Saat jam enam pagi, Dean sudah bangun. Dia melirik Bryana yang masih terlelap begitu nyenyak dalam balutan selimut putih. Istrinya itu tampak kedinginan hingga membuatnya penasaran dan menyentuh keningnya.
"Dia demam," gumam Dean dengan gusar. 'Ini pasti karena perasaan tertekan dan trauma akibat kejadian kemarin."
Dean menatap wajah Bryana yang terdapat memar berwarna kebiruan di bagian sudut bibir dan samping mata, kemudian pergelangan tangan juga terdapat memar. Mungkin itu akibat cengkeraman Fin yang begitu kuat saat mencoba menodai Bryana.
"Aku tidak bisa bangun. Badanku sakit, ngilu, aku pusing," lirih Bryana dengan matanya yang terbuka namun sangat sayu. "Bawa Aidyn ke sini saja jika dia ingin susu."
"Bagaimana jika aku belikan susu formula untuknya? Untuk tambahan gizi? Keadaan mu sangat lemas, akan semakin lemas jika harus membagi energi mu padanya." Dean mulai memikirkan solusi.