Descargar la aplicación
2.94% Mirror Seizes The Soul / Chapter 9: Alex, Si tetangga

Capítulo 9: Alex, Si tetangga

Halaman. C

Apa yang terjadi jika kamu di rumah sendiri dengan perasaan takut yang semakin menghantui mu?

Jawabannya, berlarilah.

Tidak ada satu orang pun yang mampu bertahan di rumah sendiri saat sudah mengetahui betapa berbahaya-nya 'mereka'. Dan kamu pun tau apa yang seharusnya di lakukan sebagai tindakan untuk kewaspadaan, benar?

Bawa siapapun, tapi jangan seseorang yang kamu sayang. Mungkin keluarga mu yang paling di benci?

Bela bukanlah satu-satunya orang yang akan selamat meskipun berada satu ruang lingkup dengan mu, dia tidak akan tewas seperti halnya seorang Varo.

Dia ada berada di dekat mu, ah iya si laki-laki yang menjadi tetangga mu.

——

Berdecak sebal, Nada kini sudah berada di teras rumah yang tentunya jauh dari benda berbau cermin. Buku kuno yang menjadi petunjuknya itu kini berada di dalam genggaman, menjadikan dirinya menghambuskan napas saat selesai membaca apa yang tertulis di sana.

"Benarkah? Bela akan selamat? Kenapa orang tersayang yang di ambil, sedangkan orang yang paling ku benci itu justru yang aman?"

Dan apa tadi kata buku itu? Tetangga? Ya, satu-satunya yang dibenci Nada adalah Alex. Si laki-laki yang suka mengejeknya freak dengan wajah menyebalkan, baru pindah ke sini tapi sudah di hadapkan dengan tetangga seperti itu.

Nada menolehkan kepala ke arah rumah yang berada di sisi kiri rumahnya, menemukan seorang laki-laki yang tengah memegang selang keluar air karena sedang membersihkan mobilnya.

Meneguk saliva dengan susah payah, seperti menimang-nimang apa yang dikatakan oleh buku yang sudah tertutup dan berada di dalam genggamannya.

Kalau ia tidak segera menemukan orang yang tidak di sukai olehnya, bisa-bisa seluruh pekerjaan rumah yang harus di lakukan terpaksa tertunda dan bisa di tebal bagaimana murka-nya seorang Bela. Tidak perlu di jelaskan, tapi kemarahannya tidak akan mungkin dapat menandingi para makhluk yang menghuni cermin.

Memilih untuk beranjak dari duduknya, lalu dengan perlahan-lahan mendekati pagar pembatas rumahnya yang rendah. Ia mengamati Alex yang berada di sisi seberangnya, wajah tampan namun memiliki mulut lemes layaknya para perempuan.

"Mau gimana lagi? Lebih baik mencoba daripada gak sama sekali, iya kan?"

Akhirnya, Nada menguatkan hati. Ia dengan perlahan-lahan berjalan ke arah gerbang, dan keluar dari pekarangan rumah. Sampailah tepat di depan rumah Alex, ia langsung menepi.

"Hai, bodoh." sapanya, karena tidak ingin di injak-injak harga dirinya, jadi ia lebih memilih untuk memperlakukan laki-laki itu seperti memperlakukan dirinya.

Si sosok yang di maksud pun ternyata peka, dan langsung menolehkan kepala ke arah Nada dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa? Tuh kan kamu emang kutu buku, pasti kemana-mana sama buku terus."

Belum juga mengatakan maksud dan tujuan, namun sudah di ejek lebih dulu. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan, setelah itu membuang napasnya dengan perlahan. "Aku butuh bantuan, bisakah kamu menolong ku?" tanyanya dengan sedikit cicitan, ia merasa malu karena memang sebelumnya jarang berinteraksi dengan orang lain.

Alex merasa bingung, namun tak ayal menaruh asal selang ke tanah yang ditumbuhi rerumputan segar yang terawat rapi. Berjalan ke arah kran, dan segera mematikannya. Ia menghampiri Nada, dan membuka pintu gerbang namun tidak menyuruh perempuan satu itu masuk. "Minta tolong apa? Ku pikir kamu terlalu pintar untuk melakukan segala hal sendirian, mengingat kamu adalah kuru buku yang pintar dan rajin."

"Kali ini saja, Ibu ku sedang pergi."

"Ah iya, Ibu-mu ya? Katakan padanya, jangan terlalu keras memaki mu setiap pagi."

Nada yang mendengar itu nyaris membelalakkan kedua bola matanya, terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Alex. Baiklah, belum genap dua hari sejak kepindahan dirinya, ternyata sudah memberikan kesan yang buruk untuk beberapa tetangga, menyebalkan.

"Lupakan hal itu, ingin bantu aku, atau tidak sama sekali?" tanyanya, akhirnya malas untuk memohon karena Alex terlalu bertele-tele bertaya ini itu seperti tiada ujungnya.

Alex menolehkan kepala ke arah mobilnya yang sudah bebas dari busa, ia menghembuskan napas karena setelah ini tidak memiliki kegiatan apapun lagi. Kali saja di rumah si kutu buku ada hal yang menyenangkan, iya kan?

"Oke, ayo."

"Tapi mobil kamu gimana?"

"Biarin aja, nanti bisa di beresin lagi, chill."

Nada menganggukkan kepala, setelah melihat Alex yang sudah kembali menutup gerbang dan berada di sampingnya. Ia langsung saja melangkahkan kaki dengan laki-laki tersebut yang mengekor.

"Rumah mu serem juga, tapi sorry ya aku gak takut berhubung yang nempatinnya orang model kamu."

Sebenarnya malas sekali minta di temani orang yang suka sekali meledek dan menjelekinya. Namun tidak ada jalan keluar lagi, ia juga takut dengan amukan Bela.

"Yuk masuk." ajak Nada begitu sudah sampai di teras rumahnya.

Mereka masuk berbarengan sambil memberikan salam, kesopanan adalah hal nomor satu. Melepaskan alas kaki dan meletakkannya di dekat rak sepatu, setelah itu melangkahkan kaki lebih dalam memasuki rumah.

"Boleh juga rumah mu, nuansa kuno." Entahlah, mungkin ini adalah pujian pertama Alex untuk Nada. "Tapi kenapa minta temenin? Justru enak suasananya tenang, kalau bisa kamu lakuin kerjaan rumahnya sambil dengerin musik gitu." sambungnya.

Nada mempersilakan Alex untuk mendaratkan bokong di atas sofa, menyurun laki-laki itu untuk menunggunya di sini saja.

Kalau mendengar apa yang Alex katakan, sebenarnya dulu juga Nada selalu saja suka saat sendirian di rumah. Karena ia bisa lepas dari sosok Bela yang selalu menyakiti hati, dan berbuat tindakan yang semena-mena terhadap dirinya.

"Maunya sih gitu, tapi bahaya." balasnya dengan tawa yang miris, bahkan sekarang dirinya was-was dan beberapa kali menolehkan kepala ke arah cermin.

Alex menaikkan sebelah alisnya, enggan bertanya karena setahunya memang para kutu buku itu memang freak sekali. Jadi, tidak perlu terheran-heran.

"Ya udah sana kamu lakuin apa yang seharusnya di lakuin, aku di sini aja, boleh nonton TV, kan?"

Agak menimang-nimang dengan apa yang ditanyakan oleh Alex. Sebenarnya segala kegiatan Nada di atur oleh Bela, bahkan untuk hal simpel seperti menonton televisi aja benar-benar memiliki waktu tersendiri. 'Kalau Ibu pulang dan tau mesin TV panas, pasti dia bakalan marahin aku. Di sangka bukannya ngerjain tugas rumah, malah nonton TV' batinnya yang seperti sudah menerka-nerka.

"Ya udah." balasnya yang akhirnya menyetujui.

"Membawa laki-laki tampan, huh? Sayangnya tidak bisa masuk ke dalam list karena dia bukan orang kesayangan mu," terdengar suara mengerikan yang menyapa telinga Nada.

Membuat perempuan tersebut langsung melirik sebuah cermin kotak berukuran sedang yang memang sengaja ditaruh di sana, guna kalau ada tamu bisa membenarkan penampilan.

Dan di sana, tepat penglihatan Nada menangkap sosok yang sama seperti yang mengajaknya berbincang di kamar mandi.

"Persetanan," gumam Nada.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C9
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión