Tak sabar rasanya Aldi ingin telponnya segera mendapat jawaban.
"ya.. ada apa.." sahut Zara menyambut telpon tumben dari suaminya.
"apa kau sedang kuliah..."
"tidak aku sekarang di rumah Widya.. ada sesuatu yang kami kerjakan..."
"ohh.. begitu ya..." Aldi menghembuskan nafas lega, paling tidak ia bisa tahu Zara kini bersama temannya bukan bersama CEO itu... ahhh!! sungguh mengganggu pikirannya.
"hallo.. haloo..." Zara agak kesal pada Aldi dia yang telpon tapi dia yang lebih banyak diam, sungguh tidak jelas!!!
"ada apa??" Zara mengulangi maksud si penelpon.
"tidak aku hanya ingin mengingatkan, jangan pulang terlambat.. kau harus masak nanti..." titah Aldi membuat alasan yang diluar nalar Zara .
Gadis itu bersungut makin kesal saja,, untuk apa menelpon kalau cuma urusan makan malam yang masih sekian jam lamanya, lagipula kenapa harus repot Aldi kan punya resto sendiri Kalau pun lapar dia bisa langsung makan, ada chef handal yang akan menyiapkan menu kesukaannya.
"iya iya.. aku tahu itu.." sahut Zara malas. sambungan telpon dimatikan.
"cieee... enak ya.. ada yang kangen masakan istri..." ledek Widya senang melihat wajah berlipat sahabat nya.
"apaan sihh ..." protes Zara malu.
Tak lama ponsel Zara kembali berdering, kali ini dari Oma Diana.
"ya Oma.. apa kabar.."
"Oma baik sayang,, apa Zara sibuk hari ini??"
***
Ternyata Oma Diana sengaja mengundang Zara untuk mampir kerumahnya,, memang kebetulan mereka tinggal di komplek yang sama cuma beda blok saja. Sore itu Oma Diana menunjukkan kebolehannya membuat larva cake yang ia pelajari dari Chanel YouTube.
"bagaimana enak tidak..."
"ini bukan lagi enak tapi lezat..." puji Zara memberi dua jempol untuk oma, mereka duduk di dekat kolam renang sambil menikmati kudapan yang disediakan Oma.
"rumah kita tidak terlalu jauh.. jadi sering-sering main kesini ya"
"siap Oma..."sahut Zara sumringah.
"kadang Oma selalu merasa sendirian.. dulu waktu Bianca masih ada Oma tidak pernah sepi seperti ini...," tutur Oma Diana menerawang.
"Bianca?? putri Oma..." alis Zara menyatu
Oma Diana menggeleng lemah..
"dia istri Tristan.." wajah Oma jadi murung "tapi.. dia sudah tiada..." lanjut Oma lagi.
"aku turut berduka Oma..." Zara meraih jemari Oma Diana "Oma tenang aja.. Sekarang ada aku..,, kalau Oma butuh teman aku bisa datang.." hibur Zara, Oma Diana tersenyum, terlihat jelas sinar kecantikan tak pudar dari wajahnya yang mulai dihinggapi keriput.
Tak lama Tristan pulang, ia dapati omanya sedang bercengkrama dengan seorang gadis, tidak mungkin gadis itu suster Anna, pikir nya mempercepat langkah melihat siapa tamu mereka.
"Zara..??" Tristan terperangah,, bukan main ia ingin melupakan gadis ini,, yang ingin dilupakan malah datang sendiri.
"sudah pulang... cepat juga hari ini kamu pulang..." sapa Oma pada cucu tunggalnya.
"ya Oma.. aku sedang tidak enak badan..." ujar Tristan pamit kekamarnya, ia hanya sekilas melirik sama sekali tidak berminat menyapa Zara disana, sementara perlahan senyum yang terlukis diwajah sendu gadis itu memudar.
***
Tristan merebahkan tubuh di atas spring bed king size yang terbungkus sprei putih bersih. Ia pandangi langit-langit kamarnya. Ada perasaan kurang nyaman ketika ia menatap wajah Zara,, entah lah sejak tahu Zara gadis yang sudah bersuami ia benar-benar berusaha untuk melupakan Zara,, ia marah pada diri sendiri kenapa membiarkan gadis itu berada dekat posisi Bianca dihatinya.
Semakin ia coba.. perasaan itu kian membuatnya tersiksa. Tristan segera bangkit dari rebahannya, segera ia keluar dari kamar hendak menyusul Zara yang sedang berada dirumahnya.
"dimana Zara Oma..??," tanya nya bingung mendapati sang Oma berdiri diteras sendirian.
"itu baru saja pulang... tadinya Oma mau kamu antar Zara,, tapi gadis itu ngotot pulang sendiri.."
"oohh.." terbesit rasa sesal sudah mengabaikan seorang Zara,,
"tadinya Oma ingin mendekatkan kalian berdua.. tapi sepertinya kamu kelelahan hari ini... "ucap Oma datar, "sudah saatnya kamu membuka hati untuk gadis lain,, tidak baik berduka terlalu lama,, dan Oma sangat menyukai Zara ,, Oma berharap pikiran kita sama" tutur Oma Diana berusaha meyakinkan cucunya.
Tristan melengos, bagaimana ia harus mulai mengatakan kalau tidak seharusnya Oma berharap lebih pada Zara ,,
"Oma.. " Tristan meraih jemari Oma lalu mencium nya beberapa kali... "dengarkan aku... Oma jangan berharap pada Zara..."
"kenapa?? karena kamu belum bisa melupakan Bianca.."
Tristan menggeleng, matanya membulat bingung seperti apa ia harus menjelaskan.
"dengar Oma.. Zara.. sudah menikah..." akhirnya ucapan itu tercetus juga, tak apalah lebih baik kecewa sekarang dari pada nanti,, Oma Diana mengerjabkan mata
"kamu bercanda..."
"tidak Oma.. ini sungguhan.."
"Zara tidak pernah cerita..."
"yah... kita tidak pernah bertanya status nya bukan.."
"benar juga..." lirih Oma Diana harus siap harapan nya hancur luluh. "Anna..." pekik Oma Diana memanggil susternya.
"ya oma.." yang dipanggil segera datang.
"aku lelah.. bantu aku kekamar...."
"baik Oma..." suster Anna segera memapah tubuh tua oma menuju kamar, tiba-tiba kepala Oma pusing mendadak, Tristan tertegun, ia biarkan Oma yang sudah tidak muda lagi itu berlalu. Seandainya bisa mungkin ia akan mengikuti saran Oma Diana untuk membuka hati pada cinta lain, namun apa dayanya ketika cinta itu hendak bersandar ia malah tak punya tempat disana
***