Tak terasa, dua bulan berlalu begitu saja.
Rosea masih terbaring lemah di atas ranjangnya tanpa membuka mata. Segala macam usaha telah mereka lakukan. Berkali-kali gadis itu hampir pergi untuk selama-lamanya, kejang secara tiba-tiba, dan komplikasi yang lainnya lagi.
Puluhan kali Alaric nyaris jantungan setiap mendengar berita bahwa istrinya dalam kondisi yang memburuk.
Selama dua bulan ini, mereka tak henti-hentinya berdoa, meminta pada Tuhan agar Rosea diberi kekuatan untuk berjuang lebih.
Seperti saat ini. Alaric tengah sibuk berdoa, meminta pada tuhannya untuk kesembuhan sang istri.
Tangannya menggenggam erat tangan Rosea yang sangat kecil. Pria itu sampai merasa sangat gemas. "Kau tahu sebesar apa rasa rinduku padamu? Sebesar bumi dan seisinya." Ucap Alaric.
Jambangnya telah dipenuhi oleh rambut yang tumbuh. Alaric sengaja tak mencukurnya, ingin Rosea yang mencukurnya saja.
Dia yakin Rosea akan bangun.
Dia sangat percaya hal itu.
Chapter selanjutnya kalau belum ada judul ceritanya berarti belum depa revisi. Depa mo makan dulu sebentar, habis itu langsung revisi hehe. Maaf:(