Hari demi hari berlalu kedekatan sebagai sahabat sejak kecil itu semakin renggang, beberapa kali Radit harus menunggu Dita selesai rapat dengan anak-anak mading. Walaupun Dita sudah meminta Radit untuk pulang dulu tapi laki-laki itu tetap kekeh menunggu urusan Dita selesai dan mereka tetap pulang bersama.
“Besok gua nggak balik bareng elu ya Dit,” tutur Dita ketika mereka berada di area parkir SMA 71. Waktu sudah hampir Maghrib, lagi-lagi mereka pulang sore.
“Kenapa?” tanya Radit yang sudah naik ke atas motornya dan disusul Dita. Motor yang membawa dua anak SMA itu melesat keluar lingkungan sekolah, di bawah langit senja ke-orange.
“Belakangan gua balik telat terus, gua nggak enak sama elu Dit. Tadi Kak Rifky nawarin boncengan kalo pas gua balik sore. Jadi elu nggak usah nungguin gua ampe malem,” jelas Dita sambil berteriak, berharap suara angin tidak menghalau setiap kata yang keluar dari mulutnya.