Menurut dokter, Milly tidak perlu menginap di rumah sakit. Dokter memberinya resep obat-obatan untuk dibawa pulang serta surat kontrol untuk jahitan di tangannya. Rissa berdiri lalu mengambil kertas resep itu. Ia akan menebusnya ke bagian farmasi. Ketika ia membuka tirai, tiba-tiba ada Marshal dan ayahnya di sana.
"Oh hai," sapa Rissa. Ayahnya mengangguk sekilas.
"Marshal? Dad?" seru Milly.
"Milly!" Marshal langsung berlari menghampirinya. Ia memeluk Milly erat, tapi kemudian menyesal ketika melihat perban yang menempel di tangannya.
"What happened with you?"
"I'm just fine." Milly menyeka air matanya yang tiba-tiba merebak.
"I miss you, Sis."
"I miss you too, Bro." Milly meremas tangan kakaknya. "I wanna go home."
"Of course." Marshal mengusap-usap rambut Milly yang lepek dan lengket. "I thought, I've lost you. This is terrifying." Marshal menggeleng sedih.
"Aku masih di sini dan baik-baik saja." Milly mengedikkan bahu. Luka di tangannya berdenyut-denyut.