Tristan menepikan lexusnya, netranya menangkap sosok gadis yang tadi makan malam bersama nya. Aura masih berdiri di loby cafe, seperti tengah menunggu sesuatu.
Bunyi klakson mobil terdengar beberapa kali tetapi sang gadis tampak acuh,, Tristan membuka kaca mobil.
"mau pulang bersama ku??" ia menawari dari dalam mobil, ah! dia ingat jika Aura tidak pulang bersamanya bagaimana ia harus mempertanggungjawabkan pada Oma Diana yang sudah mengatur pertemuan mereka malam ini. "jangan salah sangka aku hanya tidak tega melihat gadis pulang sendirian malam-malam begini"
Aura melengos, ia tidak suka cara Tristan.,
"aku sudah memesan taxi online..."sahutnya acuh, kemudian mengumpat karena Driver tiba-tiba membatalkan orderan.
"baiklah.. jaga dirimu.. " pungkas Tristan hendak melaju namun niat itu diurungkan Karena ia menangkap wajah manyun dari si gadis, lalu ia turun dan membukakan pintu mobil "kamu mau ikut aku atau mau menunggu disini sampai pagi..."
oh ya tuhan.. kalau bukan karena mamanya yang meminta dia untuk naik online mungkin dia tidak butuh pertolongan pria congkak satu ini!!!
Tristan membawa laju kemudi mobilnya, sepanjang jalan mereka hanya membisu sibuk dengan pikiran masing-masing.
"maaf.. apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Aura membuka sebuah topik pembicaraan,, dia penasaran seperti apa hubungan Tristan dengan Zara.
"apa?"
"hmm... aku perhatikan kamu sama Zara cukup dekat.. apa kalian sudah kenal lama?"
Tristan tersenyum sinis,, bisa-bisanya Aura mengorek informasi tentang hubungan dia dan Zara seperti apa.
"kamu sendiri,, bagaimana hubungan mu dengan suaminya Zara ??" Tristan balik bertanya membuat Aura mendengus kasar, dia kesal bukan main kalau harus ingat bahwa dirinya dan Zara adalah saudara tiri!!!
"kamu belum jawab aku..." desak Aura kemudian,, dia harus memastikan bahwa Tristan menaruh hati pada Zara,,
"ya lumayan.. ceritanya panjang,, lagipula itu sama sekali ngga penting" tegas Tristan tidak ingin Aura berfikir macam-macam tentang hubungannya dengan Zara,, dia tidak mau akan ada kesalahpahaman yang akan melukai gadis berwajah sendu. "kamu tidak usah menjawab pertanyaan ku.. aku tahu sejak dulu kedekatan kalian dari Bianca!" ujar Tristan meyakinkan bahwa almarhumah Bianca pernah bercerita tentang seorang Aldi yang selalu berada di sisi Aura sejak dulu.
Sebenarnya, Aldi dan Tristan pernah bertemu sebelumnya saat itu Aldi tengah menjemput Aura dan Tristan menjemput Bianca dari sebuah salon.
"yah.. seharusnya kamu memang tau... dan seharusnya aku yang jadi istri Aldi.." gumam Aura menenggelamkan matanya yang berkaca-kaca pada pemandangan lampu jalan yang terasa begitu menyilaukan.
Suara yang terdengar bergetar itu bisa diartikan sebagai sebuah kekecewaan yang berat. Yah! mungkin perasaan Aura cukup dalam terhadap Aldi.
"terkadang tidak selalu kita harus memiliki orang yang kita inginkan.." tutur Tristan membuat Aura terhenyak seakan dia sedang ditegur "cinta tidak pernah memaksa, kita juga harus merelakan dia bersama kebahagiaannya... jadi kamu tidak perlu merasa patah hati..*
"cihh.. sok tahu.." cibir Aura "apa aku terlihat seperti orang yang patah hati...??"
"menurut mu?? tapi aku yakin kamu pasti sangat terluka..."
Kali ini Aura memilih bungkam, oke,, kamu benar Tristan aku orang yang paling patah hati setelah dicampakkan oleh orang yang aku cintai... Desis Aura dalam hati.
"kita harus berusaha belajar mengobati luka hati kita sendiri.. supaya kita tidak hancur karena cinta itu.. saat ini hati kamu seperti potongan puzzle yang berantakan jadi kamu harus menyusun nya menjadi sesuatu yang utuh lagi..." ujar Tristan mengibaratkan kondisi hati masing-masing dari mereka. Meskipun harus tertatih tapi mereka tetap harus bangkit dari perasaan mereka sendiri .
"kamu benar..." Aura tersenyum pertama kali sejak pertemuan mereka di awal makan malam "kita berteman..." gadis itu mengulurkan tangannya,, Tristan menyambut uluran tanga halus itu,,, baiklah mungkin dia harus belajar menyusun puzzle hati... entah akan utuh kembali atau akan tetap menjadi kepingan puzzle yang berantakan.
Belajar melupakan akan lebih sulit daripada belajar mencintai seseorang, kau harus berusaha segenap jiwa melupakan tiap jengkal perasaan yang dulu ada,, perasaan yang dulu adalah kebahagiaan kini berganti sebagai kepingan luka yang harus diobati.
***
Nyonya Lidya mengetuk pintu kamar Aura, dia harus memastikan tentang makan malam yang sudah ia dan Oma Diana atur.
"ada apa ma?" tanya Aura agak malas, dia tau tujuan mamanya mampir kekamarnya malam-malam begini pasti introgasi seputar pertemuan makan malam yang mengandung intrik perjodohan ala-ala jaman now!!
"boleh mama masuk?" ijin nyonya Lidya kepada putrinya, sejak dia menikahi Derry banyak waktu yang ia lewatkan bersama Aura, gadis itu jadi tertutup bahkan sering menentang dirinya. Semua bukan kesalahan Aura,, dialah yang sengaja menghancurkan kepercayaan diri putri kecilnya!
"kenapa ma??"
"MMM.. mama cuma mau tau gimana makan malam kamu sama Tristan??"
deg!
deg!