Descargar la aplicación
57.14% Mantan Atau Mantan? / Chapter 16: Sebuah Keanehan

Capítulo 16: Sebuah Keanehan

Pagi yang cerah, Lisa sudah siap untuk pergi ke kampus. Ia menatap ke arah rumah Aksa yang ada di seberang rumah nya itu. Sejak tadi tak terlihat sama sekali kalau Aksa akan keluar.

Lisa melirik jam di tangan nya untuk melihat sudah jam berapa saat ini. Biasanya jam segini Aksa sudah nongkrong di depan rumah nya untuk mengikut dirinya naik kendaraan umum.

Ia mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Aksa Yang saat ini entah sedang apa di dalam rumah megah itu.

Tapi baru saja ia ingin menekan tombol telpon tiba-tiba mobil merk BMW milik Aksa keluar dari ruang megah itu. Nampak satpam yang membuka kan pintu pagar.

Lisa menaikkan alisnya ketika melihat mobil Aksa yang berlalu begitu saja di hadapannya. Ia seperti ada namun tak terlihat sama sekali untuk Aksa. Mungkin saja karena Aksa tahu kalau dirinya tak akan mau naik mobil BMW jadi Aksa tidak menawarkan dirinya atau pun menegur nya.

Iya, dugaan seperti itu lebih baik daripada tidak sama sekali kan?

Tapi apa yang membuat Aksa tiba-tiba berangkat pagi ini dengan menggunakan mobil nya? Apakah ada sesuatu yang mendesak yang membuat Aksa harus menggunakan mobil?

Lisa mengelengkan kepalanya untuk menepis semua pikiran nya itu, ia melangkah meninggalkan rumah ketika melihat arloji di tangannya yang menunjukkan pukul delapan.

"Ck! Gara-gara nungguin Aksa hampir aja gue telat!" Ucap Lisa dan kemudian langsung pergi untuk ke kampus.

Ia mempercepat perjalanan nya sampai di simpang empat agar bisa mendapatkan taksi. Ia tak bisa untuk naik angkutan umum yang biasa ia naiki Bersama Aksa karena jam yang sudah begitu mepet. Jika ia kekeh ingin tetap menunggu maka ia akan telat.

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berbaik hati padanya hari ini karena saat ia sampai di perempatan jalan sebuah taksi datang menghampiri Dirinya.

Tapi hal mengejutkan yang tak disangka-sangka pun terjadi.

"Nandra." Ucap Lisa ketika melihat laki-laki yang waktu itu menolong nya ada di dalam taksi.

"Hai Lis." Sapa Nandra sambil tersenyum.

"Ngapain Lo?" Tanya Lisa.

"Jemput Lo lah, emang ngapain lagi?" Jawab Nandra dengan senyum yang sama sekali tak lepas dari wajah tampannya itu.

Lisa benar-benar tak mengerti apa mau Nandra ini.

"Kenapa repot-repot sih? Nggak usah, gue bisa sendiri." Ucap Lisa.

"Nggak repot kok, gue kebetulan lewat aja sih Lis. Ayo dong, berdebat gini terus juga bisa bikin kita telat tau. Lo mau cari taksi mana lagi HM? Ini udah mepet banget jam masuk kelas."

Lisa menoleh ke arah arlojinya itu, benar saja kalau saat ini sudah hampir telat. Tak ada lagi kesempatan untuk mencari taksi atau angkutan umum lainnya. Daripada ia telat lebih baik ikut Nandra saja.

"Tapi beneran Boleh ni gue ikut?" Tanya Lisa lagi dengan ragu, ia takut Nandra hanya akan mengerjainya saja.

"Iya Lisa, kan gue udah bilang kalau gue kesini itu mau jemput Lo. Udah ah, ayo buruan masuk. Entar telat loh."

Lisa mengangguk kan kepalanya dan kemudian langsung membuka pintu taksi itu. Sebelum benar-benar masuk ia menoleh ke sekeliling nya lebih dulu. Entah apa yang membuat ia melakukan itu pun ia sama sekali tak tahu.

Setelah merasa cukup aman ia langsung masuk. Nandra yang ada di samping Lisa itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Lisa masuk ke dalam taksi.

Sepertinya Dwi Fortuna sedang berpihak padanya bukan pada Lisa.

"Jalan Pak." Ucap Nandra ketika Lisa sudah masuk.

Tukang supir itu langsung melaju kan taksi sesuai dengan perintah dari Nandra.

Selama perjalanan, Lisa nampak sedikit canggung dengan Nandra yang baru satu hari ia kenal itu. Ia takut laki-laki itu akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Ia belum mengenal Nandra dengan baik, meskipun Nandra menyelamatkan dirinya tapi itu bisa saja jadi kedok nya untuk memulai sesuatu yang tak di sadari oleh nya?

"Kenapa sih Lis? Kok Lo kayak takut gitu? Tenang aja lagi, gue nggak makan orang." Ucap Nandra yang sepertinya tahu apa yang saat ini ada selama pikiran Lisa.

Lisa tersenyum dengan paksa, "ah nggak kok. Perasaan Lo doang kali. Gue bukan takut sama lo kok cuma gue takut Kita telat. Gue nggak pernah telat soalnya." Jawab Lisa yang mengalihkan pembicaraan yang dibuka oleh Nandra itu.

"Oh ya? Berarti Lo anak rajin dong."

"Gue nggak rajin, cuma ya males aja gitu jika banyak kasus di kampus. Kita bukan lagi anak sekolah yang diatur ini dan itu oleh guru. Jadi harus punya kesabaran dong."

Nandra menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Kara barusan itu.

"Gue suka cara pikiran Lo yang begitu kritis. Kenapa Lo malah Al gambol jurusan kimia?"

"Emang nya kenapa dengan jurusan kimia? Gue suka dengan setiap campuran zat-zat. Bagi gue, kimia itu tempat berkreasi dan gue suka itu."

Tak terasa karena terlalu asik berbicara, akhirnya kini mereka berdua sudah sampai di kampus ternama dimana mereka menimba ilmu.

"Eh nggak kerasa udah sampai aja." Ucap Nanda ketika merasa taksi yang tadi melaju kini berhenti.

Lisa langsung menoleh ke arah jendela untuk melihat apakah benar mereka sudah sampai atau belum, senyum nya mengembang ketika melihat sosok Alfa yang baru saja tiba itu. Sepertinya ia tidak terlambat berkat bantuan dari Nandra.

"Ayo Lis turun, mau sampai kapan lo di dalam sana huh? Mau balik lagi ke rumah?"

Mendengar suara Nandra membuat Lisa menoleh, sambil tersenyum ia keluar dari dalam taksi itu menyusul Nandra.

"Oh iya, gue lupa bayar taksi." Ucap Lisa yang baru ingat ia belum bayar.

"Udah gue bayarin kok. Tenang aja, semuanya aman kalau sama gue."

"Eh?"

Tak ingin terus mendengar ocehan Lisa itu, Nandra menarik tangan Lisa untuk segera masuk ke dalam kampus karena kelas akan segera dimulai.

Lisa yang masih terkejut karena dibayarkan ditambah lagi dengan sentuhan fisik secara langsung walaupun hanya memegang tangan membuat Lisa benar-benar terkejut. Dan mengikuti saja kemana Nandra akan membawanya itu karena ia masih dalam kendali rasa yang terkejut belum bisa untuk mengendalikan dirinya.

Sementara di tempat yang tak jauh dari mereka, Aksa yang baru saja tiba juga itu langsung menarik senyum nya sekilas yang hampir tidak terlihat sama sekali. Ia terus memperhatikan kedua insan yang nampak begitu dekat.

Setelah itu ia langsung melangkah untuk masuk menggunakan jalur darurat untuk cepat sampai ke kelas. Ia tak ingin bersamaan dengan mereka sampai.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C16
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión