Descargar la aplicación
57.4% Me is me / Chapter 62: Menerka...

Capítulo 62: Menerka...

"mmmm...shi de, mei cuo, zai ni kan lai shenme shi shihe miaoshu zhege jiangxiang, keyi daibiao..?? ucap sang presenter menutup acara nya karena durasi waktu.

"riri ; meitian xinglai, Qiao Xing ziji de bushi zhong Sheng ershi mengxiang, Zhi congming de ren shi Zhi buyuan langfei shijian de ren # bangun setiap pagi bukan dengan suara alarm melainkan dengan impian, orang yang paling pintar adalah orang yang tak rela untuk menyianyiakan waktu." ucap riri menutup acara. hingga acarapun di tutup dengan rasa yang kurang nyaman bagi presenter dan para kru. mereka pun berempat pamit, namun sebelum keluar ruangan, james memegang tangan riri agar riri ikut dengannya keluar dari tempat lain. Zhi han meangguk saja, melihat hal itu di hadapan ji woo, ji woo mengurungkan niatnya mengikuti Zhi han ia di rundung bingung, sebenarnya apa yabg di rencanakan mereka. sedang james tahu kalau riri tak mungkin menghadapi wawancara di luar ruangan. untuk itu ia menyiapkan mobil di belakang kantor ini. hingga Zhi han membuka pintu ruangan yang di sambut uncle lee dan pengawalnya. uncle lee bingung kenapa hanya Zhi han yang keluar ruangan. mana yang lainnya. Zhi han membisikkan di telinga uncle lee " ayo kita hadapi " bisik Zhi han membuat uncle lee tak mengerti.

riri yang mengikuti james meninggalkan ruangan lewat belakang menghentikan langkahnya. " james...apa maksudmu dalam sesi dengan presenter tadi, kamu menyebut tentang majalah ini".

"aku tak bermaksud apapun ri..percayalah..." ucap james sambil terus memegangi tangan riri erat.

"bagaimana caraku agar mempercayai mu james..." ucap riri berusaha melepaskan pegangan tangan james. park ji wo yang melihat adegan tersebut mengikuti langkah mereka yang berjalan semakin lambat. hingga akhirnya mereka menemukan segerombolan wartawan dari belakang ruangan tempat di mana mereka lewat.

" itu merekaaa..." tunjuk salah satu wartawan mengarahkan temannya yang lain ke arah riri james dan park ji woo.

melihat hal ini membuat mereka sangat kaget.mereka tak menyangka ternyata wartawan pun sangat berantusias menghadapi cara mereka yang seakan ingin melarikan diri.

riri mundur perlahan hingga tanpa ia sadari menabrak park ji woo yang berada di belakangnya. sadar akan hal ini, park ji woo memegang tangan riri. seakan memberi komando " ayo kita lari" membuat riri heran.

" nina riri kapan anda bertemu CEO Lee Zhi han" ucap sang wartawan

" mengapa anda kembali ke dunia majalah, bukankah sudah sangat lama sekali" ucap wartawan lagi.

"tuan james apa harapan anda pada sang CEO yang berkolaborasi di majalah anda saat ini" ucap sang wartawan lain.

membuat mereka kebingungan dalam menjawab banyak pertanyaan dari wartawan. riri semakin berkeringat mendengarnya, bagai suara lengkingan musik di telinga, membuatnya semakin pucat dan ketakutan. james pun tak menyadari wanita yang ia pegang kini terlepas darimu akibat jumlah wartawan yang semakin banyak tak terkendali.

*****

sementara suara ricuh terdengar diluar ruangan sebelah. dimana Zhi han beserta uncle lee juga sedang menghadapi sejumlah wartawan yang tak terlalu ramai namun tetap gaduh dengan berbagai pertanyaan. Zhi han berusaha bersikap tenang. sementara uncle lee sangat gelisah kenapa nona majikannya tak bersama keponakannya, ada apa ini. semua di luar kendali dan pengawasan uncle lee.

tanpa terasa zhi han mampu melewati semua wartawan dan menjawab dengan santai. kini mobil melaju sedang menuju hotel. " Zhi han..dimana istrimu..kenapa kau biarkan ia bersama james dan park ji woo" ucap uncle lee membuka pertanyaan setelah kelelahan menghadapi para wartawan tadi.

" tenang paman... " ucap Zhi han singkat semakin membuat uncle lee penasaran saja.

****

riri baru saja terbangun dari sofa. ia tak mengenali di mana saat ini ia berada setelah kejadian sore tadi. dimana ia terpisah dari james dan hanya ia dan park ji woo. namun riri mampu bernafas sepertinya park ji woo memiliki cara menghindari wartawan. walau riri sepwrtinya setengah tak sadar akibat kerumunan wartawan yang membuatnya gelisah dan hampir tak bernafas. ia tak tau kalau sekarang ia sedang berada di sebuah apartemen tempat tinggal park ji woo. riri membuka matanya. mencoba sadar ia kenapa dan dimana. setelah ia menguasai alam sadarnya. ia pun bangun dan mulai mengitari sebuah kamar yang tak begitu luas. hingga ia keluar kamar, menelusuri setiap ruangan yang nampak lengang seperti tanpa penghuni. sampai akhirnya ia mendapati sebuah foto keluarga. riri mengambil handphone nya dan memotonya beberapa kali kemudian ia meletakkan kembali foto tersebut, persis sama seperti semula. ia kemudian berjalan hingga sampai di ruang tengah, ia mendapati park ji woo yang sedang duduk sambil memejamkan matanya di sofa panjang. mendengar langkah riri yang terdengar agak berat, iapun bangun.

"oughh...maaf kayaknya riri membangunkan kamu ya..park ji woo" ucap riri dengan wajah yang sedikit bersalah.

"mmm...tidak juga..hanya saja aku memang sudah terbangun dari tadi." ucap park ji woo sambil berdiri dan berjalan ke arah riri.

" duduklah..aku akan mengambilkan minum, kamu pasti haus.." ucap park ji woo menyuruh riri duduk. riri melihat tirai jendela yang tertiup angin dan mendekatinya.

" ya ampun..Zhi han pasti gelisah nih..ini sudah malam " ucap riri dalam hati. ia pun meraih handphonenya. namun ada sebuah pesan yang lupa ia baca saat meraihnya barusan.

"💬 apa semua berjalan lancar, apa kau baik baik saja, honey..beri aku alamat di mana kau saat ini.." pesan Zhi han pada riri.

"💬 tunggulah , aku di apartemen park ji woo ..cintaa" balasnya.

belum selesai riri hendak membalas pesan suaminya lagi, keburu park ji woo sudah berada di belakangnya, mendekatkan secangkir air dingin di tengkuk leher riri. membuat riri tergidik.

"apa suamimu mencemaskanmu."

ucap park ji woo.

" iya..ngomong ngomong ini di mana..aku.." ucap riri terpotong.

" aku yang akan mengantarmu ke tempat suamimu, bersantai lah sebentar kau baru saja terlepas dari traumamu" ucap park ji woo sambil duduk dan meminum minumannya.

" dari mana kau tau aku memiliki trauma" ucap riri tak percaya park ji woo tau hal itu.

" mulai dari awal aku sudah memperhatikan mu, sejak kita bekerjasama jadi model di majalah james, hingga proses wawancara dengan presenter dan ditengah kerumunan wartawan. aku sudah sangat memperhatikan mu, kau berkeringat, matamu tak fokus, dan terkadang daya konsentrasi mu melemah itu gejala kecemasan akibat rasa takut yang berlebihan" ucap park ji woo.

"benarkah,,,apa kau juga mengalaminya.." ucap riri

" tidak, tapi ada salah satu keluargaku yang memiliki hal yang persis sama denganmu, bedanya ia sangat takut ketinggian terlebih apabila lift rusak." ucap park ji woo.

"keluarga..." ucap riri dalam hati, apakah itu dina, adik tirinya.

sementara itu di sebuah kantor james sangat marah sekali bahkan ia menyalahkan dirinya sendiri. mengapa ia teledor genggamannya terlepas dan sekarang riri berada di apartemen sahabatnya. membuat James sangat cemas. di balik rasa bersalahnya, ia jadi berfikir apakah ini sudah direncanakan sebelumnya oleh park ji woo. sahabatnya ini kadang terlihat aneh, kadang agak menakutkan. james ingin sekali menghubungi, namun bukankah rasa cemburunya akan semakin terlihat di mata park ji woo. dan pasti ia akan semakin mempermainkanku. fikir james. hingga niat untuk menghubungi park ji woo maupun riri ia urungkan. walau fikirannya masih kacau dan hatinya sangat cemas.

sebuah mobil melaju meninggalkan sehuah apartemen di ujung perkotaan. menempuh perjalanan kurang lebih satu jam. riri yang duduk di samping park ji woo nampak sedikit tegang dan gelisah. " santailah... aku akan mengantarmu kok, tapi ngomong ngomong apa yang menyebabkan kamu sangat ketakutan sore tadi..itupun kalau boleh aku mengetahuinya." ucap park ji woo.

"oughh...sudah lama...sekarang agak mendingan, peristiwa itu terjadi semenjak kakak lelakiku di temukan tewas di kantornya. kenapa..apa kau pernah akrab dengan kakakku" ucap riri tajam menusuk ingatan park ji woo. hingga ia sedikit terbatuk, namun ia tutupi dengan tangannya agar riri tak mendengar. riri sengaja mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat ia pendam selama ini setiap kali melihat park ji woo. entah kenapa... seperti ada sesuatu dalam tatapan mata lelaki ini. sangat misterius...


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
rannaya rannaya

Maaf baru aza Up bab baru lagi, coz kemarin sedang sibuk dan sakit. terimakasih ya buat kalian yang selalu setia menunggu kelanjutan jalan cerita novel saya... salam sayang buat kalian semua pembaca setia... semoga kita selalu sehat panjang umur..Aamiin ???

next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C62
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión