Naila Salsabila. Dia adalah seorang siswi kelas X di salah satu SMA negeri yang ada di daerah Bogor. Naila yang akrab dipanggil Nay merupakan seorang siswi yang cukup pintar namun memiliki kepribadian yang tertutup.
Naila memiliki tiga orang kakak yang sedarah dari ayahnya. Ibu mereka telah meninggal dunia ketika mereka masih kecil. Lalu lima tahun kemudian ayah Naila bertemu dengan ibunya dan memutuskan untuk menikah. Barulah saat itu Naila lahir.
Keadaan perekonomian keluarga ibu Naila membuat keluarga besar dari ayahnya kurang menyetujui pernikahan tersebut. Untungnya, kedua orangtua ayah Naila menyetujui pernikahan mereka dan menyukai ibu Naila. Naila bersyukur bahwa ayahnya begitu mencintai ibunya sehingga ibunya selalu diperlakukan dengan baik oleh ayahnya.
Sejak Naila lahir, dia tinggal bersama kedua orangtuanya dan kedua kakaknya, Alvian dan Naura. Sementara kakaknya yang ketiga, Tiara, tinggal bersama neneknya di Depok.
Rentang usia yang begitu jauh antara Naila dan kakak-kakaknya membuat dia kurang dekat dengan mereka. Naura adalah orang yang paling dekat dengan Naila. Sementara Alvian lebih sering menghabiskan waktunya di kamar atau di luar rumah bersama teman-temannya. Sehingga dia jarang berinteraksi dengan Naila.
Karena kondisi yang dia alami sejak kecil inilah yang membuat Naila menjadi anak yang tertutup. Dia terbiasa hidup mandiri. Walaupun dia memiliki kakak, dia tidak pernah bergantung kepada kakak-kakaknya. Sejak kecil dia terbiasa mendengarkan keluh kesah ibunya atas sikap yang dia terima dari keluarga ayah Naila. Maka dari itu, Naila tidak pernah menceritakan kesedihan atau masalah-masalah yang dia alami sejak kecil kepada ibunya. Karena dia takut ibunya semakin sedih dibuatnya. Sebagai gantinya, dia menceritakan semua keluh kesahnya pada hewan peliharaannya, si burung Nuri. Saat Naila sedih, dia selalu mengajak kedua peliharaannya ke loteng, lalu dia mencurahkan segala keluh kesah dan kesedihannya pada mereka. Hanya dengan cara seperti ini, sudah cukup membuat Naila merasa lega.
Dulu juga Naila sering bermain dengan teman-teman sebayanya yang tinggal disekitar rumahnya. Sampai akhirnya sesuatu yang buruk terjadi. Pada suatu hari, Naila mulai dijauhi oleh teman-temannya. Awalnya dia tidak mengerti mengapa semuanya menjauhi dia bahkan ada yang terang-terangan mengatakan untuk tidak berteman dengannya. Padahal Naila merasa dia tidak melakukan sesuatu yang buruk. Ternyata semua itu diakibatkan oleh salah satu tetangganya yang telah menyebarkan rumor mengenai orangtua Naila.
Pada saat itu, istri dari salah satu tetangga Naila sakit. Dan setelah pergi ke 'orang pintar', dia berasumsi bahwa penyakit yang diderita oleh istrinya adalah kiriman dari seseorang secara gaib. Dan orang pintar itu menunjukkan bahwa itu adalah perbuatan orang tua Naila. Padahal orang tersebut tidak menyebutkan nama, dia hanya mengatakan bahwa guna-guna itu mungkin dikirim melalui makanan. Berhubung orang tua Naila itu ramah dan sering berbagi makanan, maka mereka lah yang paling dicurigai oleh keluarga tersebut. Padahal orang tua Naila adalah orang yang taat beribadah, dan tidak pernah sekalipun jahat apalagi menggunakan ilmu hitam untuk mencelakai orang lain. Hal ini berlangsung selama satu atau dua tahun. Hingga pada akhirnya orang tersebut menyadari bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Naila jadi enggan berinteraksi dengan teman sebayanya yang tinggal disana sehingga dia lebih senang bermain sendiri dirumahnya dengan teman-teman khayalannya.
Kepribadiannya yang tertutup tidak membuat Naila kesulitan dalam bergaul. Dia hanya sulit untuk mempercayai orang lain apalagi menceritakan permasalahannya kepada orang lain.
Di kelas X, setelah berbulan-bulan lamanya dia berinteraksi dengan teman sekelasnya, akhirnya dia memiliki beberapa sahabat. Mereka adalah Indri, Dewi dan Anggi.
Naila juga mulai tertarik dengan lawan jenis yang sering dia lihat saat dia shalat di masjid sekolah. Awalnya dia tidak mengetahui siapa laki-laki itu sampai akhirnya dia mendengar teman-temannya memanggil namanya. Rahman. Rahman adalah laki-laki yang periang, memiliki postur tubuh yang tinggi sama dengan Naila. Dia juga berpakaian rapih, tidak seperti anak laki-laki lainnya yang sering mengeluarkan bajunya. Model rambutnya selalu dibelah tengah atau sesekali dia memangkas rambutnya dengan potongan cepak. Rahman juga tidak pernah berkata kasar atau kotor yang membuat Naila semakin tertarik dengannya.
Naila hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Dia tidak pernah bisa berbicara atau bahkan untuk sekedar berbicara dengan Rahman karena memang pada dasarnya mereka tidak saling kenal dan tidak berada di kelas yang sama.
Hingga pada suatu hari, Naila mengetahui bahwa Indri juga menyukai Rahman. Bahkan dia selangkah lebih maju daripada Naila. Rahman mengenal Indri juga karena mereka sempat satu kelompok saat Masa Orientasi Siswa di SMA. Dan pada saat itulah Indri tertarik dengan Rahman. Indri sering menitipkan salam pada Rahman melalui Anggi. Namun Rahman tidak pernah meresponnya.
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña