!
.