Astro, Ayah, dan Om Chandra menemaniku menemui Paolo dan papanya. Kami membahas regulasi baru dari pemerintah dan menyiapkan strategi bersama. Di titik ini aku baru menyadari betapa memusingkannya menjadi Opa. Aku tahu aku mungkin saja belum terbiasa dan akan ada orang-orang yang membantu jika aku membutuhkannya, tapi mengerjakan pekerjaan ini untuk menggantikan Opa memang menjadi tekanan tersendiri untukku.
Kepalaku berdenyut mengganggu setelah semua percakapan kami selesai. Aku bahkan tak mampu mengalihkan tatapan dari pintu yang terbuka setelah Paolo dan papanya meminta diri untuk pulang. Gelap di luar sana karena hari sudah malam dan yang terpikirkan adalah bagaimana keadaan Opa di bawah tanah di makam tua yang bersisian dengan Nenek Buyutku.
Betapa hidup sangat membingungkan. Aku tak pernah membayangkan tumbuh dewasa akan serumit ini. Terlebih, kematian mendadak Opa mengagetkan semua orang. Entah kenapa kepergian Opa sekarang terasa seperti mimpi.