"kamu tidak apa-apa??" Tristan merasa bersalah sudah mengajukan pertanyaan yang mungkin sedikit sulit untuk dijawab oleh Zara. "maaf,, tidak usah dijawab.."
"ngga apa-apa kok kak... " Zara tersenyum masam "jodoh itu emang sulit ditebak.. yaah... aku dan Aldi terpaksa menikah karena sedikit kesalahpahaman... tapi setelah dijalani semua baik-baik saja..." wajah gadis itu berubah buram, meskipun dirinya dan Aldi sudah bersatu seperti suami istri pada umumnya tapi ia masih belum bisa memastikan perasaan Aldi padanya. Bisa saja semua yang terjadi hanya sebuah ketidaksengajaan atau hanya sekedar kewajiban semata, sampai detik ini pun Aldi tidak berusaha meyakinkan sesuatu tentang perasaan nya sama sekali!
"kamu benar.. kita tidak pernah tahu dengan siapa kita akan berjodoh..." pungkas di mata elang melanjutkan makan malamnya.
.
Tristan mengantar Zara sampai kerumahnya dengan menunggangi matic pink, tak lama sebuah mobil sedan mewah datang menjemput tuannya disana.
"makasih ya.. hari ini sudah ajak aku ikut kegiatan kamu..." ucap Tristan sebelum masuk kedalam mobil.
"sama-sama kak...maaf ngerepotin terus.."
"ngga masalah.. seneng bisa bantu kamu..."
Zara tersipu malu sementara Tristan menyuruh gadis itu segera masuk kedalam rumah sebelum suami pecemburu keluar dan melihat mereka bersama. Ia hanya tidak ingin pertemanan mereka disalah artikan oleh Aldi, seandainya hubungan Aldi dan Zara bukan pernikahan mungkin ia tidak akan segan untuk menyalip posisi sang penjaga hati yang terlihat tidak terlalu peduli pada gadis berwajah sendu.
.
Zara melambaikan tangan lalu membawa matic pink masuk kedalam gerbang yang telah dibuka oleh satpam penjaga. Terlihat mobil suaminya telah terparkir rapi digaransi, buru-buru zara mempercepat langkah, bisa-bisa Aldi akan berubah jadi macan yang siap menerkamnya karena ia belum masak apapun untuk malam ini!
***
Sepasang alis tebal menyatu dengan mata memincing kearah Zara yang berjalan ragu menuju kearah ruang keluarga, pria yang ia sebut suami tengah duduk disana
"maaf aku pulang terlambat..." ucap Zara agak gugup, pasalnya ada yang memasang wajah layaknya penjagal yang siap menyembelih hewan kurban tak berdaya, padahal dia Sudah bilang bahwa akan mengambil maticnya di rumah Tristan lalu menyelesaikan fast order yang diterima oleh Widya. "kau sudah makan?? aku bawakan nasi goreng.. mau?"
Hening sejenak.
"kalian bersama sampai malam begini??" tanya Aldi dingin membuat bulu kuduk Zara merinding, ia berharap suaminya tidak melihatnya pulang bersama Tristan.
"Ng.. itu.. yah.. maaf tadi kebetulan kak Tristan ikut kerumah Widya untuk melihat proses produksi gudang coklat... kamu.. ngga marah kan??"
Aldi menarik nafas panjang, ia sedang mengendalikan emosi yang bergejolak memenuhi rongga dada. Ingin ia ekspresi kan kemarahan yang meledak-ledak lalu menghardik si CEO yang masih saja tidak bergeming terus mendekati istrinya. Namun bukan kah sedikit bijak jika ia bisa bertanya baik-baik ketimbang harus marah yang hanya akan menyebabkan pertengkaran,, bagaimana jika nanti Zara kali ini sungguh akan pergi darinya?
Well.. sedikit berdamai dengan diri sendiri tidak akan ada ruginya sama sekali.
Tanpa banyak kata Aldi berdiri lalu memeluk sang gadis dalam dekapannya untuk memberikan sedikit rasa tenang. Yeah!! Zara seperti candu tersendiri, sejak mereka berjauhan beberapa hari, tidak saling bertemu dan tidak saling menyapa, ada kegetiran dan kegelisahan yang menyergap tanpa ampun. Rasa takut, marah, dan rindu bersatu padu membentuk lirik sedih menyelimuti dalam benak. Kali ini ia tidak ingin salah langkah!
"kau.. tidak usah jelas kan apapun... aku percaya padamu.." lirih Aldi membuat Zara terperanjat tidak percaya dengan perlakuan manis suaminya yang tiba-tiba melunak.
Ada perasaan nyaman dan damai berada dalam dekapan orang yang dicintai. Batin Zara berbisik, semoga waktu berhenti disini,, ia tidak ingin jika waktu kembali bergerak bayang-bayang Aura akan hadir ditengah mereka, belum lagi mau tidak mau ia harus menerima kenyataan bahwa Aura adalah anak dari wanita yang telah merebut ayahnya!!
"makasih ya Al..."
Aldi mengangguk pelan, mendekap kian erat tubuh mungil istrinya, entah sampai kapan ia bisa merasakan kenyamanan seperti itu
"iya dimaafkan... cepat siapkan aku makan.. " titahnya Kemudian.
"kau belum makan??"
"menurut mu??"
"gimana mau kasih makan,, kau tidak lepaskan pelukan mu..." bisik Zara membuat pelukan itu melonggar sehingga si wajah sendu bisa menatap suami yang memberikan pelukan hangat barusan, ia melayangkan senyum tipis yang siap memporak-porandakan benteng pertahanan si pria yang telah merasakan candu dari gadis yang kini ia sukai.
"wait ya.. aku siap kan dulu..." ujarnya mengelus pipi halus suami yang seolah baru kembali dari fantasi sesaat tentang perasaan asing yang kini menghampiri. Perasaan yang ia yakini itulah cinta.
akh! sial bahkan ia tak mampu berucap sepotong kata cinta pada gadis yang sepertinya bahagia saat bersama CEO Sempurna Grup!!!
.